"Maaf, gak sengaja." Wanita itu pergi begitu saja setelah menabrak Kiara.
Suasana kantor terlihat tidak bershabat. Beberapa orang saling bergerombol membisikan sesuatu. "Bilangnya ijin ternyata liburan." Sindir salah seorang dari mereka.
"Eh eh...simpenan pak bos lewat..."
"Modal sekretaris doang udah berani jadi pelakor."
"Nyari dukun dimana mbak?"
Cercaan itu diakhiri gelak tawa seisi kantor. Kiara meresa tenggorokan tercekat memahan tangis. Dia berjalan mendekati Novi yang sibuk berbincang dengan seseorang.
"Vi, kenapa sih ribut-ribut gini?" Tanyanya. Novi menatap kecewa pada Kiara.
"Lo beneran ijin kan waktu itu?" Kiara mengangguk.
Novi berbalik memgambil ponselnya. "Pak Moza ijin juga hari itu."
"Lo ngapain aja sama Pak Moza? Jangan bilang lo dibayar sama dia."
"Heh! Denger ya, gue itu bukan cewek kaya gitu! Lo bisa-bisanya yaa..." Kini Kiara tak bisa membendung air matanya.
Novi menyodorkan ponselnya. Di layar ponsel itu terlihat foto Kiara sedang memeluk Moza. "Lo dapet dimana??!" Tanya Kiara.
"Pak Aldi, temennya Pak Moza." Kiara langsung menyambar benda pipih itu dan membawanya pergi.
"Raaa!! Hp guee!"
Kiara melangkah dengan cepat menaiki satu persatu anak tangga. "Raa tungguu!!"
Tangan Kiara mengepal dan mendorong pintu di hadapannya.
Brakk!!
Lelaki yang sedang sibuk dengan ponselnya itu sontak terperanjat kaget. "Pas banget kamu ada di sini. Seperti biasa, buatin kopi ya." Kiara menatap tajam wajahnya merah padam.
Seketika langsung berubah, air mata tak tertahan lagi. Perasaan kecewa, sedih dan marah bercampur jadi satu. "Eh, kamu kenapa, Ra?" Moza mendekatinya dan langsung memeluknya.
"Ssssttt....jangan nangis ya, kamu kenapa? Cerita sama aku." Ucap Moza.
Wanita itu melepas pelukan Moza. Ia menyodorkan ponsel yang ia bawa. "Ini?"
"Satu kantor hari ini ngomongin aku, Za." Moza terlihat bingung.
"Gara-gara foto itu, semua karyawan kamu bilang aku itu simpanan kamu, dia bilang aku udah jadi pelakor...."
"Mereka bilang kalo kamu udah bayar aku buat...hiks..." Kiara tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya.
Moza sambil tersenyum menarik Kiara dalam pelukannya. Dia mengelus pelan rambut Kiara dan mencium kening wanita itu. "Aku gak tau harus buat apa....hiks..."
"Udah-udah, jangan nangis lagi, nanti biar aku yang urus itu. Atau kamu mau mereka aku apain? Aku marahin atau aku pecat aja sekalian?" Kiara tersenyum dan membenamkan wajahnya kembali.
"Nanti aku bilang ke mereka semua kalo kamu ini istriku, biar gak ada yang ngomongin kamu lagi." Kiara mendongak.
Cup!
Moza mencium kembali kening Kiara dan wanita itu memeluk tubuh Moza semakin erat.
"Astaghfirullah!!!" Suara itu mengagetkan mereka.
"Apa yang kalian lakukan ya Allah, apa benar yang dikatakan semua orang di...." Kiara langsung menarik Novi masuk ke dalam ruangan itu.
Ceklek...
Moza mengunci pintu ruangan. Dia menatap sinis pada wanita yang sudah mengusik kemesraannya. "Maaf pak, saya gak...."
"Siapa yang mengizinkan kamu mengintip seperti tadi?" Novi hanya menunduk seraya membaca doa dalam hatinya. Semoga atasannya ini tak memecatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUKIS MOZARELLA [END]
RomansaWarning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetapi sebuah novel yang menceritakan tentang kisah dua insan, Putri Kiara Iswari dengan Moza Renaldy Aldara. Dendam memisahkan mereka namun jodo...