Sudah lebih dari tiga pekan semenjak pasangan Jeon mengunjungi rumah orang tuanya. Bahkan setelah hari itu, mereka berdua jadi jarang bertengkar mulut. Jungkook adalah orang pertama yang menyadari betul perubahan sikap Ji Eun belakangan ini. Perangai kerasnya melembut hari demi hari, hingga Jungkook hampir saja ingin membawanya pergi pada tabib atau dukun wanita yang mungkin bisa mengusir arwah. Masalahnya dia bukanlah seperti Ji Eun yang biasanya.
Lain waktu wanita itu akan mengekangnya seharian dirumah, melarangnya pergi kekantor dengan ribuan alasan. Tak masuk akal. Dulu, Ji Eun adalah orang yang paling semangat membawa kakinya keluar rumah sebelum matahari bahkan bertahta. Dia gila kerja. Lebih daripada kepala keluarga dirumah itu. Tapi sekarang? Mungkin tempat tidur adalah cangkang bagi Ji Eun yang berubah jadi seekor kura-kura. Gerakannya melambat jika fajar tiba, enggan turun dan menyambut hari meski Jungkook sudah mengingatkan ada sebuah rapat penting yang akan diselenggarakan di hotel istrinya tersebut.
"Kau paling suka rapat, karena bisa memarahi orang." komentar Jungkook berusaha menyingkap selimut mereka dan menaikkan suhu air conditioner agar setara dengan suhu ruang. Ji Eun menengok keatas sebentar untuk melihat betapa Jungkook keheranan dengan tingkahnya, tapi lalu ia mengunci lengannya lagi diantara bisep Jungkook yang kekar. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, seharusnya, mereka sudah berada dimeja makan.
"Jangan coba pergi dariku hari ini." pinta Ji Eun menarik lagi selimut mereka keatas. Mata Jungkook memandang bergantian kearah selimut dan wajah istrinya yang tak bersemangat. Diangkatnya dagu itu hingga mendongak, pandangan mereka lantas bertemu.
"Ada yang menjadi beban pikiranmu di kantor belakangan ini?" tanyanya. Ji Eun menautkan kedua alisnya, menggeleng ringan.
"Lalu kenapa kau seperti ini hampir setiap minggu?"
Dagu Ji Eun naik lagi lebih tinggi, "seperti ini maksudmu?"
"Kau tampak sangat manja dan jadi pemalas."
"Apa aku tidak boleh manja pada suamiku sendiri?"
"Bukan, aku hanya berpikir—"
"Lalu apakah aku harus begelayut di lengan Jin Go untuk mendapatkan kehangatan?"
Debatan tak ingin kalahnya masih hadir jika mereka berbicara satu sama lain. Tapi yang berbeda, Ji Eun mengatakannya dengan nada yang mendayu dan merajuk sekarang. Tidak terdengar seperti singa yang sedang kelaparan lagi.
"Sayang, kau tahu bukan itu maksudku," kata Jungkook melembutkan intonasinya, "aku harus bekerja. Apa kau tidak akan pergi kerja hari ini?"
"Aku akan mengundurkan jadwal rapat. Lagipula itu hanya jadwal budget tahunan, Manajer Park bisa mengurusnya kalau mau."
"Lalu apa yang mau kau lakukan dirumah hari ini?"
Bola mata Ji Eun berputar keatas dan kesamping. Tampaknya ia belum memiliki rencana yang bagus sekarang.
"Aku.. ingin melukis."
Bagai mendengar petir di siang bolong Jungkook terkejut sampai rahangnya hampir menyentuh lantai. Melukis? Ji Eun-nya paling tidak suka disuruh menunggu atau bersabar. Bagaimana pula dia akan tahan menghadapi kuas dan kanvas kosong berjam-jam?
"Aku tidak berpikir bahwa itu adalah ide yang bagus. Kau hanya akan berakhir dengan dua coretan hitam diatas kanvas."
"Masa?"
Jungkook mengangguk.
"Kalau begitu melukislah untukku."
Ragu-ragu, Jungkook memiringkan kepalanya sebentar, "aku hanya pernah memegang kuas waktu usia dua belas tahun. Itupun kuas cat karena aku harus membantu Ayah mengecat dinding dapur."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wife | Jungkook x IU
FanficSama-sama menjabat sebagai Direktur, ternyata membuat kehidupan rumah tangga Jungkook dan Ji Eun jauh dari kata damai. "Setahuku dulu waktu pacaran dia manis. Kenapa sekarang jadi seperti singa?" _Jungkook_