Kini, Jean kecil sudah duduk di bangku pertama SMA. Jean kecil sudah tumbuh dewasa.
Saat itu, jam istirahat tengah berlangsung. Terlihat disalah satu meja kantin, Jean tengah melipat kedua lengannya sembari menumpukkan kepala dan mulai memejamkan mata.
"Peng, lu bisa tidur dikeadaan kek begini? Gue baru tau kelebihan lo yang satu ini."
Pujian terselubung itu terdengar dari Riki.
Riki, babu yang bersembunyi sebagai teman kalau kata Jeanmah. Entah bagaimana mereka bisa sedekat sekarang Jean pun tak tahu. Yang ia ingat dulu, Riki adalah murid yang terlihat menyedihkan pada saat itu.
Hari itu adalah hari terakhir MPLS yang hanya diisi dengan game-game random. Mereka disuruh membuat kelompok berisikan 7-9 anggota. Jean langsung menghampiri Sean dan lima teman SMP-nya yang lain lalu membuat kelompoknya dengan beranggotakan 7 orang.
Lalu, matanya tak sengaja melihat Riki. Riki terlihat kebingungan karena berkali-kali ditolak oleh kelompok lain. Jean yang merasa kelompoknya masih bisa menampung angggota lagi pun langsung menghampiri Riki ketika teman-temannya mengizinkan Riki untuk bergabung.
Sejak saat itu, mereka menjadi dekat dan bersahabat.
"Woy! Beneran tidur?"
Guncangan hebat dibahu ia dapatkan dari Riki. Riki ini.... tenaganya ngeri. Tubuhnya tinggi bak tiang tel*komsel. Suaranya berat terdengar seperti pria manly. Badannya juga terlihat begitu lakik. Dan itu membuat Jean sedikit iri. Padahal waktu MPLS dulu, tinggi mereka tidak begitu jauh. Jean juga rajin sekali minum susu strawberry. Entah kenapa tubuhnya seperti kian menyusut setiap hari atau malah pertumbuhan Riki yang terasa begitu cepat sekali?
"Gak pake tenaga bisa gak, sih? Tangan lo urat semua, titan!"
"Lo nya aja yang letoy. Nih! Gue beliin nasi goreng. Dimakan biar lo gak melehoy."
Riki menaruh piring berisi nasi goreng itu cukup keras. Beruntung nasinya tidak berhamburan. Jean melotot dibuatnya. Sedangkan Riki sudah memakan nasi gorengnya sendiri menghiraukan tatapan maut dari Jean.
"Dibilangin jangan pakek tenaga, bo!"
Setelah itu, bunyi batuk terdengar begitu menyiksa dari Riki. Mata dan hidung anak itu sampai memerah saking sakitnya.
Jean itu punya panggilan candaan buat Riki. Bo alias kebo. Dimata Jean, Riki itu terlihat seperti kebo. Besar, kuat, bau lagi. Sttt... ini rahasia. Jean sebenarnya suka sekali dengan bau alami dari tubuh Riki. Tapi ia gengsi. ehe.
Sebenarnya, sudah jarang sekali ia memanggil Riki dengan panggilan itu. Panggilan itu akan keluar hanya jika Riki punya semangat yang over untuk mengganggunya saja.
"Lo sih! Semalem 'kan gue udah bilang jangan manggil gue pakek nama alay itu lagi. Keselek gue saking jijiknya denger nama itu dari mulut lo," ucap Riki terlampau kesal.
Pasalnya, nasi goreng yang Riki makan adalah nasi goreng setan. Level pedasnya bukan maen. Karena itu, saat tersedak tadi, tenggorokannya terasa begitu terbakar hingga saat ini.
"Lo juga masih manggil gue pake nama alay itu, yaa!" seru Jean tak mau kalah.
Riki terkekeh dibuatnya.
Menurut sudut pandang Riki, Jean itu terlalu mini untuk ukuran anak SMA. Tubuhnya kecil boncel nyerempet kurus. Makanya, dibeberapa situasi, Riki akan memanggil Jean dengan panggilan Jepeng alias Jean Gepeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth | Sungwon
FanfictionApabila dijelaskan secara mendalam, Hiraeth dapat diterjemahkan sebagai kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia dan rasa ingin pulang ke rumah. Namun, Hiraeth sendiri memiliki banyak makna. Salah satunya ialah perasaan rindu terhadap rumah...