Chapter 21

868 119 26
                                    

Apanya yang kita berdua? Jungkook membatin keheranan.

Gambar itu, jelas hanya tampak seperti lidi yang disambung-sambung dan menjadi gambar orang dengan rambut yang berdiri seperti disambar petir. Ceritanya dua orang itu saling menggenggam, tapi jemarinya bahkan hanya dilukis berbentuk lingkaran sekecil telur puyuh.

Mengerikan.

"Sayang," Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menggeser satu kursi lagi disamping Ji Eun, duduk disebelahnya,"biarkan aku menggambar kita untukmu." tawarnya.

"Kau bisa menggambar wajah orang?" Ji Eun merasa terkejut, hampir merasa kagum lebih awal terhadap penuturan Jungkook barusan. Pria itu merebut kuas yang sedang dipegangnya dan mulai menggambar.

Sebuah ciuman lembut dari Jungkook mengawalinya sebelum kuas tersebut kembali menggores diatas kanvas yang baru. Ji Eun memerhatikannya dengan seksama. Tetapi sampai lukisan itu selesai bahkan Ji Eun terus-terusan mengerutkan dahinya bingung.

Lukisan Jungkook memang hampir menyaingi kualitas pelukis asli. Dengan gaya kuas yang sangat meyakinkan disetiap goresannya, padu-padan warna yang membentuk sebuah ornamen disana-sini, begitu indah membentuk pemandangan Seoul diluar sana. Tapi tidak ada wajah dirinya ataupun Jungkook didalam lukisan itu.

"Lalu, dimana kitanya?" tanya Ji Eun melanjutkan pertanyaan yang baru saja terbentuk didalam pikirannya sendiri. Jungkook melihatnya dalam, bola matanya berpendar seperti galaksi yang menyatu dalam telisikan cahaya matahari dari sudut jendela.

Saat itu masih musim dingin. Tapi salju sudah tidak lagi sering turun dengan deras. Bongkahannya sudah mencair dilahap panas cahaya seperti hari ini.

"Apa kau lihat pohon maple yang berjajar diseberang trotoar jalan?" tanya Jungkook, menunjuk pada gambar pohon maple yang memang berdiri kokoh diluar sana. Ji Eun mengangguk.

"Mereka melambangkan keharmonisan dan kesetiaan. Daunnya hanya akan jatuh pada setiap musim gugur tiba tak peduli berapa kali musim berganti, sama sepertiku yang hanya akan jatuh pada hatimu. Meski aku mati dan dilahirkan kembali, aku akan tetap memilihmu untuk jatuh cinta, seperti pohon maple yang memilih musim gugur untuk menyerahkan sebagian dari dirinya."

Hati Ji Eun jadi begitu hangat dengan cara yang konyol. Bahkan dengan kata-kata sederhananya, Jungkook mampu membuat Ji Eun meleleh seperti salju yang diterpa sinar matahari. Sejak kapan suaminya itu pandai merayu?

"Kau tahu kau bisa menulis lagu dengan kemampuan menggombalmu yang seperti ini." komentarnya mengusak surai Jungkook hingga sedikit berantakan. Tapi Jungkook menyukainya. Dia selalu menyukai apa yang Ji Eun kacaukan didalam dirinya.

"Akan kupertimbangkan," katanya lalu membawa tangan Ji Eun dan mencium buku-buku jarinya lembut, "sekarang kita makan siang. Sudah lama kita tidak makan siang bersama. Apa yang kau inginkan? Sushi? Atau tangsuyuk?"

"Aku ingin memakanmu." jawab Ji Eun tanpa peduli situasi disekitarnya. Mata itu telah berubah lebih gelap daripada sebelumnya, memancarkan gairah yang tumbuh semakin besar ketika pandangan Jungkook turun kearah bibirnya yang merekah.

Suara yang mengundang barusan itu membuat Jungkook juga ikut terhanyut kedalam suasana yang sudah diciptakan Ji Eun sedikit intim, ragu-ragu ia membawa jemarinya pada sekitar leher Ji Eun yang mengenakan kerah rendah. Belahan dadanya sangat menggoda, apalagi ketika ia melihat tahi lalat yang menghiasi perpotongan lehernya dengan indah.

Seks di kantor? Mungkin mereka akan merasakannya hari ini.

Dasi yang menggantung itu dilonggarkan Jungkook secepat yang ia bisa, sebelum akhirnya Jungkook membopong Ji Eun keatas sofa dan mendudukkan wanita itu dipangkuannya.

The Wife | Jungkook x IUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang