15. Sadar

1.9K 156 0
                                    

.
.
.

...

❤️❤️❤️


Setelah jam pelajaran kedua selesai, Kelvin bergegas pulang. Dia sudah tidak sabar ingin menemui adiknya. Dia sangat merindukan Aira. Kelvin ingin memeluknya, menggenggam tangannya, melihat senyuman dan keceriaan gadis kesayangannya itu.

"Vin, kok buru-buru sih?" panggil Rasyid melihat sahabatnya itu terburu-buru berjalan ke parkiran.

"Aku mau ke rumah sakit, Syid, Aira sudah sadar." jawabnya sambil menghentikan langkah kakinya. Menatap sebentar ke arah sahabatnya itu.

"Alhamdulillah, yaudah hati-hati di jalannya," kata Rasyid.

Kelvin menganggukkan kepalanya dan mengatakan Iya. Lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju motor scopy-nya yang terparkir.

Ceklek

"Assalamu'alaikum," ucap Kelvin memasuki ruangan Aira.

Ternyata di ruangan Aira bukan hanya ada Aira, Naufal dan Maira. Tetapi juga ada Haura yang sedang menjenguk Aira bersama dengan Kakaknya, yaitu Husein yang merupakan teman satu kampus Kelvin. Mereka pun menolehkan kepala mereka mendengar salam seseorang.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." sahut mereka.

Aira tersenyum kala melihat Kelvin yang datang. Senyuman yang membuat hati Kelvin merasa hangat. Kelvin menghampiri adiknya dan duduk di sampingnya.

"Aira," panggil Kelvin."Alhamdulillah kamu udah sadar, Dek, Abang sangat takut kamu kenapa-kenapa. Maafin Abang ya, seharusnya kamu enggak begini," ucap Kelvin seraya mengusap kepala Aira yang berbalut jilbab itu.

Aira menggelengkan kepalanya."Aira enggak papa kok, Bang. Aira aja yang kurang hati-hati nyebrangnya, dan ini bukan salah Abang." ujar Aira lalu tersenyum.

"Gimana keadaan sekarang kamu?" tanya Kelvin seraya menggenggam tangan Aira yang masih berinfus.

"Aira baik-baik aja kok, cuman penat rebahan terus." ujar Aira. Dia ingin duduk namun dilarang oleh kedua orangtuanya karena tulang punggungnya masih belum pulih. Jadilah dia hanya sandaran.

"Yaudah, Ayah tinggiin lagi ya bangsalnya, biar kamu enak." ujar Naufal.

"Iya Yah." balas Aira mengangguk. Naufal pun meninggikan bangsal Aira sehingga membuat Aira semakin nyaman.

"Kalian udah lama ya di sini?" tanya Kelvin beralih menatap Husein dan Haura.

Husein mengangguk."Iya, Vin. Tadi Haura panik banget saat tau Aira ditabrak mobil kemarin." jawabnya.

"Namanya sahabat Kak, pastilah khawatir." timpal Haura. Bagaimana tidak, setelah ada seseorang yang mengabarinya kalau Aira kecelakaan, Haura langsung dibuat panik. Dia takut sahabatnya itu kenapa-kenapa.

Husein mengusap kepala adiknya."Yaudah, sekarang kita pulang yuk," ajaknya.

"Eh? Kok sudah mau pulang aja sih?" tanya Kelvin. Dirinya baru saja sampai, temannya itu sudah mau pulang.

"Udah mau Dzuhur nih, Vin. Lagian tadi mama enggak ada di rumah, jadi enggak bilang dulu sama mama mau ke sini." ujar Husein. Kelvin pun mengangguk mengerti.

"Makasih ya Nak, kalian malah repot-repot bawaain buah," ucap Maira.

"Sama-sama, Tante. Enggak papa lah, jenguk orang sakit kan enggak enak kalau enggak ada buah tangannya. Yaudah, kita pamit pulang dulu ya?" Husein menyalami tangan Naufal dan Maira bergantian. Begitu juga dengan Haura.

I Love Abang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang