05. Rose

157 16 27
                                    

“Kuharap Tuhan akan memberiku waktu yang panjang agar dapat berjalan bersama mu selalu,
Park Jihoon”.

-My Sun-

Happy Reading^-^

"Pagi"

"Hai"

"Hallo Hyerin-ssi".

Aku membalas semua sapaan dari siswa siswi yang tidak kukenal. Ada yang sekelas dengan ku dan ada juga yang tidak.

Ehem, kami yang berada di kelas unggulan memang cukup populer. Mungkin karena image pintar dan kursi terbatas yang membuat kami dikenal.

Apalagi Jihoon, dia sangat populer dikalangan perempuan.

Wajar saja, dia pintar baik dan terpenting..

Dia sangat tampan.

Tapi sudah lama aku tidak mendengar orang-orang membicarakan tentang dia. Rasanya Jihoon sudah seperti tenggelam dari berita sekolah.

Hari ini aku berangkat lebih pagi, pasti Jeongwoo belum datang. Apalagi Saemi, dia itu langganan sekali datang saat tiga menit sebelum bel berbunyi.

Saat sampai di kelas, hanya ada beberapa orang yang sudah datang. Ah tidak, hanya dua orang. Itu Asahi si anak holkay yang sibuk bermain game sampai tidak menyadari kedatanganku, atau dia menyadari tapi memilih untuk tidak peduli.

Hanya satu orang yang segera menoleh ketika aku baru memasuki kelas, dia menyambutku dengan wajahnya yang cerah berseri.

Jihoon, dia sedang membersihkan loker di belakang kelas.

"Kamu piket hari ini?". Tanyaku, mengambil beberapa buku dan merapihkannya diatas loker.

Dia mengangguk, tanpa menjawab pertanyaan ku.

Aku mengangkat kedua alisku bersamaan, tercengang dengan wajah Jihoon yang semakin penuh dengan luka lebam dan goresan. Aku mendekatkan wajahku beberapa inci agar dapat melihatnya dengan jelas.

"Udah aku bilang jangan terluka, kenapa sekarang malah makin parah gini?". Aku mengomel dengan nada yang sedikit tinggi, sampai Asahi pun menoleh ke arah kami berdua. Dia tampak terkejut dengan apa yang baru saja aku katakan.

Jihoon tersenyum tipis, seolah dia mengatakan 'aku gak papa, gak perlu khawatir'.

Hmm hhh..

Aku menghembus napas kesal, kenapa Jihoon membuat ku khawatir seperti ini..

'Tolong jangan terluka, aku mohon'.

Ingin sekali aku mengatakannya, tapi sadar itu terlalu berlebihan.

"Kamu berantem?". Tanya ku.

Jihoon tersentak, dia menghindari mataku dan menatap kearah lain.

"Ng-nggak kok, aku jatoh pas lari ngejar bus kemarin". Jawabnya ragu.

Aku tidak bodoh, jelas sekali itu bekas pukulan. Entah apa yang berusaha dia sembunyikan, aku tak akan memaksanya memberi tahuku. Tunggu saja sampai dia bersedia menceritakannya sendiri.

My Sun || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang