"Mereka hanya gagal berumah tangga, bukan gagal menjadi orang tua"
___ ⋆。˚___
Jean terlahir sebagai anak tunggal.
Menjadi anak satu-satunya, tentu saja membuat kehidupan Jean begitu menyenangkan. Begitu dimanja. Begitu dijaga.
Jean kecil begitu bahagia.
Sampai suatu malam, Jean terbangun dari tidurnya. Keributan di luar membuatnya bertanya-tanya. Sahut-sahutan barang berjatuhan disusul suara ayah dan ibu yang kian meninggi jelas terdengar di telinga. Dengan sedikit linglung, ia berjalan mendekati kebisingan yang membuat tidurnya terganggu.
Sampailah ia di kamar orang tuanya, dimana keributan itu ternyata berasal dari sana. Pintunya tertutup rapat namun Jean dapat mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam.
Ayahnya selingkuh.
Dan ibunya meminta cerai.
Ibunya beberapa kali menyebut nama wanita lain yang Jean tahu, wanita itu pernah dikenalkan sang ayah kepadanya sebagai salah satu karyawan di kantor tempat ayahnya bekerja.
Jean kecil meringkuk di pintu kamar orang tuanya. Membayangkan jika nanti ia punya ibu tiri dan saudara tiri yang jahat seperti dongeng yang ia baca semalam, tangisnya pecah. Membuat perdebatan orang dewasa terhenti saat itu juga.
Pintu kamar orang tuanya terbuka. Sang ibu langsung memeluk Jean dan bertanya kenapa dan dari kapan Jean berada di sana. Namun, Jean hanya terdiam melanjutkan tangisnya.
"Kita punya Jean, Mah. Kalopun udah gak ada cinta diantara kita, kita masih punya Jean yang masih butuh peran kita sebagai orang tua."
Sejak saat itu, kehidupan bahagia Jean berakhir.
Presentasi sang ayah yang memang jarang pulang ke rumah semakin sulit didapati matanya. Ibunya juga ikut-ikutan sering bepergian dan akan pulang larut malam.
Tidak ada kecupan selamat malam. Tidak ada susu milo kesukaan Jean di meja makan. Tidak ada usapan lembut selamat pagi dari sang ibu.
Hanya akan ada beberapa lembar uang jajan yang ibunya tinggalkan di meja belajar Jean.
Jean kecil yang belum mengerti apa yang terjadi hanya bisa mengikuti alur yang ada.
Lalu, suatu malam Jean kecil terjaga dari tidurnya. Ia terserang demam. Kepalanya pusing sekali. Ketika mendengar bunyi sepatu menggema disusul suara cegukkan sang ibu pada malam itu, Jean kecil yang ingin dibacakan dongeng berjalan keluar kamar dan menjumpai sang ibu yang terlihat kacau di ruang tamu.
Mungkin mamah terkena angin Boboiboy yang sedang ribut dengan adudu, begitu pikirnya.
"Mah, ayo bacain dongeng buat adek! Kepala adek pusing. Mau dipuk-puk mamah," seru Jean sembari menggoyangkan lengan sang ibu.
Namun, lengan kecil itu terhempas dengan kuat. Ibunya malah mencubiti bagian tubuh kecilnya sembari berdecih marah. Mendapati sang ibu berubah menjadi monster, tangis Jean pecah saat itu juga. Sang ibu yang semakin muak mendengar tangisan itu mengambil sapu yang memang tidak jauh dari ruang tamu dan mulai melayangkan beberapa pukulan pada tubuh kecil yang semakin bergetar itu.
Tangan kecil Jean mencoba melindungi kepalanya yang semakin pening dari waktu ke waktu. Kepalanya berdenyut nyeri. Telinganya juga berdengung keras sekali. Ia tidak mendengarkan secara pasti apa yang ibunya katakan. Namun, sebelum matanya tertutup, bunyi dengungan itu kian menipis dan Jean dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan sang ibu pada saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth | Sungwon
FanfictionApabila dijelaskan secara mendalam, Hiraeth dapat diterjemahkan sebagai kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia dan rasa ingin pulang ke rumah. Namun, Hiraeth sendiri memiliki banyak makna. Salah satunya ialah perasaan rindu terhadap rumah...