14. Tamat kah?

1.1K 243 24
                                    

"Mana uang itu? Jangan bilang lo gak bawa."

Hyunsuk menelan salivanya. "Yoonbin, gue udah siapin uangnya di rumah. T- tapi gue lupa-"

"Tch, dasar manusia." Yoonbin tersenyum miring. "Ini udah ketiga kalinya lo nunggak. Lo mau gue bocorin rahasia itu ke Yoshi?"

"J- jangan. Gue-"

"Tapi, bagus sih kalo Yoshi tau soal gue. Karna gak seharusnya dia tinggal sama keluarga busuk yang memalsukan identitas orang dengan uang." Yoonbin terkekeh. Tidak peduli dengan siapa dirinya berbicara, rasanya sopan santun sudah tidak ada lagi.

Udah kayak bocil jaman sekarang, gak punya attitude. Gak gue sebutin line berapa, yang pasti kalo main kemana mana selalu nenteng hp buat mabar.

"Heh anak kecil!"

Yoonbin melirik dari ekor matanya. Dari arah selatan, muncul Jihoon yang entah datang sejak kapan.

Yoonbin sama sekali tidak menggubris. Memang bocah satu ini gak ada takut-takutnya sama Jihoon, mungkin kalo tinggal serumah kerjanya ribut doang.

"Lo masih anak kecil, berpikirlah kayak anak kecil lainnya." Jihoon melanjutkan kalimatnya. "Anak seusia lo seharusnya gak-"

"Bacot! Lo juga, seharusnya contoh bapak bapak lainnya yang berkedudukan jadi kepala keluarga, bukan beban keluarga."

Jihoon menaikkan dagunya. "Lo seharusnya bersyukur udah dinafkahin sama bini gue! Dia rela jual motor tetangga sampe kena gebuk warga, demi biayain hidup lo. Berterimakasih kek."

"Itu karna ulah kalian sendiri. Kalo dulu kalian balikin Yoshi ke keluarga gue, gue gak akan nyusahin kalian. Gue gak bakal jadi anak terlantar yang dinafkahi oleh orang yang bahkan gak punya hubungan keluarga sama gue. Dan mirisnya, semua itu mereka lakuin dengan imbalan tutup mulut. MANUSIA MACAM APA KALIAN?!" gertak Yoonbin. "Keji."

Dua sejoli itu saling memandang. Lalu menunduk mengheningkan cipta.

"Emak babeh gue meninggoy bukan karna kecelakaan. Tapi mereka bunuh diri karna depresi kehilangan Yoshi."

Mendadak atmosfer menjadi hening. Jihoon dan Hyunsuk sama sekali tak berkutik, udah kayak bawahan yang dimarahin atasannya. Akan tetapi keheningan tersebut tidak berlangsung lama saat seseorang muncul dari arah barat.

"Itu... beneran?"

Ketiga atensi itu menoleh ke asal suara, dimana Yoshi berdiri dengan mata berkaca-kaca bersama Junkyu di sisinya. Mereka bertiga sama-sama terkejut.

Yoonbin buru-buru memakai topinya kembali, berharap Yoshi tidak mengenalinya. Meskipun terlambat.

Jihoon langsung menghampiri Yoshi dengan senyum yang dipaksakan. Doi mengeluarkan goceng dari dalam dompet merah jambunya.

"A- anu, Yoshi mau mamam es krim? Yok appa beliin. Mau rasa apa? Coklat? Leci? Atau Lee Min Ho?" tanya Jihoon, berusaha mengalihkan perhatian Yoshi.

"Ajun mauu!" sahut Junkyu.

"Paan sih lu," sinis Jihoon. "Yok, appa beliin es krim. Mau makan sekalian gak? Makan bakmi kah? Atau bakmandi?"

Tapi sayangnya, Yoshi malah menepis tangan kotor Jihoon. Doi berlari menghampiri Yoonbin dan memeluknya erat.

Yoonbin melebarkan matanya saat tubuh hangat Yoshi begitu dekat dengannya. Udah kek mau nangis kejer, tapi gak mungkin. Pengen ngebalas pelukan Yoshi aja rasanya asing banget.

"Balas pelukan gue kalo lo bener saudara gue!" kata Yoshi dengan pelukan eratnya yang belum lepas.

Kedua tangan Yoonbin terangkat perlahan, sampai akhirnya berhasil melingkar sempurna di punggung Yoshi.

Air mata Yoshi tidak terbendung lagi. Dia menangis sejadi-jadinya sampai pundak Yoonbin basah oleh air mata, juga air hidung.

"Kenapa lo gak ngaku waktu itu?"

"Mian."

Yoonbin yang nampak sangar itu, kini luluh di pelukan Yoshi. Agak gak nyangka, bocah yang suka memakai tindikan hadiah jajan dua ribuan itu ternyata bisa mewek, bahkan lebih aib daripada Jeongwoo.

Jihoon menyenggol lengan Hyunsuk yang mendadak ikut menangis. "Trus endingnya gi... Eh lo kenapa nangis, anjir. Lucunya dimana?"

"Gue gak siap kehilangan Yoshi..."

Hyunsuk tuh sebenarnya sayang banget sama Yoshi. Gak kebayang kan betapa sayangnya dia sampe rela digebukin warga demi cari uang buat Yoonbin supaya doi tutup mulut.

Kalau aja dulu Yoonbin ada bersama Yoshi, Hyunsuk pasti bakal pungut dua-duanya. Tapi terlambat, Yoonbin baru diketahui identitasnya saat usia Yoshi sudah menginjak 10 tahun. Daripada mental Yoshi down karna tau dia bukan anak Hyunsuk, lebih baik Hyunsuk sembunyikan semuanya.

Tapi ternyata, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya nyungsep juga.

"Yoonbin," panggil Junkyu yang daritadi udah nangis sengguk-sengguk sampe keselek ingus sendiri. "Lo gak bakal bawa Yoshi kemana mana, kan?"

Yoonbin mengusap air mata di pipinya, berusaha kembali bersikap tenang. Matanya begitu tajam menatap Hyunsuk juga Jihoon.

"Gausah mimpi lo. Karna Yoshi bakal ikut sama gue ke rumah nenek."

"Tapi," Yoshi menyela. "Gue gak bakal bisa tinggalin mereka. Gue sayang sama mereka.."

"Tapi lo harus ikut gue ke rumah nenek! Karna nenek lagi sakit parah. Sebentar lagi dia mau nulis surat wasiat. Lo gak mau dapet jatah warisan?"

Yoshi terdiam. Sebenarnya berat rasanya ninggalin sembilan saudara rusuhnya yang justru bikin harinya berwarna, juga dua orangtuanya yang tiap hari baku hantam. Tapi inilah impian Yoshi.

Bukan impian dapet warisan ya. Maksudnya impian dia untuk berkumpul lagi sama keluarga aslinya. Yoshi bener-bener dilema.

"Oy bocah!" Jihoon angkat suara, membuat Yoonbin melihat kearahnya. "Kenapa lo bersikeras banget buat ngajak Yoshi kabur? Dianya aja ogah ogahan kok, napa lo maksa?"

"Karna gue gak mau pisah sama Yoshi lagi."

"Itu aja? Cuma karna gamau pisah sama Yoshi?Trus kalo kita ngerawat lo sekalian gimana?"

---































Tamat kah?

The INIKEREABLE (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang