00.21. : Cinnamon Roll

1.4K 197 24
                                    

Ada banyak hal di dunia ini yang mampu mengingatkan Denise pada sosok ibundanya, salah satunya adalah cinnamon roll. Denise masih sangat ingat, dulu ketika dirinya masih kecil bunda selalu membeli cinnamon roll saat akhir pekan. Membawa dirinya ke toko roti dan setelahnya mengajaknya berjalan-jalan sambil membelikannya buku dongeng sebelum akhirnya pulang ke rumah untuk menikmati kue cinnamon roll.

Kalau diingat-ingat itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Sayang sekali Denise tidak bisa mengulanginya lagi karena beliau sudah berpulang. Sebagai gantinya, bunda meninggalkan Rere. Sosok yang memiliki wajah serupa dengannya, tapi kesamaan itu tidak lantas membuat Denise terketuk hatinya untuk menganggapnya ada.

Bukan apa-apa, dirinya masih tidak terima saja dengan kehadirannya yang tiba-tiba disaat keluarganya tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Dan tentunya, kehadirannya itu membawa luka yang hingga sekarang masih menganga lebar dalam hatinya. Karena berkat hadirnya sosok tak sempurna yang bundanya itu perjuangkan, wanita itu harus pergi jauh dan tak pernah bisa Denise gapai.

Dan juga kehadiran sosok mungil yang tidak pernah diharapakan ada itu berhasil membuat hubungan antara dirinya dan sang ayah memburuk.

Berawal dari kematian sang ibunda kala itu. Langit tampak kelabu dan hujan turun dengan begitu derasnya. Denise kecil meringkuk di atas sofa ruang tamu, memeluk erat potret beku sang ibunda yang tersenyum dan berhasil menghantarkan pilu dalam hatinya. Sudah satu minggu sejak kematiannya, tapi Denise masih belum bisa menerimanya kala itu. Berakhir, dirinya yang terus menangis tiap malam sambil memeluk figura berisi potret sang ibunda.

Malam itu seperti biasa, dia meringkuk dan kembali menangisi kepergian sang ibunda. Terisak pelan sambil mengusap-usap wajah sang ibunda yang tersenyum lebar di dalam figura sana. Namun, kedatangan sang ayah yang tiba-tiba berhasil menghancurkan figura berisikan foto sang ibunda bersamaan dengan hatinya.

Pria yang baru pulang dari kantornya itu tiba-tiba saja meraih figura yang ia pegang dan dengan tanpa perasaan membantingnya ke lantai. Membuat figura indah yang membingkai potret sang ibunda pecah berkeping-keping, begitu juga hatinya. Namun, itu tak seberapa sebab kata-kata yang ayahnya lontarkan pada detik berikutnya berhasil membuat sesuatu yang lebih sakit daripada hanya melihat pecahan figura di atas lantai.

"Berhenti menangisi wanita murahan kayak dia!. Kamu gak pernah tahu apa yang sudah dia perbuat selama ini!, Berhenti bersikap seolah-olah dia adalah wanita paling baik yang ada di muka bumi ini!. Faktanya, dia tidak lebih dari sekedar wanita murahan tukang selingkuh!. Paham?!."

Kata-kata itu begitu menyakitkan. Kata-kata yang berhasil membuat sebuah goresan lebar yang menganga di dalam hatinya dan nyatanya lukanya masih terasa hingga saat ini. Denise tidak pernah tahu, bagaimana pria yang dulu pernah ia banggakan itu bisa mengatakan hal menyakitkan itu. Menganggap sosok bundanya, wanita yang paling ia sayangi lebih dari apapun di dunia itu sebegitu rendahnya.

Denise menghela nafasnya, mengacak rambut hitamnya dan melempar pandangannya ke jalanan. Menatap kearah lampu lalu lintas yang menyala merah dan detik berikutnya berganti menatap ke samping. Tempat sosok berselimut jaketnya yang kebesaran itu tengah terlelap sambil memegang kotak berisi kue cinnamon roll.

Diam-diam kedua ujung bibirnya terangkat. Ia tidak tahu atas alasan apa ia bisa tersenyum seperti saat ini. Tangannya terulur dan entah mendapatkan bisikan dari mana dia mengusak lembut puncak rambut hitam milik adiknya itu. Sesuatu yang jarang bahkan tidak pernah ia lakukan.

Denise tidak tahu, atas dasar apa ia bisa bersikap peduli seperti ini pada sosoknya. Mungkin, rasa rindu pada sosok sang ibunda berhasil membawanya bersikap peduli pada Rere. Tidak bisa dipungkiri kalau wajah yang Rere punya adalah perpaduan dari ayah dan juga bunda. Berat sekali mengakuinya, tapi ini fakta bahwa wajah adiknya itu manis. Apalagi ketika tersenyum hangat, seperti cinnamon roll.

Dear BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang