"Tidakkah kau sadar? Kau berhasil membuatku kembali merasakan hal itu setelah sekian lama hal itu pergi dari hidupku." Mercy Alviana.
Mobil Jeep merah tersebut melaju pelan dijalan raya kota Jakarta terdengar suara riuh pikuk dari dalam mobil tersebut. Beberapa saat kemudian mobil Jeep merah itu berhenti di depan sebuah kafe di pinggir jalan. Turunlah sejumlah orang dari mobil tersebut.
"Kenapa kita mampir kemari?," tanya seseorang dengan nada suara seakan tak suka.
" Hey Al, tenang takkan ada dia disini," sahut Via setengah menahan tawa.
Alvi tau Ray takkan ada disana. Dan itulah yang membuatnya begitu marah. Biarpun ia ada atau tidak ada tetap saja kafe ini membawa begitu banyak kenangan tentangnya. Dan kenapa sekarang mereka harus kesana?. Karena kesal Alvi tak berniat bicara sedikitpun ia hanya diam meminum minumannya yang tak lain adalah es teh lemon.
" Sorry kalian jadi harus kesini," ucap seseorang dengan suara serak khasnya. Dan karena suara khasnya itulah Alvi menoleh ke asal suara. Matanya langsung membulat ketika tahu bahwa orang tersebut adalah Mike.
"Sebentar kau bekerja disini?," unek-unek yang sedari tadi ia pendam dikepalanya itu kini ia keluarkan. Mike menoleh lantas mengangguk.
"Mike kita tunggu di mobil, okay," ucap Jim selaku tetua disana. Mereka pun berjalan keluar meninggalkan Mike kecuali satu orang yaitu Alvi. Entah kenapa dia tetap diam tanpa berniat bergegas sedikitpun.
"Alvi ayok," teriak Vany melihat Alvi yang masih tak jua bergegas untuk pergi.
"Aku akan kesana bersama Mike nanti".
Beberapa menit kemudian Mike keluar dengan jaket lepis dan celana jeans berwarna biru tua senada dengan baju hitam dibalik jaket tersebut. Mike yang terkejut begitu melihat seseorang menunggunya segera menaikkan alisnya pertanda ia bertanya.
"Eh anu".
"Kenapa lu masih disini?" Belum sempat ia berbicara, ia sudah dikejar pertanyaan oleh Mike.
"Itu..., aku menunggumu." Dan rasanya ia menyesal mengatakan hal tersebut. Bagaimana tidak saat ia berbicara seseorang menelpon Mike membuat fokusnya teralihkan ke HPnya.
"Hello"
"Ya halo"
"Mike Alvaro?"
"Ya, ini siapa?"
"Wow, kamu melupakanku Mike?" Seketika itu barulah otak Mike berfungsi. Ia segera mengingat perkataannya pamannya tempo hari.
"Mau kemana lagi kamu, Mike?" Suara pria paruh baya itu menggema di ruangan. Mike menoleh mendengar namanya dipanggil.
"Pergi sebentar," jawabnya dengan malas.
"Balap motor? Tidak aku tidak akan menginzinkanmu." Terlihat dari wajahnya ia geram. Melihat itu Mike menghela nafasnya kasar.
"Aku hanya pergi ke rumah Yovan, Uncle". Pria paruh baya itu terdiam sejenak sambil menatap remaja didepannya.
"Pulanglah sebelum malam ada yang ingin kita bicarakan". Mike mengangguk tanda setuju kemudian berlalu dari ruang tamu.
Ketika ingatan itu muncul Mike segera menghapusnya bersamaan dengan itu ia menutup panggilan tersebut secara sepihak. Kemudian, ia menoleh kearah dekat jendela. Ya, disana terlihat Alvi masih menunggunya. Terlihat ia mondar-mandir sambil menggerutu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Him too
RomanceApakah salah jika kita mencintai seseorang yang mencintai kita ? Apakah salah jika tanpa sadar kita mencintai dua orang yang berbeda karena menganggapnya seakan-akan orang yang sama? Apa itu salah? Jika itu salah, lalu aku harus bagaimana? Ini cerit...