Karena tidak tahan lapar, Joanna memutuskan untuk kembali ke apartemen saja. Toh, hal penting yang ingin ibunya katakan telah direalisasikan. Yaitu guna memberi tahu bahwa dia akan segera menjadi anggota parlemen berkat dukungan Ariana dan ayah Mega.Sebenarnya tidak penting-penting amat, mengingat Joanna memang tidak terlalu tertarik dengan berbagai hal yang menyangkut tentang politik di berbagai belahan dunia.
"Aku sudah naik taksi. Kamu tunggu saja di lobby. Kamu sudah makan? Aku lapar sekali. Mau menemaniku makan indomie?"
Tentu saja. Aku siap-siap sekarang. Hati-hati.
"Yeay! Kamu juga hati-hati! Sekalian bawa baju ganti, berangkat ke kantor dari apartemenku saja besok pagi."
Siap!
Setelah telepon dimatikan, Joanna mulai tersenyum senang karena malam ini mereka bisa berduaan tanpa ada gangguan sebelum Jani datang.
Iya, Jeffrey sudah sering datang. Joanna yang memaksa, dengan alasan ingin lebih private dan tidak ingin membuang-buang uang saja. Padahal, alasan yang sebenarnya agar dia tidak ketahuan Liana jika pacaran di luar dan supaya mereka bisa dengan bebas bermesraan tanpa takut diganggu orang.
11. 50 PM
Malam semakin larut, namun Jeffrey dan Joanna tidak kunjung mengantuk. Saat ini mereka sedang menggosok gigi bersama dengan memakai kaos polos dan celana pendek saja. Karena mereka sama-sama kepanasan setelah memakan indomie rebus campur boncabe level dewa.
"Perutmu tidak sakit, kan?"
Joanna menggeleng pelan, lalu berkumur di washtafle yang airnya sudah menyala.
"Sudah tidak. Aku sudah meminum satu gelas susu dingin sebelum makan kalau kamu lupa. Justru aku yang seharusnya bertanya, perutmu baik-baik saja?"
"I'm totally fine!"
Seru Jeffrey sembari berkumur di samping Joanna. Kemudian sama-sama memakai skincare malam dan sesekali bercanda seperti apa yang biasa mereka lakukan ketika sedang melangsungkan date night seperti sekarang.
"Kamu suka?"
Bisik Jeffrey setelah memasangkan kalung di leher Joanna. Kalung tipis berwarna kuning keemasan yang Jeffrey dapat dari ayahnya.
"Suka sekali. Pasti mahal, kamu beli di mana? Uangmu masih aman untuk bulan depan, kan? Kamu pindah ke sini saja lah! Supaya makanmu kujamin semua!"
Jeffrey terkekeh pelan, kemudian memeluk Joanna erat-erat. Karena dia senang sekali dengan reaksi Joanna yang begitu perhatian padanya.
"Uangku masih ada. Bonusku bulan ini banyaaaak sekali, aku saja sampai bingung. Takut tidak bisa menghabiskan sendiri."
Joanna mulai tertawa, kemudian membalas pelukan Jeffrey. Lalu sama-sama terlelap hingga jam tujuh pagi.
6 bulan kemudian.
Joanna dibuat kesal karena pagi-pagi sekali Liana sudah datang ke apartemennya. Mau sidak dadakan katanya, karena dia mendapat laporan bahwa Joanna sering kali membawa keluar masuk laki-laki ketika Jani tidak ada. Sebab, dia sedang ditugaskan di Surabaya oleh Ariana guna membereskan masalah di salah satu perusahaan tekstil-nya di sana.
"Kamu kumpul kebo? Iya? Joanna, kamu mau mencoreng nama baik Ibu sebagai anggota dewan sekarang?"
"Bu, kalai ini siapa yang melapor? Ibu lihat aku sendiri di sini! Kalaupun ada laki-laki yang keluar masuk di sini---itu hanya Jeffrey! Menginap juga sesekali karena---"
"Karena apa? Benar-benar keterlaluan, kamu! Dibiarkan semakin menjadi-jadi! Sekarang kemasi barang-barangmu atau putuskan laki-laki itu!?"
Joanna tidak bergeming dan langsung memasuki kamar mandi. Malas juga menanggapi acaman ibunya yang terus saja diulangi namun tidak pernah terealisasi.
