pemeran

551 75 16
                                    

Jean sakit. Dan kabar itu membuat Riki panik.

Riki sadar bahwa kekebelan tubuh Jean memang berbanding jauh dengan miliknya maupun Sean. Jean memang rentan terserang demam. Entah itu hanya sekedar panas biasa atau bahkan sakit berkepanjangan yang menyebabkan kejang-kejang. Ditambah lagi, Jean ini selalu lupa diri. Ia begitu menggilai kopi, melupakan fakta bahwa ia merupakan salah satu dari sekian banyaknya orang yang memiliki penyakit asam lambung.

Sarapan? kopi. Temen makan siang? kopi. Pas lagi stress? ngopi. Penghangat hujan? kopi. Tiap malem? ngopi. Bahkan pas cuaca panas sekalipun, Jean bakal tetep milih kopi, tepatnya ice coffie.

Tapi itu dulu.

Sekarang, temannya itu lebih suka susu strawberry. Katanya, sih, biar cepet tinggi. Riki juga beberapa kali memergoki Jean tengah memakan makanan sehat. Katanya, sih, biar tubuhnya berisi dan sedikit seksi. Riki sebagai teman yang baik cuma ngeiyain aja. Capek dia tuh ngasih penjelasan ke Jean yang pengen punya badan sispex tanpa olahraga.

Mungkin karena gaya hidupnya yang sedikit lebih sehat, Jean jadi jarang sakit. Walau memang suka pilek kalau kena udara dingin, tapi gak sampe demam. Makanya, Riki sekarang khawatir banget sama temannya itu yang gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba sakit gitu aja.

Riki sebenarnya sudah menawarkan diri untuk membolos agar bisa menemani Jean supaya anak itu tidak sendirian ditengah sakitnya sekarang. Namun, Jean menolak dan mengancam akan menjauhinya selama satu bulan.

Tentu saja Riki tidak mau hal itu sampai terjadi.

Bahkan sedari tadi, Riki terus melihat kearah jarum jam. Berharap waktu cepat berjalan karena sumpah demi apapun, ia tidak bisa tenang sebelum melihat keadaan Jean dengan mata kepalanya sendiri.

trengtengteng!

Akhirnya, bel tanda kelas berakhir pun berbunyi. Riki bergegas memasukkan alat tulisnya dan segera pergi meninggalkan kelas.

"RIKI!"

"HEH! TUNGGUIN!"

Riki berhenti berjalan guna melihat siapa yang memanggil namanya. Matanya membulat melihat Sean kepayahan berlari kearahnya.

Saking khawatirnya ia kepada Jean, Riki sampai melupakan sosok Sean.

"Sorry, gue lupa. Pengen buru-buru liat Jean. Takut tu anak kenapa-napa."

Sedang Sean yang baru tiba di samping pemuda itu menghela napas dibuatnya. Pasalnya, mereka sudah berjanji menjenguk Jean sepulang sekolah bersama-sama. Ia bahkan sengaja tidak membawa motornya agar bisa pulang bersama Riki. Tapi, ia malah melihat Riki melewati kelasnya dan berlalu begitu saja dengan tergesa-gesa.

Jean...
Riki selalu bertindak ceroboh jika itu menyangkut Jean. Riki akan banyak bicara jika berada di dekat Jean. Riki hanya akan tertawa jika tengah bersama Jean.

Jean mungkin tidak menyadari segala afeksi yang diberikan Riki padanya begitu berlebihan. Namun, semua warga sekolah menyadari perbedaan Riki dalam bersikap kepada orang lain dan kepada Jean jelas begitu kentara. Sean pun menyadari hal itu.

Dan entah mengapa, Sean membenci kenyataan itu.

•ᴥ•

Canggung. Itu yang Sean rasakan sejak menaiki motor Riki. Berkali-kali Sean mengajak Riki bicara guna menghilangkan kecanggungan yang ada, namun Riki sama sekali tidak menyahutinya. Awalnya, ia tak ambil pusing sebab mengira Riki memang tidak mendengar ucapannya, tetapi,

Hiraeth | SungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang