18/20

775 143 158
                                        

Netizen1 tidak heran jika dia juga merebut Jeffrey dari Jani Maharani, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Netizen1 tidak heran jika dia juga merebut Jeffrey dari Jani Maharani, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sama-sama pelakor elit!

Netizen2 bagus, tahu diri. Langsung keluar dari kursi DPR!

Netizen3 ayo serbu Instagramnya! @lianakathrine @joannakathrine

Netizen4 ibunya jalang! Anaknya juga jalang! Darah jalang memang sudah mengalir deras di tubuhnya!

Netizen5 pacarnya pasti bukan anak presiden saja. Kudengar dia pernah ada affair dengan anak bos tempatnya dulu kerja. Dasar murahan!

Netizen7 oh, Joanna. Dia teman sekolah dasarku. Pantas saja dia tidak memiliki teman. Ternyata karena dia dapat karma instant. Lebih baik mati sana! Dari pada hidup dan merugikan banyak orang! Menjijikkan!

Netizen8 kalau bertemu di jalan, pasti akan kuludahi wajahnya!

Netizen9 jahat sekali ketikan kalian! Joanna teman satu kantorku. Dia dan Jeffrey bahkan sudah pacaran jauh sebelum Pak Sandi mencalonkan diri menjadi presiden. Jani Maharani itu orang baru, Joanna sama sekali tidak merebut Jeffrey dari wanita itu!

Netizen10 awas! Ada pendukung pelakor datang! Pelakor kok dibela!

And others---tambahin di setiap line komentar.

Dua hari berlalu. Namun berbagai serangan di media sosial tidak kunjung mereda. Bahkan, akun sosial media dan nomor telepon Joanna dan Liana sudah diteror habis-habisan hingga membuat keduanya enggan menyentuh ponsel sejak hari pertama.

Beruntung Johnny segera datang. Dia yang memang tidak memiliki spotlight apa-apa di Indonesia karena kedua orang tuanya bekerja dan menetap di Amerika, tentu saja bisa dengan berani menjadi tameng Joanna dan ibunya.

Nusantara ditutup sementara. Karena keadaan di luar restoran selalu ricuh dan sering kali mendapat serangan dari beberapa orang tidak dikenal. Hingga menyebabkan kaca bagian depan Nusantara hancur tidak tersisa.

"Tante, dimakan! Setelah ini aku ke kamar Joanna."

Liana mengangguk singkat, kemudian mengucap terima kasih pada Johnny yang sudah mau datang dan membantunya membujuk Joanna yang sejak kemarin tidak mau makan.

Liana merasa bersalah. Sangat. Dia menyesal, menyesal karena dulu termakan oleh bujuk rayu Rendy Hermawan yang mengatakan akan membuat aman Joanna jika lahir ke dunia meskipun mereka hanya menikah secara sah secara agama, bukan negara.

Karena sebenarnya, Liana dan Rendy sudah berpacaran sejak lama. Bahkan sebelum Ariana datang dan tiba-tiba dijodohkan dengan Rendy oleh orang tuanya.

Rendy yang anak tunggal tentu saja tidak bisa menolak meskipun awalnya sudah sempat mengatakan bahwa dia sudah memiliki pacar sebelumnya. Namun sayang, orang tua Rendy menentang karena Liana bukan berasal dari keluarga berada. Dia anak orang biasa dan tidak kuliah. Berbeda dengan Ariana yang anak orang terpandang dan bisa kuliah di luar.

Tanpa sepengetahuan orang-orang, Rendy dan Liana menikah diam-diam. Liana sengaja dibuatkan rumah di desa terpencil oleh Rendy, agar keberadaanya tidak tercium oleh siapapun termasuk Ariana yang notabenya pernah berteman baik dengan Liana ketika kecil.

Rendy selalu menepati janjinya. Dia selalu mendatangi Liana setiap bulan. Memberinya banyak uang dan barang yang tidak pernah diberikan pada Ariana selama menikah. Karena sebenarnya, Rendy sudah terlebih dahulu menikahi Liana sebelum akhirnya menikah dengan Ariana.

Hingga akhirnya Rendy meninggal dan membuat Liana hancur luar biasa. Karena kematian suaminya bertepatan dengan lahirnya Joanna. 29 Desember 1999. Hari yang membahagiakan termasuk hari yang menyedihkan baginya.

Awalnya, semuanya tampak mudah. Liana bisa membesarkan Joanna dengan mudah karena masih ada sisa harta Rendy yang diberikan untuknya setiap bulan sebelumnya. Namun semakin lama harta itu habis tidak tersisa. Hingga membuatnya harus mendatangi Ariana, satu-satunya orang yang bisa dimintai bantuan. Karena Liana anak tunggal dan orang tuanya sudah sama-sama tidak ada ketika lulus SMA. Teman yang lainnya? Tentu saja tidak bisa diandalkan, karena kehidupan mereka juga tidak jauh berbeda dengan Liana. Sama-sama susah.

Ditambah, Joanna terlahir begitu menawan. Kulitnya putih, hidungnya menjulang, matanya lebar dan bibirnya merah. Siapapun yang melihat pasti tergoda. Tidak jarang dia sering mendapat pelecehan ketika masih sekolah dasar.

Itu sebabnya Liana memutuskan untuk mendatangi Ariana karena tidak ingin Joanna tumbuh di lingkungan kumuh yang orang-orangnya kurang ajar seperti sebelumnya. Sehingga, tidak heran kalau jika Liana sangat protektif pada Joanna. Apalagi perihal pasangan, karena dia tahu hidup anaknya tidak mudah sejak dilahirkan dan tidak ingin anaknya hidup menderita juga setelah menikah.

Ceklek...

Pintu kamar Joanna terbuka. Menampilkan Joanna yang sedang meringkuk di atas ranjang, memandangi layar iPad dan membaca setiap ujaran kebencian yang ditujukan untuknya.

Aku semenjijkkkan itu, ya? Kalau bisa memilih, aku juga ingin terlahir suci seperti kalian.

Batin Joanna sembari menggigit kuku jari telunjuknya. Dia tampak berantakan sekarang. Matanya bengak, rambut acak-acakan, hidung kembang kempis karena kesulitan mengais udara sebab sedang flu sekarang, dan---juga, jejak air mata yang tidak kunjung kering dari dua hari sebelumnya.

"Sudah, jangan dibaca! Mereka orang asing! Mereka tidak mengenalmu sejak kecil. Tidak juga yang memberimu makan hingga sebesar ini. Mereka tidak berhak berkomentar apa-apa karena tidak tahu apapun tentangmu selama ini!"

Johnny langsung merampas iPad Joanna. Mematikan benda tipis itu sebelum diletakkan di atas lemari pakaian agar Joanna tidak bisa menjangkaunya.

"Ayo, makan! Sudah dua hari kamu tidak makan apa-apa. Air mineral 2 liter yang lusa kubawa juga hanya habis setengah. Makan, ya? Setelah itu minum obat. Badanmu masih hangat."

Bujuk Johnny sembari menyentuh dahi Joanna. Membuat si pemilik tidak lagi dapat membendung air mata dan membuat Johnny iba dan langsung memeluknya.

"A---aku tidak kuat! Aku ingin mati saja! Selama ini aku tidak pernah melukai orang! Aku selalu diam jika mendapat pelecehan! Selalu diam jika disakiti dalam bentuk fisik maupun verbal! Tapi---tapi kenapa aku masih saja mendapat hujatan? Apa salahku? Kalau bisa, aku juga akan memilih tidak dilahirkan jika berakhir menyusahkan banyak orang seperti sekarang!"

Johnny mendekap Joanna erat-erat. Mengusap punggung dan kepalanya pelan. Dia ikut sedih tentu saja. Karena Joanna si wanita cerdas yang dulu pernah dipuji ketika awal berjumpa ternyata bisa menyerah juga. Bahkan bisa memiliki niat kotor untuk mengakhiri hidupnya.

"Kamu tidak bersalah sama sekali! Joanna, ada aku di sini. You'll safe! Trust me! Tidak akan ada yang berani mengganggumu selagi masih ada aku di dunia ini!"

Tangis Joanna semakin kencang, membuat Liana yang ternyata sejak tadi mengintip di balik pintu kamar ikut menangis sembari membungkam bibir menggunakan kedua tangan.

Tangis Joanna semakin kencang, membuat Liana yang ternyata sejak tadi mengintip di balik pintu kamar ikut menangis sembari membungkam bibir menggunakan kedua tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 chapter lagi ending. Masih mau kapal Joanna Jeffrey di sini?

Tbc...

JUSTICE IN LAW [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang