"Gak apa-apa kan kalo kamu nunggu sebentar?"
"Kak, kalo aku pulang duluan aja gimana?"
Satya mendelik sinis, "no! Kamu pulang sama kakak. Tinggal nunggu sebentar apa susahnya, sih?"
Jika sudah sekeras ini, tak ada yang bisa Jean lakukan selain mengangguk. Ia hanya bisa mengikuti perintah sang pujaan hati, membiarkan dirinya diambil alih oleh kekasihnya sendiri.
Perdebatan diawali dengan Satya yang ternyata masuk eksul musik dan harus menjalani ekskul pertamanya hari ini. Ekskul musik sendiri dilakukan berbeda hari dengan ekskul-ekskul yang lain. Itu penjelasan Satya. Dan Jean percaya-percaya saja.
Sebagai kekasih yang baik, tentu saja Jean ingin yang terbaik pula untuk Satya-nya. Bukan masalah ia yang kebosanan menunggu Satya pulang, tapi yang ia takutkan adalah Satya yang akan rusuh dan tidak konsen karena memikirkannya yang menunggu Satya sendirian.
"Aku nunggu di kelas aja, ya?" pinta Jean yang dibalas anggukan setuju dari Satya.
Satu jam Jean lewatkan dalam keheningan. Tidak ada orang yang berada di kelas selain dirinya sendiri. Riki sudah pulang dari tadi, secara otomatis Sean juga pasti sudah pulang dan mungkin tengah bersantai di rumahnya. Memikirkan rumah membuat Jean merengut kesal. Ia juga ingin cepat-cepat pulang. Ingin mandi, makan, nonton tv, tiduran. Arghh! Membayangkannya malah membuat Jean mengantuk.
Ditengah rasa kantuknya, Jean menghidupkan lagu dari hp-nya. Menelungkupkan tangannya di meja. Menutup matanya diselingi senandung kecil yang semakin tak terdengar karena kegelapan telah mengambil alih kesadarannya.
•ᴥ•
Dering telpon membuat Jean terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat pelan, merasakan beberapa bagian tubuhnya terasa pegal. Jean menguap lebar. Mengucek kedua matanya dengan jari-jari kecilnya. Ketika dirasa nyawanya telah terkumpul semua, Jean pun mengangkat panggilan.
"Je-"
"Kenapa telpon-telpon?"
"Lo dimana?"
"Ha? Dimana apanya?"
Nyatanya, kesadaran Jean belum terkumpul sepenuhnya.
"Gue di rumah lo. Tapi pintunya masih di kunci. Jadi, di mana posisi lo sekarang?"
Jean menegang, ia mengedarkan pandangan. Mencari sosok Satya yang ternyata tak muncul sejak tiga jam yang lalu.
Batinnya meringis mengetahui ia tertidur selama tiga jam. Ah, malam ini pasti ia akan kesulitan tidur.
"Demi Tuhan, Je! Sekarang udah gelap dan lo masih stay di sekolah?" marah Riki ketika Jean menceritakan apa yang membuatnya belum pulang ke rumah.
"Gue nunggu kak Atya-"
"Persetan sama si bangsat! Dia udah balik daritadi, Je!"
"Apa sih? Orang kak Atya lagi eksul musik juga"
"Lo jalan! Hampiri ruang musik itu dan cari si bangsat-bangsat itu sampe ketemu! Gue yakin kalo lo gak bakal nemu dia atau bahkan tanda-tanda kehidupan di sana!"
Jean gugup, takut jika apa yang dikatakan Riki memang benar adanya. Namun, ia yakin Satya-nya ada di ruangan musik. Sedang memainkan gitar, menyanyi-nyanyi riang dan memainkan beberapa alat musik lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth | Sungwon
FanfictionApabila dijelaskan secara mendalam, Hiraeth dapat diterjemahkan sebagai kata yang menggabungkan rasa kerinduan, nostalgia dan rasa ingin pulang ke rumah. Namun, Hiraeth sendiri memiliki banyak makna. Salah satunya ialah perasaan rindu terhadap rumah...