Change '22'

423 16 2
                                    


Happy reading!!


.......

"Siapa yang berani nyebarin berita sampah kayak gini?!"

Aaron berujar tajam dan menatap semua orang yang berada di koridor, matanya menunjukkan kemarahan yang tidak bisa disembunyikan.

Seisi koridor kini membisu, mulut-mulut yang awalnya sibuk berbisik membicarakan berita panas pagi itu kini hanya bisa menunduk dalam, puluhan mata yang sedari tadi menatap rendah Renata kini tidak berkutik dari tatapannya pada lantai putih koridor.

Aaron mengepalkan tangannya, "Gue akan cari tau orangnya, dan siapapun itu bakalan tau akibatnya!"

Pandu mengusap bahu lelaki dengan baju acakan itu mencoba menenangkan meski ditepis beberapa kali, anggota lainnya hanya terdiam di belakang Aaron tanpa mencoba melakukan apapun.

Sebenarnya situasi seperti ini cukup mengherankan bagi semuanya, yang biasa terlihat hanya Aaron Antariksa  seorang ketua geng yang selalu terlihat tenang bahkan ketika mereka di dalam bahaya, bukan seorang Aaron yang meledak-ledak seperti sekarang.

Angga ikut menepuk bahu Aaron sekilas, "Udah Ron, mending lo cari Renata."

Seperkian detik kemudian si pemilik nama melangkah tergesa ke arah parkiran tanpa mengatakan apapun, teman-temannya tentu tau lelaki itu bukan mencari Renata karena mereka yakin gadis itu sedari tadi masih di sekolah.

Mereka tidak tau dan tidak berniat menyusul lebih dekat untuk bertanya.
Semuanya paham, apapun yang akan Aaron lakukan, tak bisa mereka hentikan.

.......

Aaron mendobrak pintu bercat dominan coklat di depannya, lelaki itu menatap tajam seseorang yang sedang duduk di depan komputernya.

"Tolong hapus semua ini dimanapun."

Aaron berucap dingin, meletakkan kasar handphonenya yang menyala menampilkan sebuah artikel dan sebuah kertas yang berisikan hal sama.

Pria paruh baya dengan kaca mata itu melirik sekilas benda di atas meja lalu menatap Aaron.

"Apa balasannya?"

Aaron menghela nafas lalu terkekeh sinis, "Semua yang Papa mau."

Pria itu tersenyum tipis, lalu meraih ganggang telepon di mejanya dan berbicara pada seseorang di seberang sana.

"Saya akan kirimkan sebuah artikel, hubungi sumbernya dan suruh mereka hapus."

Papanya lalu menutup telepon dan tersenyum tipis mendongak ke arah Aaron yang masih berdiri di depan meja kerjanya.

"Kamu tidak boleh lupa perjanjiannya Aaron."

"Apa yang Papa mau?"

Pria itu terkekeh, "Cukup menjadi apa yang Papa mau selama ini."

"Papa tenang aja." Lelaki jangkung itu tersenyum tipis dan berbalik untuk keluar dari ruangan.

"Kelihatannya gadis itu cukup penting bagimu ya?"

Aaron kembali berbalik, "Ya, dan jangan ganggu dia."

.......

Renata pulang ke rumah dua jam yang lalu dan sampai sekarang masih tidak berkutik sambil menekuk lututnya di sisi tempat tidur.

Ini bukan akhir pekan, jadi mamanya tidak akan berkunjung. Dia juga melarang bibinya mengatakan apapun pada wanita itu.

Gadis itu akhirnya bangkit menatap ponsel tanpa berani mengaktifkannya, ia berjalan menuju lemari baju tapi masih tertahan di depan sebuah kaca yang berdiri di sebelahnya.

Renata tersenyum tipis menatap dirinya dari cermin, tapi gadis itu sama sekali tidak bisa mengalihkan pikirannya dari kata 'pembunuh' yang sejak tadi membuat ia sangat ingin meledak.

Pikiran yang berkecamuk itu membuatnya ingin berlari dan mengatakan kepada semua orang bahwa itu bukan dia, Renata menyayangi Laskar, ia menghargai lelaki itu lebih dari dirinya sendiri. Ia tidak akan melakukan hal keji seperti itu pada orang yang selalu ada disampingnya dan menjaganya selama ini.

Renata tidak punya alasan untuk itu. Meski keadaan mereka berubah, Renata rasa dia tetap tidak akan melakukannya.

.......

Gadis dengan sweater cream itu kini berjalan gontai ke arah sebuah gundukan tanah yang tak jauh darinya.

Ia berjongkok dan tersenyum, "Hai, aku datang."

Renata meletakkan sebuah buket bunga disana lalu tersenyum mengusap nisan bertuliskan Laskar Bagaskara itu.

"Kamu baik-baik kan disana?" Ia masih tersenyum, "Soalnya aku nggak baik-baik aja disini."

Lalu sebulir air matanya jatuh, gadis itu terisak dan menundukkan kepalanya dalam.

"Mereka jahat Kar, semua orang-orang disini nggak baik sama aku."

"Kamu bilang, aku bakalan nemuin banyak orang baik kalau aku mau buka diri. Tapi nggak ada Kar yang kayak gitu.." Renata semakin terisak hingga ia terduduk di tanah.

"Nggak ada yang kayak kamu, nggak ada yang sehebat Laskar."

Gadis itu masih terus menunduk dengan bahu yang bergetar, tapi sebuah tarikan pada rambutnya membuat mendongak dan menoleh tiba-tiba.

"Masih berani juga kamu datang kesini?"

Renata segera berdiri melihat sosok yang kini menatapnya tajam, ia berniat memberi salam tapi tangannya segera ditepis wanita itu.

Plak!

Sebuah tamparan tiba-tiba itu membuat Renata merasakan pipinya yang memanas.

"Sudah saya bilang berapa kali, jangan berani sekalipun kamu menginjakkan kaki disini lagi."

"Tante.."

Wanita itu kembali menarik kasar rambut Renata hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Sebagai pembunuh, kamu seharusnya sudah dipenjara. Bukan malah jalan sana-sini." Wanita itu tersenyum remeh tanpa melepaskan tangannya, "Oh ya, dimana pacar kamu?"

Renata terdiam.

"Apa dia meninggalkan kamu karena sudah tau kenyataannya?"

Renata memejamkan mata menahan rasa sakit di sekitar kepalanya, "T-tante yang buat artikel itu?"

"Ya, tentu saja." Wanita itu terkekeh sinis, "Apa kamu menuduh orang lain?"

Renata hanya terdiam dengan perasaan berkecamuk dalam dirinya. Hingga tidak sadar jika tangan wanita itu sudah lepas dari rambutnya dan siap melayangkan tangannya lagi ke arah pipi Renata.

Renata diam menatap wanita itu, tidak peduli dengan pembelaan diri. Jika ia akan mati disini, maka mati saja.

Ia tidak merasakan pipinya panas saat tubuh seseorang menubruknya, melingkarkan lengan kokohnya melindungi Renata dan menenggelamkan kepala Renata pada dadanya.

Gadis itu menegang, mencoba mendongak dan melihat siapa yang datang padanya kali ini.

"Azka?"

.......

Maaf ya baru update skrng, aku sibuk bangett huhu
Semoga masih ada yg mau baca

Terima kasih sudah membaca♡
Jangan lupa tinggalkan jejak!
See you next part!!

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang