6. Terciduk

217 74 3
                                    

AUTHOR POV

Sampainya di hotel Moza telah memesan dua kamar yang letaknya berseberangan. "Kamu 115 saya 116." Moza menyerahkan sebuah kunci pada Kiara.

"Sini kopernya biar saya bantu." Ucap Moza. Sedari awal Kiara agak curiga dengan tingkah baik bosnya ini.

Ceklek...

Pintu kamar itu terbuka. Kamar dengan dominasi warna putih serta kasur ukuran king size menyambut kedatangan Kiara. "Makasi ya Pak."

"Hmm...besok pagi siapkan berkas kita akan meeting setelah itu pergi ke tempat proyek." Jelas Moza panjang lebar.

"Siap Pak." Balas Kiara.

Setelah bosnya itu pergi ia langsung menutup pintu kamar. Tanpa membereskan apapun Kiara langsung merebahkan diri diatas kasur barunya itu. Ia merogoh saku celananya mengambil benda pipih favoritnya.

"Haloo iky sayang."

"Halo sayang. Gimana? Kamu udah sampai?"

"Udah yang baru aja. Kamu gimana? Udah mampir ke rumah?"

"Udah ini baru aja balik. Oh ya makasih hadiahnya ya."

"Hehehehe....kamu suka? Maaf aku gak bisa dateng ke acara wisuda kamu hari ini."

"Iya gapapa, sayang."

Di lain hal, Moza juga tengah dihubungi oleh kekasihnya. Natasha.

"Yang, udah sampai?"

"Udah, baru aja. Gimana Mama di sana?"

"Aku udah pulang, tadi sih baik-baik aja."

"Oh iya, aku mau beres-beres dulu ya."

"Moz..."

Tutt...

Moza langsung memutus telepon tersebut. Dia memindahkan barang-barang dalam kopernya ke dalam lemari.

KIARA POV

Setelah berjam-jam lamanya aku berada di kamar ukuran besar itu. Kini aku memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi halaman hotel. Suhu di malam hari dan pemandangan indah di atas langit menambah suasana nyaman.

Kringg!!

Dering ponselku menganggu waktu tenangku. (PAK BOS NYEBELIN!) Saat melihat kalimat itu di layar ponselku seketika aku ingin melempar ponselku jauh-jauh.

"Apasih pak?"

"Heh! Gak sopan sekali kamu ya!"

"Hmm...iya ada apa pak? Saya lagi di luar ini."

"Iya saya juga tau, udah liat dari sini. Makanya saya nelpon kamu. Mau nitip beli makan ya. Terlalu sering nginep di sini saya bosen sama menu-menunya."

"Emangnya saya..."

"Kamu sekretaris saya. Udah beliin deket juga itu depan kamu ada warung. Pelit banget sih, udah saya kasi lho makanan saya tadi kamu inget?"

"Ihhh perhitungan banget sih, tau gitu saya gak..."

Tutt...

Ingin rasanya aku menampar wajah Pak Moza yang menyebalkan itu. Dengan terpaksa aku menyeberang jalan menuju warung di depan hotel.

"Mas, baksonya 1 ya."

Pedagang itu mengangguk. "Silakan duduk dulu mbak."

Tak berselang lama, pesananku pun jadi. Aku memberikan beberapa lembar uang lalu pergi hendak menyeberang. Jalanan terlihat lumayan sepi dan aku melangkah ditengah bentangan jalan raya.

PUKIS MOZARELLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang