Saudade: (n.) a nostalgic longing to be near again to something or someone that is distant, or that has been loved and then lost; "the love that remains".
Chapter flashbacknya Bapak Dilan yang Terhormat.
1035, kota Malang
Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa bahwa sudah 14 tahun dia meninggalkan Surga dan sekarang menetap di salah satu kota di Bumi. Kota Malang, di salah satu desa yang penduduk di sini dapat dikatakan ramah terhadapnya padahal dia termasuk hitungan penduduk baru di desa tersebut.
Di awal memang beberapa penduduk desa ini bingung dengan kedatangan Dilan yang tiba-tiba tinggal di daerah pedesaan mereka. Walaupun rumah yang ditinggalinya agak masuk ke dalam hutan, tapi hutan tersebut termasuk sumber mata pencaharian dari penduduk desa di sini. Hanya saja dengan Dilan yang beruntungnya cepat beradaptasi dengan semua yang ada di Bumi sehingga penduduk di desa juga senang-senang saja melihat Dilan yang tinggal di sini.
Apalagi tidak jarang menemui Dilan yang selalu membantu warga sekitar. Untuk tinggal di sini haruslah membuat relasi yang baik agar bisa survive. 1000 tahun masih lama sekali, bahkan dia masih menginjak ditahun ke sepuluh dan masih banyak tragedi yang akan dia lalui nantinya.
Sebenarnya misi pencarian cinta sejati ini sangat sangat tidak diperlukan. Buktinya Dilan masih saja duduk di atas bebatuan besar di pinggiran sungai ditemani dengan suara gemerisik dedaunan pohon pinus yang saling bergesekan membuat keheningan yang tadi berlalu. Dia tetap saja selama sepuluh tahun ini tidak ada keinginan untuk mencari cinta sejati. Terus kalau sudah mendapatkan cinta sejati, dia harus apa?
Menikah? Seperti kebanyakan pasangan yang tidak terpisahkan ketika dia masih berada di Surga. Memikirkan hal itu saja mengerikan baginya. Harus selalu memperhatikan pasangannya. Memprioritaskan pasangannya, padahal kan diri sendiri adalah prioritas paling pertama. Tidak bisa mengerti jalan pikiran orang-orang di sekitarnya, apalagi Tuhan yang memberikan "kesempatan emas" ini. Menurutnya sih, "kesempatan emas" lebih pas jika diganti menjadi "kesempatan untuk menghilang".
Sebenarnya Dilan juga tidak mau memfitnah Tuhannya sendiri, tapi apa daya pikiran-pikiran negatif terus berkecamuk di kepalanya. Memikirkan bagaimana kalau ini merupakan salah satu cara Tuhan untuk mengurangi populasi malaikat di Surga? Atau nama-nama yang dipilih ternyata tidak random, tapi memang sengaja dipilih agar bisa mengurangi populasi.
Dilan menghela napasnya berusaha menepis semua pikiran negatifnya itu selama 10 tahun belakangan ini. Tidak baik bagi kesehatan mentalnya. Jadi, apakah dia harus hidup seperti ini terus menerus? Ditambah bersama Gabriel? Berdua? Dia langsung menggelengkan kepalanya benar-benar harus menghilangkan pikiran buruk dan mengembalikan pikiran positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Nights (END)
RomanceMemangnya aku punya kesempatan untuk kembali mencintai lagi? - September, 2021