gagal

370 60 32
                                    

"Motor siapa yang nangkring di rumah lo kemaren?" Sean bertanya setelah menelan habis batagor miliknya.

"Oh, motor om Rey itu," Jean menjawab santai.

"Ngapain bang Reyhan ke rumah lo?"

Riki datang menaruh satu kotak susu coklat dan dua gelas es teh manis di meja, "yang rasa strawberry abis, adanya coklat," jelasnya setelah duduk di samping Sean usai mendapat anggukan tanda nggak apa-apa dari Jean.

"Lo belum jawab. Ngapain bang Reyhan ke rumah lo?"

"Sabwar-"

"Telan dulu baru ngomong!"

Jean mengembungkan pipinya kesal. Ia dengan cepat mengunyah habis somay di mulutnya.

"Lo yang banyak tanya," sinisnya setelah meminum susu coklat yang dibawa Riki tadi.

Entah sekte darimana makan somay minumnya susu:)

"Ya, tapi abisin dulu, Je. Lo bukan anak kecil yang harus dikasih tahu ginian," ujar Riki santai dan membuka better yang ia beli tadi.

"Ya, lo udah tahu gue lagi makan, ngapa masih banyak tanya pula?"

Riki menghela napas sabar, "iya dah, salah gue emang."

"Ya emang!"

"Lo pada kenapa, sih? Gini aja ribut. Heran pangeran," heran Sean.

"Mana gue tahu. PMS kali tu anak," tunjuk Riki pada Jean dengan dagunya.

"Lo PMS, Je?" tanya Sean.

"Anjing lo pada."

Baik Riki maupun Sean sontak tertawa mendengarnya.

"Je-"

"APA?" 

"Santai aja kali."

"Ck, oke. Apa?"

"Nah gitu. Lebih enak didenger."

"Lo ngomong bertele-tele lagi ni garpu somay bakal nancep di babatok pala lo!" ancam Jean yang malah dibalas kekehan kecil dari Riki.

"Lo jangan aneh-aneh, nyed. Tu anak lagi mode maung," Sean berucap pelan sembari pergi hendak menyimpang piring kotor bekas ia dan Jean makan.

"Aw, maaci, Sean. Sayang Sean banyak-banyak," ucapnya ketika piring kotor miliknya diambil alih Sean.

"Je!"

"Apaaaa?"

Riki tersenyum samar. Jean yang mode ngambek itu lebih lucu dari anak ayam yang ayahnya pelihara di rumah, "lo denger 'kan gosip tentang sekolah sebelah yang ngajak tanding tim basket sekolah kita?"

Jean mengangguk sebagai jawaban.

"Lo tahu kalo bang Mahesa malah ngeladenin ajakan itu?"

"Enggak- eh, APA?"

"Iya. Bang Mahesa malah ngeiyain. Sintingnya lagi, ternyata gue bakal ikut maen nanti. Dan lo tahu?"

"Apa?"

"Pertandinganya diadain besok."

"Jadi, kita nggak bisa main ke kafe yang baru buka itu dong," ucap Jean sedih.

"Nah itu. Lo tahu apa yang lebih sinting dari itu?" Riki kembali bertanya.

"Apa?"

"Gue nggak bisa balik sekolah bareng lo karena harus latihan dulu."

"WAH ANJING. SINTING EMANG," Jean menggebrak meja.

Anak-anak yang kebetulan berada di kantin sontak berteriak kaget. Riki yang menyadari keributan yang dibuat temannya pun segera menyeret Jean untuk kembali ke kelas.

Hiraeth | SungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang