16. Philophobia

112 66 18
                                    

Philophobia: (n.) fear of falling in love

hope u guys like this chapter!💗🦋

Setelah kejadian tadi di kamar 1503, Zera sudah kembali dengan selamat dan sekarang dia sedang berada di kitchen memotong sayur-sayuran untuk bahan memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian tadi di kamar 1503, Zera sudah kembali dengan selamat dan sekarang dia sedang berada di kitchen memotong sayur-sayuran untuk bahan memasak. Tentu saja walaupun telunjuknya sudah memiliki luka karena terpotong, tapi dia tidak kapok untuk memotong kembali karena dia lebih memilih memotong daripada memasak.

Pikirannya masih berkelana di kejadian tadi dirinya dengan Dilan di kamar suite room itu. Ya, setelah pertanyaan yang diajukan oleh Dilan, pertanyaan yang secara tidak langsung kembali membuat jantung Zera berdegup. Kenapa juga setiap kali memikirkan Dilan jantungnya selalu tidak karuan seperti sekarang?!

Tadi Zera bahkan tidak tau harus menjawab apa dan gimana dia akan menjawab pertanyaan yang ditanyakan Dilan. Menjadi seseorang di hidup Zera? Seseorang yang spesial? Dia tidak pernah terpikirkan kalau orang tersebut adalah Dilan. Lagi pula dia tidak sedang ditahap akan menerima seseorang. Padahal seingatnya dia hanya meminta Dilan untuk tidak melewati batas. Bukan permintaan yang sulit, kan?

Tapi kenapa malahan jadi Dilan yang mau hadir dan masuk di kehidupannya dan menjadi seseorang berarti akan menjadi seseorang yang berarti juga buat dirinya. Dia tentu saja belum siap. Kalau kejadian masa lalunya terulang bagaimana? Tidak mau lah pokoknya.

Ya, tadi Zera pokoknya hanya menjawab "nggak tau" dan langsung melepaskan kedua tangan Dilan dari pinggangnya kemudian cepat-cepat keluar. Untungnya dia masih punya kewarasan sedikit sejak kedua pinggangnya dipegang dengan erat. Dia harus menjaga jarak ketika bertemu dengan Dilan lagi.

Tidak terasa waktu sudah mulai menunjukkan sore hari dan Zera pun sudah stand by di stationnya. Kali ini bukan di dalam, melainkan menjaga station makanan ringan yang berada di tengah restoran hotel ini. Dia juga berdoa semoga saja Dilan tidak datang makan malam di sini. Dia tidak tau lagi harus bersikap bagaimana jika dia bertemu dengan Dilan sekarang setelah kejadian dia "berdiskusi" dengan mantan pembicaranya itu.

Namun sepertinya hanya doa Audrey saja yang dikabulkan. Buktinya maupun dia berdoa, sekarang dia melihat Dilan Wijaya sedang berjalan bersama dengan dua orang pria lainnya yang tidak dia kenal—mungkin rekan kerjanya—memasuki restoran ini dengan berbincang satu sama lain. Mata mereka bertatapan dan Dilan yang sekarang pura-pura tidak melihatnya. Yang benar saja. Karma ini namanya.

Dilan saat ini duduk di meja dan kursi tepat di belakangnya. Sengaja pastinya. Ya, tentu saja jantungnya kembali tidak karuan. Mengingat kejadian di kamar Dilan membuatnya semakin terlihat bodoh. Sejujurnya dia semakin tidak fokus sekarang mengingat Dilan duduk makan malam di belakangnya. Bahkan pembicaraan pria ini dengan rekan kerjanya terdengar jelas walaupun Zera tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

"Selamat malam Pak, mau yang mana?" tanyanya karena tiba-tiba saja ada tamu yang sedang mampir di stationnya.

"Gado-gadonya boleh, deh."

The Rainy Nights (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang