Festival Sekolah

5 1 0
                                    

"Jangan pergi karena aku tak mau kehilangan lagi." Mercy Alviana.

Matahari mulai naik. Rasa panas mulai menjalar membuat keringat berjatuhan. Hari itu musim panas telah tiba. Semua orang bersemangat menyambut hari libur yang tentunya sangat mereka nanti-nanti. Namun, seperti tahu keinginan murid sebelum liburan pun para guru memberikan banyak tugas sekolah bukan hanya itu bahkan mereka mengadakan festival sekolah untuk menyambut liburan.

"Mike bangun oi."

"Hem"

"Lu mau pulang kagak?"

"Hm"

"Serah lu deh. Gue pulang duluan. Oh, iya satu lagi lu dicariin Jim," ujar cowok berambut cepak berwarna hitam legam didepannya tersebut. Dan akhirnya mata Mike terbuka begitu mendengar perkataannya.

"Tunggu gue bentar. Jim ada dimana?"

"Mana gue tau. Lu kira gue peta apa." Mike terkekeh mendengar jawaban temannya itu. Lalu ia bergegas mengikuti langkah temannya itu.

Ia melangkah kearah pos satpam ketika tahu orang yang dicarinya ada disana. Orang itu melambaikan tangannya mengisyaratkan 'gue disini' membuatnya lantas mengangguk. Mereka bersender di sebuah tiang disana dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Hah, langsung aja ke intinya. Lu pasti udah tau, kan? Gue yakin Ray bilang ke elu. Gue cuma mau bilang hati-hati dan ..." Ia menghela nafasnya kasar, "dan kalau lu beneran harusnya lu berjuang bukan cuma diam dititik teraman yang lu buat," sambungnya sambil menepuk-nepuk pundak Mike.

"Dah, ya gue ada urusan lain." Lalu ia segera melangkah pergi meninggalkan Mike yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Gue tau mungkin ini bisa jadi berita buruk dan juga berita baik. Lu udah tau kalau ada pertukaran pelajar? Dia ikut yang kali ini bahkan sebelum gue. Dan lu pasti tau gue gak bisa cegah dia dari dulu." Suara ditelpon itu langsung membuatnya mengepalkan tinjunya. Ia tahu betul apa yang dimaksud saudaranya itu.

"Ada lagi?"

"Gak. Ah, itu gue juga berniat mempercepat proses kembalinya gue." Tidak terdengar respon apapun dari seberang membuat ia kembali berucap lagi.

"Ayah dan ibu akan ikut kali ini."

"Apa? Kenapa lu baru bilang? Lu mau balik kesini kapan?"

"Pertukaran pelajar selanjutnya," ucapnya terdengar ada suatu hal tersembunyi didalam suaranya.

"What the fuck," umpatnya dan sambungan telpon tersebut terputus. Sepertinya orang diseberang tak memberinya waktu bicara lagi tetapi memberinya waktu untuk berpikir.

"Damn, apa yang harus gue lakuin? Berhenti atau bertahan?" Ia mengacak rambutnya frustasi. Tangannya sedikit tergores karena ia sempat mengepalkan tinjunya ke tembok tadi. Kini pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan tanpa jawaban.

**

"Oke anak-anak kalian tahu kan kenapa ibu ada disini. Ibu cuma mau mengingatkan tentang festival sekolah sebelum liburan kalian. Jadi, pastikan menyiapkan yang terbaik ya."

"Ya," ucap mereka serentak sebelum akhirnya bel pulang berbunyi.

"Eh, kalian tahu gak?"

"Apaan?"

"Apa?"

"Katanya banyak orang yang menyatakan perasaannya saat festival sekolah. Dan biasanya itu terjadi saat acara utama telah selesai," ucapnya antusias.

"Ngapain coba mereka menyatakan cinta saat festival usai? Padahal kan ada masih banyak waktu selain itu," katanya begitu mendengar ucapan Vany.

"Ah, lu ah kayak gak tau aja," cibir Via. Ia sudah terbiasa kesal karena perkataan sahabatnya tersebut.

Love Him tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang