20. On The Way Home

129 12 9
                                    

Happy Reading^-^

Di bawah langit sore yang mendung, Jihoon berjalan laun menyusuri jalanan pulang yang tak terkira jauhnya. Sesekali dia berhenti untuk membenarkan posisi tubuhku di punggungnya, menengok kebelakang setiap beberapa saat sekali untuk memastikan aku tetap baik-baik saja.

Mengingat keadaan mata Jihoon yang sedang tidak baik, aku pun menjadi pemandu arah untuknya. Sebenarnya ini sangat canggung, tak nyaman rasanya menyusahkan orang lain sedangkan dirinya pun sedang tidak baik-baik saja.

"Ji, gimana keadaan mata kamu?"

"Udah membaik kok. Tapi, masih sedikit buram"

"Aku turun aja yah, kamu udah jalan jauh banget loh.."

Jihoon mendecak kesal, "Hyerin! Kamu jangan ngaco deh.. Kamu lagi terluka, masa iya mau jalan kaki" ucapnya dengan nada sedikit menekan.

Aku mengerutkan bibirku, "K-kok kamu marah, kan aku cuma gak mau kamu kecapean gara-gara aku"

Arggh, sudah ku bilang ini sangat canggung..
Tak mudah mencairkan suasana yang sudah sepi semenjak kami keluar dari gerbang belakang sekolah tadi. Tapi.. masa kita akan diam-diamam sampai nanti tiba dirumah? Itu masih jauh sekali, aku tak mungkin kuat menahan rasa geram ku ini.

Haruskah aku bersikap seperti biasanya? Maksud ku, bersikap seolah tak pernah ada masalah yang terjadi diantara kami.

Hmm..huhh

Okey, mari kita mulai strateginya.

"Ji.." panggilku dengan suara pelan.

"Hmm?"

Augh, astaga. Baru saja dimulai responnya sudah membuat ku kesal.

"Ak-"

"Enggak!"

"Ihh apa sih.., aku kan belum ngomong"

"Pokoknya aku gak akan turunin kamu. Jadi gak usah ngeyel, mending kamu diem karna aku harus fokus liat jalanan"

"Chh, fokus apanya. Orang dari tadi kamu nengok terus kebelakang, liat tuh kedepan.. Nanti kalo ada lobang terus kegebrus gimana? Makin sakit nanti aku"

"Ya kamu sih, kenapa gak bilang kalo kamu gak bawa uang. Kan jadinya jalan kaki gini, mana rumah kamu masih jauh lagi" ucap Jihoon kesal.

"Ya kamunya gak nanya.., aku pikir kamu bawa uang tadi"

"Aku pasti bawa kalo punya, lah gaji aja belum dapet udah dipecat duluan"

"Kok bisa dipecat? Kenapa emang?"

"Ya gitu.."

"Apa? Kenapa?"

"Ih kamu kepo ya?

"Kenapa hayo???" Aku menusukan telunjuk ku ke pinggangnya hingga membuat anak itu terperanjak setengah mati. Dia bahkan nyaris melepaskan pegangan tangannya yang sontak membuat ku hampir terjatuh.

"Auu.."

"Hyerin! Bahaya tau, kalo tadi aku sampe lepasin tangan aku gimana?" kesalnya.

Aku menggeleng cepat, "Gak mungkin, kamu gak akan mungkin biarin aku terluka. Iya kan?"

Jihoon hanya diam.

"Jawab ih, iya apa enggak?"

"Gak tau"

"Ih, Jihoon mah gitu.. Gak bisa diajak romantis dikit"

Jihoon memalingkan wajahnya, meski ditahan, kulihat sedikit senyuman mulai merekah di wajah manisnya itu.

My Sun || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang