Change '57'

379 13 0
                                    

Mau double update atau tripel update?

SELAMAT MEMBACA!
...........

Hidup akan terus berjalan bagaimanapun kondisimu, mungkin kali ini Aaron akan membenarkan kata-kata itu. Seperti Renata, lukanya juga masih cukup dalam untuk Laskar. Meskipun begitu, tidak ada yang bisa Ia lakukan selain menguburnya dalam-dalam. Setidaknya, dia dan Aaron sudah melakukan satu hal untuk Laskar dengan memberinya keadilan, meskipun itu tidak akan mengembalikan apapun.

Satu minggu sudah berlalu, Aaron dan teman-temannya begitu sibuk mempersiapkan ujian sekolah. Jika masih ada Laskar, dia juga pasti akan sibuk mengingatkan Aaron untuk tidak tawuran.

Tapi Aaron memang tidak pernah tawuran lagi, sebut saja Ia kehilangan musuh karena Darren sudah berdamai dengannya. Jadi sekarang disinilah mereka, dirumahnya dengan sekumpulan orang-orang, minus Darren, yang katanya akan membantu Ia dan Renata untuk mengejar materi ujian.

"Ini tuh dicari dulu sin-nya anjir."

"Nggak lah, kali dulu."

"Gak percayaan bangsat, oke awas aja kalo jawaban lo nggak ada di pilihan abc-nya."

Sedangkan Bianca dan Regita di sebelah kiri hanya terus menerus mengeluh dengan kenyataan.

"Gue nggak nyangka anjir lusa udah ujian. Gue tuh frustasi."

Regita mengangguk, "Gue bahkan nggak tau gue udah belajar apa aja."

"Kecilin volume-nya please, gue mau belajar bahasa Korea."

"Emangnya ada bahasa Korea di ujian?"

"Ada, ujian kalau gue mau ketemu neng Irene."

"Lo disini aja nggak laku, apalagi sekelas red Velvet."

"Bacot, kesenangan masing-masing!"

Aaron menghela nafasnya beberapa kali, kalau seperti ini, Ia bukannya akan belajar malah akan kehilangan semua materi diotaknya. Lelaki jangkung itu sama sekali tidak bisa belajar dengan keadaan ramai, dia hanya akan bisa fokus jika semuanya hening.

Tapi menyadari jika keadaan ini mungkin hanya akan bertahan sekitar beberapa Minggu lagi, dan mungkin saja Ia akan merindukannya. Maka lelaki itu akan membiarkannya kali ini.

"Den Aaron."

Si pemilik nama menoleh saat asisten rumah tangganya memanggil, "Ya?"

"Papa katanya mau bicara."

Aaron menoleh ke arah teman-temannya yang kini mengecilkan suara mereka mendengar percakapan itu.

"Kalian lanjutin aja, gue tinggal sebentar." Ujarnya yang disambut anggukan oleh seisi ruangan.

"Tapi bukan sama Aden." Ucapan wanita paruh baya itu membuat Aaron menahan langkahnya.

"Yang namanya neng Renata mana ya?"

Kali ini, bukan hanya saja mengecilkan volume suara, tapi keadaan tiba-tiba hening seketika. Seluruh orang yang berada disana kini memusatkan atensinya pada Renata yang juga terlihat terkejut.

Gadis itu segera menyadarkan dirinya lalu bangkit disebelah Aaron, "Saya bi, Kenapa?"

"Papanya Den Aaron ingin bicara sama eneng."

Renata menyadari raut wajahnya sedikit menegang, namun gadis itu segera tersenyum tipis dan mengangguk tanpa menoleh ke arah Aaron yang berusaha melarangnya.

"Ayo bibi anter."

Keadaan masih hening sampai Renata benar-benar menghilang dibalik tangga mengikuti wanita paruh baya didepannya.

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang