Sebagaimana matahari yang memberikan sinarnya pada dunia, kau hadir menghangatkan hidupku dengan kasih tulus mu.
"Park Jihoon, laki-laki malang dengan segala asa yang tertahan"
Maaf jika tata bahasa dan tanda bacanya berantakan, karena author masih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akankan dunia percaya jika ku katakan bahwa orang yang paling membencimu ini masih menyanyangi mu?
-Park Jeongwoo-
*
Happy Reading^-^
Masih dihari yang sama, dan dengan tempat serta orang-orang yang sama. Koridor kelas, tempat terbongkarnya sebuah rahasia besar bagi hidup seseorang. Sebuah kenyataan pilu nan pahit yang berusaha mereka sembunyikan selama hidup.
'Menghilang. Itulah yang harus Lo lakuin!'
Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Jeongwoo sebelum akhirnya pergi dari sana, meninggalkan Jihoon yang diam mematung setelah mendengar perkataan adiknya itu.
Beberapa menit berlalu, orang-orang yang berkerumun telah pergi meninggalkan tempat ini. Menyisakan aku, Jihoon, Asahi, Yedam, dan Haruto yang berdiri jauh di ujung jalan. Suasana masih hening, kami hanya diam tak berbuat apapun kecuali Asahi dan Yedam yang saling lirik senggol tak jelas.
Suasana begitu canggung sampai akhirnya ku coba memberanikan diri untuk melakukan sesuatu. Aku berniat melangkah mendekat pada Jihoon yang berdiri tak jauh dariku. Tapi, apa ini? Apa yang ku lihat ini? Kenapa Jihoon berperilaku aneh seperti itu?
Jihoon tampak seperti sedang ketakutan, dia menoleh kesana kemari seolah bingung dengan sekitarnya. Tatapan nya tak jelas, entah apa yang sedang terjadi sehingga membuatnya bersikap panik seperti itu.
Aku berjalan cepat menghampiri Jihoon, "Ji, kamu kenapa?" Tanya ku cemas.
Jihoon tak merespon, dia masih tetap panik dan terus menelisik sekelilingnya.
Ku pegang kedua bahunya agar tegap menghadap ku, "Jihoon tenang! Ini aku, Hyerin". Dia belum menenang, malah kini dia tampak terengah-engah dengan napas yang cepat seolah rasa takut itu semakin menjadi-jadi.
"Jihoon.. " Panggil ku dengan nada cemas. Lalu aku menangkup kedua pipinya agar diam menghadap ku.
"Jihoon aku mohon kamu tenang.., ini aku, Hyerin. Tatap aku Jihoon! Aku cemas melihat kamu seperti ini, aku.., aku takut"
Aku terisak kuat, air mataku mengalir deras begitu saja tanpa isyarat. Demi apapun aku sungguh takut, hatiku begitu sakit kala melihat laki-laki malang dengan segala luka terpendam nya tengah ketakutan dihadapan ku.
Tuhan.. Kumohon tolonglah dia.. Jangan biarkan laki-laki ini menanggung beban yang begitu berat hingga tubuh dan hatinya yang lemah tak mampu menahan nya.
Aku meminta kepada Mu Tuhan.. Hilangkan lah segala derita dari hidupnya, dan berikanlah kesempatan untuknya merasa bahagia.
Satu saja.. Kumohon kabulkan lah doa ku yang satu ini.. Aku sungguh tak kuasa melihat orang yang kukasihi hancur perlahan seiring waktu.