rasaku

314 60 24
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Namun, Riki dan Jean lebih memilih duduk sebentar mempersilahkan temen sekelasnya yang lain untuk pergi duluan.


Ketika bersama Jean, Riki akan menjadi orang terakhir yang keluar dari kelas ini. Sengaja, jikapun Jean memang memiliki ilmu beladiri, fakta bahwa anak itu memiliki tubuh yang kecil tak bisa disembunyikan. Pernah suatu waktu, Jean hampir tertindih olehnya karena jatuh terduduk ketika teman sekelasnya yang lain tak sengaja menyeging (menyenggol) tubuh boncel itu.

"Ki~"

"Apa sih, Je?" tanya Riki kesal.

Sedari tadi Jean terus memanggil namanya. Membuat Riki kesal karena Jean tidak menjelaskan apa maksud dari panggilan tersebut.

"Lo balik duluan aja, ya?" cicit Jean.

"Kenapa? Lo mau jajan dulu? Atau mau ke perpustakaan kota buat beli buku? Atau mau-"

"Gue mau jalan sama kak Atya dulu," sahut Jean memotong ucapan Riki.

"Atya?"

Jean mengangguk.

"Satya?"

Lagi-lagi Riki melihat temannya itu mengangguk.

"Jean!"

Sebuah suara muncul di balik pintu. Riki mendelik sinis mengetahui dari mana suara itu berasal.

Satya sialan

"Lo hutang cerita sama gue," ucap Riki beranjak pergi sembari menyampirkan tasnya di pundak.

"Gue nggak bakal tinggal diem kali ini," Riki berbisik begitu pelan ketika berada tepat di samping Satya yang masih tetap berdiri santai di depan pintu.

Dapat Riki lihat seringaian tipis di bibir Satya. Sebelum benar-benar pergi, Satya menahan lengannya sembari berkata, "percuma. Lo bakal kalah lagi kali ini," ucapnya lalu menepuk bahu Riki sok akrab.

Riki menghempas lengan itu dan beranjak pergi sembari mengacungkan jari tengahnya.

Jean yang melihatnya mengernyit tak paham.

"Kak, kalian ada masalah?" tanya Jean begitu Satya mendekat dan mengambil alih tasnya.

"Nggak juga."

"Terus, tadi apa?"

"Hanya sedikit upaya untuk mendapat restu dari temanmu. Dia sepertinya tidak suka kakak."

Jean tersenyum kikuk mendengarnya, "dia emang gitu 'kok. Keliatannya aja dingin. Padahal orangnya nyenengin, haha," ucapnya diakhiri tawa hambar yang dapat disadari Satya.

Satya tidak membalas. Ia membawa lengannya untuk merangkul lembut bahu Jean.

"Ini menyakitimu?" tanya Satya takut-takut Jean memiliki luka yang tak bisa dilihat matanya.

"Enggak" jawab Jean singkat.

Mereka berjalan pelan meninggalkan kelas Jean. Beberapa orang yang belum benar-benar pergi dari lingkungan sekolah sontak mengernyit heran melihatnya. Ada hubungan apa si anak baru dengan si maung Jean hingga bisa sedekat itu?

"Kak, lepas!" pinta Jean menyadari beberapa pasang mata melihat mereka secara terang-terangan.

Namun, bukannya menuruti, Satya malah menurunkan lengannya untuk berpindah pada pinggang ramping kekasihnya. Ah, ralat. Mantan maksudnya. Membuat Jean tersentak kaget karena Satya benar-benar tak memberinya jarak.

Hiraeth | SungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang