"Ketika aku mengatakan aku mencintaimu,
berarti kau sudah menjadi segalanya untuk ku"___ ⋆。˚___
Waktu bagaikan terhenti kala itu. Ketika Satya dengan terburu-buru membawa Jean pergi dari hadapan semuanya. Riki berdiri dari duduknya, hendak mengejar Jean. Namun, melihat gelengan kepala dari Jean membuat Riki terdiam. Tentu saja Riki paham jika temannya itu tidak ingin diganggu.
"Temen lo kenal sama temen gue?" tanya Mahesa pada Riki yang masih berdiri kaku sejak beberapa detik yang lalu.
Riki mengangguk dan kembali duduk sembari menyeruput greentea milik Jean yang belum tersentuh oleh pemiliknya itu.
"Temen lo itu pacar temen gue."
•ᴥ•
"Kak Atya kemana aja? Telponku nggak diangkat. Pesanku juga nggak dibales-bales. Kakak sadar nggak sih kalo-"
"Kakak minta maaf, Je. Jangan bahas itu dulu, ya? Yang penting sekarang kakak ada di sini, sama kamu"
"Kakak rindu kamu."
Ucapan Jean terpotong kala Satya memeluk tubuhnya pelan, seakan tahu bahwa ada luka yang sengaja Jean sembunyikan. Pelukannya hangat. Semua tentang Satya memang selalu membuat perasaan Jean menghangat.
"Aku juga rindu kakak. Rindu banget. Banget banget banget pokoknya."
Seakan takut bahwa Satya akan kembali menghilang, Jean peluk balik tubuh itu dengan erat. Mencurahkan kerinduan yang selalu membuatnya sesak setiap malam.
"Jangan pergi-pergi lagi, kak!"
Hati Satya mencelos mendengarnya. Ia usap pelan punggung kecil itu sembari bubuhkan kecupan-kecupan lembut di kupluk hoodie yang dikenakan kekasihnya. Ah, bahkan ia baru menyadari jika Jean mengenakan hoodie pemberiannya. Sebegitu rindukah Jean padanya?
"Jean, jangan pernah takut kakak akan pergi ataupun menghilang. Rumah kakak itu kamu, sayang."
Jean tidak menjawab. Tidak ingin berharap terlalu banyak. Entah pada dunia atau bahkan pada Satya, semestanya.
•ᴥ•
Pada akhirnya, Jean tidak ikut merayakan kemenangan tim Mahesa. Ia sekarang tengah berada di taman hiburan. Satya yang mengajaknya. Katanya, untuk penebusan dosanya karena kemarin sempat menghilang.
Jean juga sudah mengabari Riki perihal dirinya yang akan pergi bersama sang kekasih hati.
"Mau naik apa lagi, manis?"
"Kita ke rumahku aja gimana? Aku mau cuddle sama kak Atya."
"Tentu saja. Permintaanmu adalah kewajiban bagiku."
Jean tertawa mendengarnya. Beberapa kali ia melirik taungan tangan keduanya yang sedari tadi diayun-ayunkan kecil oleh Satya.
Saking bahagianya, Jean sampai melupakan rasa kecewanya.
•ᴥ•
Jam menunjukan pukul 8 malam ketika Jean sampai di rumah dengan sosok tinggi Satya yang mengekor di belakang. Pada akhirnya, mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua di rumah Jean. Berpeluk mesra sambil sesekali melempar candaan dan berujung tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth | Sungwon
FanfictionApabila dijelaskan secara mendalam, Hiraeth dapat diterjemahkan sebagai kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia dan rasa ingin pulang ke rumah. Namun, Hiraeth sendiri memiliki banyak makna. Salah satunya ialah perasaan rindu terhadap rumah...