Mizpah: (n.) the deep emotional bond between people, especially those seperated by distance or death.
Juni 2007, kota Malang
Seperti biasa, bulan Juni merupakan bulan yang paling diidam-idamkan murid sekolahan karena di bulan inilah waktunya mereka libur. Termasuk Zera dan Hera yang seperti biasa selalu datang ke rumah neneknya di Malang ketika liburan sekolah datang. Biasanya mereka liburan keluar kota, tapi hanya beberapa hari kemudian balik lagi di sini, rumah masa kecil mamanya yang sampai sekarang masih terawat.
Beberapa kali memang rumah ini melakukan renovasi agar tetap mengikuti perkembangan zaman. Rumah neneknya ini tidak memiliki tingkat dan teras halaman depan rumahnya juga agak luas sehingga banyak tanaman-tanaman yang sengaja neneknya tanam. Sering juga kakeknya merokok di teras.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan setiap kali pulang ke rumah neneknya, Zera dan Hera selalu bermain sepanjang hari dengan tetangga mereka di lapangan kosong perumahan ini.
Kali ini mereka bermain maling dan polisi walaupun hanya berlima; Zera, Hera, Cinta, Bobby, dan Andi. Tapi, semua tetap seru kan, asal bersama teman. Kejar-kejaran tentu saja sampai kotor. Pulang pulang pasti langsung dimarahin sama mamanya. Tentu saja mereka tetap melakukan hal ini.
Kali ini mereka bermain hingga matahari mulai terbenam menimbulkan semburat warna pink dan biru di langit seperti lukisan. Indah. Langit mulai menunjukkan kalau dirinya akan berganti menjadi malam. Waktunya mereka selesai bermain. Kedua kakak beradik ini juga berjalan pulang, sebelum menuju rumah pastinya mereka harus mampir ke warung untuk membeli permen. Lagi ingin permen kaki yang warnanya merah.
"Aduh, iya jeng, idaman pol pokoknya sudah ganteng, kaya, masih muda lagi," kata pemilik warung itu yang sedang bergosip dengan 2 tante-tante lainnya. "Mau beli apa, Ra?"
"Beli permen kaki, tante, yang merah 2, ya," kata Zera.
"Ih, aku mau yang biruuuu." Siapa lagi kalau bukan Hera yang merengek minta biru.
"Iya ada sayang yang warna birunya. Jadi mau warna apa, nih?"
"Merah satu biru satu tan."
Tante pemilik warung langsung mengiyakan pesanan Zera sedangkan dua tante lainnya masih melanjutkan gosipannya di samping kedua kakak beradik ini yang dikira kembar padahal tidak.
"Sudah ada pacarnya belum, sih? Kok aku ya ndak pernah liat dia bareng cewek lho."
"Haduh jeng... aku yang rumahnya deket sama anak itu ya ndak pernah liat, seringnya liat dia keluar kota aja jeng."
"Memang ngapain jeng keluar kotanya," sambung tante pemilik warung yang sudah kembali membawa dua permen kaki berwarna merah dan biru untuk mereka berdua. "Dua ribu sayang."
"Ya aku ndak tau mungkin kerja jeng, sampe sekarang ndak tau lho dia kerjanya apa. Kamu tau ndak Ra, yang mas-mas ganteng itu?"
Zera yang mengambil uang lima ribuan juga kaget tiba-tiba diajak bergosip seperti ini, sedangkan Hera sudah ke depan warung dengan memakan permen kaki birunya menunggu Zera di luar sambil menikmati angin sepoi-sepoi katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainy Nights (END)
RomanceMemangnya aku punya kesempatan untuk kembali mencintai lagi? - September, 2021