Change '05'

764 21 2
                                    


Happy Reading!

........

Renata memasuki kelas dengan langkah lunglai, disebabkan kemarin malam gadis itu begadang dengan segala pikiran negatif yang bersarang di kepalanya.

"Pagi Renata!" Seorang gadis dengan seragam lengkap dan mantel krem yang membalut tubuhnya itu menghampirinya.

Renata tersenyum tipis pada Bianca, "Pagi,"

"Gue duduk disini ya," Bianca menunjuk bangku disebelah Renata.

Gadis itu mengangguk dan meletakkan tasnya di tempat duduk lalu kembali menoleh ke arah Bianca.

"Dimana Regita?"

"Dia nggak masuk, hari ini dia latihan." Jawabnya yang diangguki Renata.

Regita memang seorang gadis tomboy yang memiliki hobi lari dan kini ia sedang mempersiapkan pertandingannya.

"Selamat pagi anak-anak." Sapaan seorang wanita muda yang tak lain adalah Bu Dina guru Sejarah masuk ke dalam kelas.

Seisi kelas yang sejak tadi masih ribut kini berlarian ke arah bangku masing-masing dengan tergesa.

"Renata." Panggilan guru itu membuat Renata segera mengangkat tangan.

"Ya?"

"Tolong ambilkan 30 buku paket di perpustakaan ya. Ibu mau buat laporan dulu di ruang guru." Ucap Bu Dina menatapnya.

Gadis itu mengangguk kemudian bangkit, "Baik bu"

.......

Renata menggerutu sepanjang koridor, kenapa tadi gadis itu tidak menerima tawaran Bianca untuk membantunya membawa buku. Kini gadis itu kesusahan karena ternyata buku itu sangat tebal dan dia harus membawa 30 buku seorang diri.

Bruk!

Kini kekesalan Renata berkali-kali lipat karena buku yang ia pertahankan sedari tadi agar tidak jatuh sekarang berserakan di lantai koridor.

Ia baru saja ingin mendongak untuk memarahi siapapun yang menambah kesulitannya kini.

"Eh maaf gue nggak sengaja." Seseorang yang menabraknya itu kini ikut berjongkok dan menolong Renata merapikan kembali bukunya.

Gadis itu hanya berdeham, "Ya."

"Lo kelas berapa?" Ucapan itu kini membuat Renata benar-benar menatap lelaki di hadapannya.

Tentu saja Renata tau lelaki itu, Aiden Dafasyah si ketua OSIS yang sejak hari pertama ia masuk sudah begitu menunjukkan pengaruhnya dengan menghukum siswa-siswa terlambat.

"Hey," Aiden melambaikan tangannya di depan Renata saat melihat gadis itu melamun.

Renata tersadar, "Eh ya, IPS 1."

"Oke," Ucapnya lalu berlalu lebih dulu sambil membawa sebagian buku.

Renata mengikuti langkah lelaki itu tapi masih terus berpikir. Entahlah ada hal yang ganjil baginya dari sosok itu.

"Makasih." Ucapnya setelah Aiden meletakkan buku di meja guru.

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum tipis lalu permisi untuk berlalu.

"Gila gila lo baru aja ditolong Aiden?!" Bianca kini heboh sendirian di sebelah gadis itu sejak ia kembali duduk di bangkunya.

"Kenapa si Bi, orang cuma nggak sengaja." Renata akhirnya bersuara karena temannya itu terlalu berlebihan menurutnya.

"Wah jangan-jangan Lo punya hubungan sama dia?" Gadis itu kembali berseru heboh membuat seisi kelas menoleh ke arah mereka.

"Wah beneran Ren?" Raga menyeletuk dari belakang mereka.

Kini seisi kelas heboh menjodohkan dirinya dengan si ketua OSIS itu.

"Nggak, kalian apaansih." Renata menyela tegas, dia tidak mau terjadi salah paham.

Namun sia-sia saja, teman-temannya masih bersiul menggodanya membuat gadis itu memilih menelungkupkan wajahnya di atas meja.

Terserah saja pikirnya.

........

"Renata!" Bianca kembali memanggil gadis itu yang kini berjalan ke arah parkiran.

Renata menoleh, "Kenapa Bi?"

"Temenin gue yuk, beli make up." Pinta gadis itu merangkul Renata.

Renata sedikit menimbang, tapi kemudian tidak urung mengangguk.

"Ayo," Ucapnya lalu mereka berjalan ke arah parkiran bersama.

"Setelah ini kita liat Regita latihan ya," Bianca mengoceh sepanjang koridor.

Sedangkan gadis yang menjadi lawan bicara kini terpaku pada pemandangan yang tanpa sengaja dilihatnya.

Disana, ada seseorang yang saling melukai di gudang. Pintu gudang itu sedikit terbuka jadi Renata bisa melihatnya.

Hanya saja gadis itu tidak tau siapa mereka.

"Ren!" Suara Bianca yang keras kini menyadarkannya.

"Ah iya?"

Bianca menatap Renata sedikit khawatir, karena gadis itu berubah pucat. "Lo kenapa?"

"Gapapa, ayo!" Ia tersenyum dan segera menarik tangan Bianca ke parkiran.

........

Bugh!

"Bakalan gue pastiin Lo bayar apa yang Lo perbuat."

Suara tajam nan menusuk itu akan membuat nyali siapapun menciut jika mendengarnya.

Disana berdiri Aaron Antariksa dengan sisa sisa darah di baju seragam putihnya. Sedangkan di depan lelaki itu, lebih tepatnya terbaring di lantai dengan darah di sekitar bibirnya adalah sosok yang menjadi objek luapan emosi dari lelaki kejam itu.

Lelaki itu tertawa sinis, "Gue nggak yakin Lo bisa buktiin kalo gue bersalah."

Aaron semakin menggeram tertahan, "Bakalan gue pastiin Lo mendekam di penjara!"

Aaron kemudian berbalik pergi, tapi sebelum itu tangan lelaki itu menahan kakinya.

"Lo nggak bisa nuntut orang yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan itu."

......

Terima kasih sudah membaca🤗
Jangan lupa vote, comment dan Share ke teman lainnya.
Buat cast Aiden nyusul ya, belum Nemu yg pas. Kalo ada bisa rekomen?
See you next part guys!

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang