"Yoshi! Allahuakbar lama betol ni anak!" Bapak Jihoon nampaknya sudah lelah panas-panas menunggu di luar.
Ya kan bisa masuk rumah dulu, Ji.
"Bentar pa! Kaos kaki Ochi ilang sebelah."
"Ah ngapain kau pake kaos kaki? Kaos kutang appa banyak tuh, jadiin kaos kaki gapapa."
"Ya gabisa maksa gitu dong, my hasben," sahut Hyunsuk yang lagi jemur baju.
"Ya bisa lah. Kan sama-sama kaos."
Debat sama bapak Jihoon emang ga pernah bener. Kelar masalah kagak, naik darah iya. Makanya buat kalian yang punya anemia bisa tuh cari masalah sama Jihoon, sapa tau darah tinggi ntar.
"Oke udah." Untungnya Yoshi udah kelar siap-siap.
"Pamit sono sama eomma. Sama adek-adek juga."
"Sama adek udah tadi di dalam. Sampe dinyanyiin hymne guru juga sama Asahi."
"Bagus bagus. Buruan dah naik." Jihoon menaiki motornya, lalu memutar kunci kearah on.
Yoshi hendak menghampiri Hyunsuk untuk berpamitan. "Eomma, Ochi berangkat ya. Eomma jaga diri baik-baik."
Hyunsuk yang berlinang air mata karna tak kuasa menahan tangis itu langsung memeluk erat tubuh Yoshi. "Kamu juga jaga diri baik-baik. Nanti kalo udah disana jangan lupa telpon eomma ya. Nanti eomma beli hp andriod deh biar bisa pidio kol."
"Android, eomma," koreksi Yoshi sambil menghapus air matanya.
"Ah apalah itu. Pokoknya nanti jangan lupa kasih kabar ke eomma ya."
"Tenang aja, aku bakal sering-sering main kesini kok."
Kecupan hangat terakhir kalinya diberikan Hyunsuk tepat di kening anak angkatnya itu. Tangis haru tak mampu di bendung lagi.
Udah kayak emak-emak habis dengerin ceramah idul fitri.
Yoshi naik di boncengan belakang motor butut Jihoon. Tak butuh waktu lama, Jihoon langsung menyalakan mesin motornya. Suara knalpot yang mirip kayak T-rex batuk-batuk menandakan betapa jeleknya motor Jihoon.
Iya, tu de poin aja. Motor Jihoon memang penyakitan sebenarnya.
Brmm... Brmmm... Brtt
"GUE IKUT!!" teriak seseorang dari ambang pintu.
Jihoon, Yoshi, termasuk Hyunsuk yang lagi menyaksikan kepergian Yoshi-langsung menoleh bersamaan.
"Ah lu kek gembel gitu mau ikut," ejek Yoshi.
"Ga peduli. Ajun ikut pokoknya. Mau liat, seberapa gamtenk sih sodara Ochi."
"Bodo. Yaudah cepetan! Kalo lama, tinggal!" ancam Jihoon.
"Ajun udah siap kok!"
Bocah 13 tahun itu langsung memakai alas kakinya. Ga peduli meskipun cuma pake kolor sama baju bola, yang penting jalan.
Ajun duduk di tengah, Yoshi paling belakang, sedangkan Jihoon yang menyetir. Hyunsuk cuma bisa geleng-geleng sambil istighfar. No comment dah pokoknya.
Tak berselang lama, tiga manusia tadi akhirnya berangkat. Hyunsuk melihat punggung Yoshi yang semakin menghilang seiring menjauhnya motor Jihoon. Ada doa yang dipanjatkannya agar anak itu kembali. Namun dirinya pasrah jika takdir berkata lain.
"Eomma nangis?"
Jeongwoo menarik baju Hyunsuk, membuat emak-emak itu menunduk.
"Gak, eomma ga nangis. Tadi kesiram air cucian. Jeongwoo makan apa?" tanyanya kemudian saat menyadari sesuatu yang dimakan anaknya.
"Gatau. Tadi ada coklat ketimbun pasir, uwo ambil."
Hyunsuk menyadari sesuatu saat Jeongwoo menunjuk gundukan pasir yang berada di samping Ruby, meong kesayangan Ajun.
"JEONGWOO!! BUANG!!"
---
2 jam kemudian...
"Masih jauh?" Junkyu memastikan. Lapar, haus dan kram bokong mulai dirasakannya.
"Iya nih, udah dua jam perjalanan, tapi keknya dari tadi cuma muter-muter doang," Yoshi menambahkan. "Mana pantat gue sakit banget kena besi belakang motor."
"Woah! Ada es potong!" teriak Junkyu tiba-tiba.
Jihoon hanya membatin, Gini amat punya anak gaada yang bener.
"Emang sodara aku ganteng?" tanya Yoshi pada Jihoon.
"YNTKTS. Dulu dia masih bayik, kalo ga salah sejak 11 taun lalu pas kecelakaan orangtuamu, dia diasuh sama orang lain. Gatau siapa. Makanya appa ga pernah liat ujung giginya lagi."
"Appa ngapain mantengin ujung gigi orang?"
"Itu kalimat kiasan, Jun. Kamu tuh sekolah onlen bukannya makin pinter malah makin goblok."
Anaknya siapa, Ji?
"Oh iya, dia kakak atau adekku?" Yoshi mengalihkan pembicaraan.
"Liat aja nanti."
"Btw kok appa bisa tau se-detail itu sih? Appa stalker?" Junkyu mulai curiga.
Kalo beneran bapaknya itu stalker, kan bisa minta tolong selidiki rahasia rival ff Junkyu yang hebat-hebat. Mungkin aja mereka punya pelet apa gitu.
"Bukan appa, tapi eomma yang stalker. Entah darimana dia tau semua itu."
"Eh, kalo appa gatau, gimana kita nemuin alamatnya?"
"YNTKTS."
Setelah debat ga guna yang berlangsung selama hampir sejam, Jihoon akhirnya memutuskan untuk bertanya ke abang bakso yang mangkal di bawah pohon duren. Tapi abangnya lagi sibuk ngelayanin pelanggan.
"Bang, bang, numpang tanya."
"Iya, om?"
Bazenk. Tampang gue macam om-om kah coeg,-Batin Jihoon dalam hati.
"Lo tau rumahnya almarhum almarhumah bapak ibu muda yang pernah kecelakaan sekitar 11 taun lalu pas mereka lagi nyari anaknya yang hilang bernama Kanemoto Yoshinori di jalan Sukamundur sekitar jam... agak sorean lah, tau gak?"
Abangnya diem. "Ulang dong."
"GOBLOK! Tanya orang lain aja dah."
---
Tbc.
@cat_lolyez
KAMU SEDANG MEMBACA
The INIKEREABLE (✓)
Fanfiction[ Kalo gak baca nyeselnya tujuh turunan ] "Cuma orang kaya yang bilang banyak anak banyak rezeki. Kalo kita banyak anak banyak cobaan." -HoonSuk Ft. Ha Yoonbin ___________________ WARNING!! - 13+ - Bahasa non baku - Toxic bertebaran - Typo? Mohon di...