"I just wanna hear you say congratulate to me, like I say congratulate to you." (Rayhan Marcelo).
" Paman aku pulang duluan ya," ucapku sambil berjalan kearah pintu keluar cafe. Aku memasukkan kedua tanganku kesaku karna hawa panas kini mulai berganti menjadi dingin. Dan awan hitam pun mulai menghiasi langit. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Aku berjalan menyusuri trotoar, aku memilih berjalan kaki karna jarak kafe dan rumah paman tak berjauhan. Oh, ya selama ini aku tinggal dengan paman. Namun tiba-tiba perhatianku teralihkan saat melihat seorang cewek yang kukenal keluar dari sebuah supermarket sambil membawa beberapa plastik belanjaan.
Aku terus memperhatikannya dalam diam sampai aku tersadar kalau aku harus buru-buru pulang ke rumah. Kulihat arloji ditanganku dan benar saja sekarang jam sudah menunjukkan pukul 17.00.
Lalu sesaat aku ingin berjalan pulang aku ingat akan satu hal ketika melihatnya tadi. " Dia akan pulang naik apa dicuaca yang hujan bisa turun kapan saja dan lagi sekarang sudah menjelang petang." Lagi-lagi aku memikirkannya. Karena rasa penasaranku akhirnya aku menoleh dan berjalan kembali. Kutemukan ia duduk di halte sedang menunggu bus.
" Eh, alvi. Kamu baru mau pulang," tanyaku hanya sekedar basa-basi. Yah, aku sudah berdiri tepat disebelahnya. Ia menoleh sebentar lantas mengangguk.
" Kemana kedua temanmu tadi?" Tanyaku lagi berharap kini pertanyaanku dijawab olehnya.
" Mereka sudah pulang duluan. Aku mampir membeli sesuatu sebentar tadi".
" Oh. Kau baru saja selesai berbelanja setelah kau pergi dari cafe tadi." Dan aku pun melontarkan pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ditanyakan lagi. Ia kembali mengangguk lalu ia menimpalinya dengan kata-kata "mungkin".
Sejujurnya aku tak tau kenapa aku mengajaknya mengobrol mungkin hanya karna aku ingin menunggunya pulang atau mungkin lebih tepatnya memastikan. Tapi cukup aneh juga jika dipikir-pikir karna baru tadi pagi kita terlibat suatu masalah kalau bisa dibilang masalah sih. Dan sekarang aku malah mengajaknya mengobrol.
**
Langit bertambah mendung bahkan hitamnya lebih pekat dari pada sebelumnya. Untung tadi ray memasukkan tangannya dicelana jadi tidak terlalu terasa dingin. Sedangkan rasa khawatir mulai menyeruak didalam hati Alvi karena sebentar lagi akan turun hujan. Tetapi kenapa bus jurusannya tak ada yang lewat atau ia harus naik bus jurusan lain?. Barulah ia berpikir muncul bus yang namun bukan jurusannya tanpa berpikir panjang lagi ia segera berjalan menaiki bus tersebut.
" Aku duluan ya, kak Ray," ucapnya pelan sontak membuat ray menoleh kearahnya karena merasa namanya dipangil. Bagaimana tidak akhirnya namanya dipangil setelah entah dari kapan ia menunggu namanya dipangil oleh alvi.
" Tunggu sebentar," cegah Ray tiba-tiba membuat Alvi menautkan kedua alisnya seakan bertanya 'ada apa?'.
" Bukannya itu bukan bus jurusanmu, ya ?".
" Hah?" Tentu saja Alvi terkejut dengan apa yang dikatakan Ray.
" Tau dari mana kau? Apa yang kau tentangku?" Tanyanya penuh selidik. Terlihat raut wajahnya sedikit kesal namun ada sedikit sarat heran disana. Bagaimana ia tidak kesal bahkan kekesalannya karna kejadian dikantin saja belum sirna kini orang ini membuatnya tambah kesal lagi.
Skakmat. " Emm ..., itu tidak, e..., bukan begitu maksudku."
Alvi yang sudah malas meladeni dan takut hujan akan segera turun tak lagi mendengar jelas apa perkataan ray. Ia menaiki bus tersebut dan duduk didalamnya sambil menatap keluar kaca jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Him too
RomansaApakah salah jika kita mencintai seseorang yang mencintai kita ? Apakah salah jika tanpa sadar kita mencintai dua orang yang berbeda karena menganggapnya seakan-akan orang yang sama? Apa itu salah? Jika itu salah, lalu aku harus bagaimana? Ini cerit...