d r a c o
Rasanya terlalu manis, semua ini. Lampu-lampu kecil dan pita-pita bergantung dari langit-langit tenda; rangkaian bunga berjajar di jalur yang akan dilalui pengantin. Di pojok ruangan, empat orang beralat musik senar memainkan melodi yang tenang. Itu adalah hal yang Draco akan benci, dulu. Walau sekarang itu tidak sama sekali mengganggunya.
Di depan tenda, para pengantar sudah menunggu para bridesmaid untuk masuk. Harry Potter berdiri di sebelah mereka, ekspresi wajahnya menggambarkan campuran dari bahagia dan kegelisahaan yang Draco hanya saksikan di pesta pernikahan.
Draco selalu membenci Harry Potter di sepanjang hidupnya. Ia tidkak menyangka akan datang ke hari pernikahannya, atau bahkan akan diundang - dan jika ia datang pun, ia menyangka akan membenci setiap detik dari acara ini. Tapi ia tidak merasakan apapun. Ia tidak merasakan perasaan tertentu tentang berada di sini, tidak merasakan apapun untuk pengantin pria maupun wanita. Draco tidak akan ada di sini jika Astoria dan Blaise tidak memaksanya darang, tidak akan repot berpakaian rapi dan menempuh perjalanan ke entah berantah hanya untuk duduk di ruangan bersama orang-orang yang ia tidak suka. Tapi berbulan-bulan sejak mereka menerima undangan, Astoria dan Blaise berulang kali memaksanya untuk datang, dan akhirnya, dengan enggan, Draco setuju.
Draco belum memberitau ibu dan ayahnya bahwa ia ada di sini, tentu saja. Mereka masih membenci Harry Potter, dan ketegangan di dalam Manor sudah cukup tinggi.
Ayah Draco berkali-kali dipanggil lagi untuk mengikuti persidangan di Kementrian. Dua tahun setelah pertarungan, berarti hampir dua tahun berlalu sejak Kementrian memutuskan seorang Malfoy saja bukanlah sebuah ancaman untuk dunia sihir, maka tidak perlu seorang Malfoy dikirim ke Azkaban. Tapi semakin banyak Death Eater yang melarikan diri tertangkap, dan ingatan mereka dan kesaksian mereka diperoleh, dan bukti-bukti tentang Lucius Malfoy semakin terbuka yang membuatnya semakin mungkin untuk dipenjara. Narcissa dan Lucius hidup dalam kondisi gelisah, tapi Draco tidak tau apa yang harus ia pikirkan. Karena ia mengetahui ribuan hal yang Kementrian tidak ketahui, yang mungkin bisa mengirim ayahnya ke Azkaban.
Blaise duduk di sisi kanan Draco, di sebelah jalur pengantin. Astoria di sebelah kiri. Tamu-tamu lain berbincang dengan suara yang pelan seiring mereka menunggu acara untuk dimulai.
Bridesmaid pertama masuk, para tamu berdiri. Tenda menjadi sunyi saat para tamu memandangnya, dan pikiran Draco berjalan ke Astoria, ke pernikahan mereka.
Astoria menunda rencana itu.
Draco tidak yakin kenapa, dan tingkah laku Astoria dengan melakukan itu benar-benar tenang Draco mungkin tidak menyadarinya, mengingat orang tuanya juga tidak seserius dulu dengan rencana pernikahan ini. Pernikahan itu seharusnya di lakukan pada bulan Agustus, tapi Astoria seakan mengulur waktu. Kapanpun topik itu muncul, Astoria akan dengan mudah mengalihkannya. Kapanpun Draco bertanya tentang itu, Astoria mengabaikannya, jawabannya berbelit-belit. Saat Astoria memaksa untuk datang ke pernikahan Harry Potter, itu adalah obrolan serius yang Astoria katakan setelah beberapa bulan.
Saat bridesmaid kedua memasuki ruangan dan berdiri di posisinya, para tamu mengalihkan pandangan mereka kembali ke pintu masuk tenda, menunggu. Tapi ada jeda, dan untuk saat yang lama, tidak ada apapun yang muncul.
Bisikan dari para tamu mulai terdengar. Draco melirik ke Astoria, lalu ke Blaise. Tidak ada yang melirik kembali ke arah Draco. Mereka bertingkah semakin aneh hari ini.
Para musisi melanjutkan; senar dimainkannya begitu lembut dan merdu. Dan sesaat setelah Draco memikirkan ada masalah apa yang terjadi, sebuah tangan kecil muncul di pintu tenda. Menarik satu sisinya, dan seorang gadis dengan rambut ikal pirang gelap dan kalung bintangnya mulai melangkah masuk ke jalur pengantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Draco, part 2
FanfictionCintaku yang terkasih, Ini dia part 2 dari dear draco by @malfoyuh yaa teman-teman. Lanjut lagi baca kisah Belly-Draco! Be happy, always!