" Kamu tak perlu tahu siapa aku, yang terpenting saru aku disini untukmu." Mike Marcelo.
' Gedubrakk' suara terjatuh itu sukses membuat seisi rumah menoleh sebentar dari kesibukan mereka. Dan ternyata di dapati disana ada Alvi yang sedang meringis sambil mengusap-usap pantatnya yang mencium lantai. Karena merasa menjadi perhatian ia pun bergegas berdiri. Yah, walaupun rasa cenat cenut masih mewarnai pantatnya.
" Hey, kenapa kamu masih disana! Cepat kemari bantu ibu!," perintah Sarah tanpa merasa kasihan kepadanya yang habis terjatuh. Dan karena tak bisa menolak Alvi pun hanya mengangguk lalu berjalan menuju dapur.
Karena hari ini weekend semua orang berada dirumah termasuk kedua orang tuanya. Jadi, ya rumah ini sedikit bersuasana tidak seperti biasanya. Tapi, mungkin itu tidak bertahan lama. Tapi itu tak masalah baginya. Juga sebentar lagi ia akan menghabiskan waktunya duduk di kafe apartemen depan rumahnya. Atau mungkin duduk menonton tv sambil mengemil dirumahnya.
" Aish, sepertinya mau tak mau aku ke kafe nanti. Isi kulkas dirumah kosong ternyata," ujarnya pada diri sendiri.
Ia pun bergegas memakai cardigan nya lalu keluar rumah. Namun tiba-tiba matanya tertuju akan sesuatu yang sangat menarik. Sebuah mobil sport biru yang sudah tidak asing lagi baginya terparkir di parkiran apartemen depan rumahnya. "Sepertinya Allah mengabulkan do'aku."
Ia melangkah santai menuju kafe lalu membuka pintunya hingga terdengar suara kerincing. Ia tersenyum dan segera menghampiri kak Tiara, salah satu pelayan sekaligus tetangganya.
" Hai, Al," sapanya sambil tersenyum ala-ala pegawai kafe.
" Seperti biasa kak ti," sahutku sembari mengamati seluruh isi kafe.
" Apa yang kamu cari?," tanya kak Tiara mungkin hanya sekedar basa basi atau mungkin memang tau isi pikirannya.
" Jika cowok, kamu lihat saja cowok dekat jendela itu. Dia sering datang kesini dan jika dilihat dari wajahnya ia orang campuran." Alvi yang diberitahu itu hanya tertawa. Namun matanya melirik kearah yang ditunjuk tadi.
" Kamu mau duduk atau tidak?," tanya kak Tiara lagi mungkin heran melihatnya masih saja berdiri di depan meja kasir. Alvi yang baru sadar hanya memasang cengirannya.
" Kamu mengenalnya?" Entah apa yang dipikirkannya dan tak tahu darimana tiba-tiba saja pertanyaan itu sudah meluncur keluar dari mulutnya. Dan sudah tentu ia tak memperoleh jawabannya tetapi malah ditertawakan.
**
" Kenapa lu minta tolong sama gue," ucapnya dengan penuh tanya. Namun lawan bicaranya itu hanya tersenyum.
" Kan, ada Jim yang bisa bantu lu."
" Karena gue percaya sama lu. Dan gue juga yakin lu bakal bantu gue," ucapnya dengan penuh percaya diri.
Dan entah kenapa yang dikatakannya ada benarnya. Tidak tahu bagaimana Mike yang sedari tadi menolak itu. Tiba-tiba berpikir lalu sekilas rasa tak bisa menolak itu muncul. Mungkin karena dia sudah terbiasa untuk mengikuti Ray, dan selalu Ray. Mike menghembuskan nafasnya kasar. Ia menoleh ke luar jendela langit nampak semakin gelap. Sebenarnya ia tak mau tapi ada sisi lain hatinya yang merasa harus melakukannya.
" Ini orangnya," terang Ray sambil menunjukkan sebuah foto berbentuk segiempat. " Tenang saja aku tidak akan pergi lama."
" Terserah lu aja," sahutnya masih dengan pandangan mengarah ke jendela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Him too
RomanceApakah salah jika kita mencintai seseorang yang mencintai kita ? Apakah salah jika tanpa sadar kita mencintai dua orang yang berbeda karena menganggapnya seakan-akan orang yang sama? Apa itu salah? Jika itu salah, lalu aku harus bagaimana? Ini cerit...