" Di hari pertamaku datang itulah hari pertamamu pergi." Mercy Alviana.
Semilir angin kembali berhembus menerbangkan beberapa dedaunan yang tak hijau lagi. Burung-burung saling berkicau sahut menyahut. Jalanan masih tetap ramai dan dipenuhi banyak kendaraan. Mataku menatap ke depan gerbang dengan tapapan senang bibirku pun ikut membentuk sebuah lekukan senyuman.
Esok adalah hari bahagiaku karena pertama masuk ke national senior high school. Dan bukan hanya itu, aku akan satu sekolah dengan Ray, cinta pertamaku. Sedari tadi aku berusaha menyiapkan semua peralatanku malam ini agar tidak ada yang tertinggal esok pagi. Berhubung aku juga termasuk orang yang sedikit ceroboh.
Mentari mulai menampakkan dirinya malu-malu. Aku yang merasa masih terlalu pagi pun tak lekas beranjak pergi dari kasurku. Namun, siapa sangka karena terlalu santai aku hampir telat di hari pertamaku sekolah. Untung saja Ray sedang menjaga gerbang. Jadi, ia menolongku jika tidak entahlah apa yang terjadi.
" Kebiasaanmu muncul lagi, Vi. Bukankah sudah kukatakan agar tidak ceroboh lagi dalam hal apapun itu." Ia terus menceloteh sambil sesekali menggelengkan kepalanya. Lalu, ia menyuruhku bergejolak berbaris ketika kami hampir tiba di lapangan.
" Jaga dirimu baik-baik, bye," ucapnya seraya melambaikan tangannya. Lalu kami pun berpisah disitu.
Dan sepertinya jika pawangku pergi maka kesialan akan menimpaku. Lihat saja sekarang baru beberapa detik yang lalu kami berpisah kini aku sudah bertabrakan dengan seseorang yang sepertinya adalah kakak kelasku.
" Ah, maaf," ucapku lalu buru-buru berdiri.
" Ah, iya-iya. Sorry," sahutnya lalu segera mengambil barangnya yang sepertinya terjatuh.
" Sekali lagi maaf, kak. Kalau begitu saya permisi." Cowok tersebut hanya mengangguk tanpa menatap wajahku. Dan aku pun segera bergegas pergi menuju ke lapangan sesuai perintah ray.
**
Semua murid baru telah melewati masa MOS nya beberapa hari lalu. Dan pembelajaran sudah mulai seperti biasa. Saat sang surya sepengala naik, murid-murid pun berhamburan untuk istirahat pertama.
" Vi, ayok," ajak mereka bersamaan sambil menarik lengannya. Ia hanya mengangguk.
" Tunggu sebentar, kita mampir ke ruang guru dulu, ya," ujarnya dan diikuti anggukan kedua sahabatnya.
" Kami tunggu disini," ucap keduanya lalu berhenti diujung koridor.
Alvi hanya mengangguk lalu buru-buru ke ruang guru untuk menyerahkan tugas. Namun, siapa sangka semenjak hari itu akan ada masalah yang menimpanya. Hanya dikategorikan satu orang yang tidak sengaja ia temui hari itu.
" Kak, Ray?," tanyanya ketika ia melihat seseorang yang sepintas mirip dengan Ray. Anehnya, orang itu menoleh kearahnya walau tak berkata apa-apa. Sedangkan Alvi yang terlanjur malu segera bergegas pergi dari sana.
" Bagaimana bisa aku salah mengenali orang? Tapi mereka berdua sedikit mirip jika dilihat sekilas, dan kenapa pula dia menoleh atau paling tidak ia bilang kalau aku salah?," gumamnya dalam hati tak tahu lagi ia harus bagaimana sekarang.
Kedua sahabatnya yang melihat Alvi keluar terburu-buru pun kebingungan. Karena melihat raut wajah kebingungan keduanya Alvi pun segera menarik kedua lengan sahabatnya tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Him too
RomanceApakah salah jika kita mencintai seseorang yang mencintai kita ? Apakah salah jika tanpa sadar kita mencintai dua orang yang berbeda karena menganggapnya seakan-akan orang yang sama? Apa itu salah? Jika itu salah, lalu aku harus bagaimana? Ini cerit...