Change '55'

399 14 0
                                    

"Renata!"

Kedua insan yang sepertinya sedang menunggu seseorang itu kini menoleh karena mendengar salah satu nama mereka dipanggil, dua remaja itu menemukan Altair yang berjalan menghampiri Renata dan Aaron.

"Kalian udah lama?"

Aaron mendekat dan ber-tos ala laki-laki dengan seniornya itu, "Baru kok bang."

Altair mengangguk paham, lelaki itu mengalihkan pandangannya arah Renata.

"Kenapa kak?"

Gadis yang cukup peka dengan tatapan Altair itu segera bertanya dengan nada serius.

"Angkasa." Altair menatap gadis didepannya ragu, "Dia mau bertemu kamu."

Renata terpaku cukup lama. Angkasa? Ingin bertemu dengannya di hari sidang terakhir? Setelah sebelumnya selalu menolak kunjungannya.

"Jangan memaksakan diri, jika kamu tidak mau—"

"Mau kak." Gadis itu mendongak untuk menatap Altair, "Lagian aku udah lama kan minta ketemu dia."

Aaron yang menyimak percakapan sedari tadi kini berdeham dan menarik ujung lengan baju Renata.

"Ren.."

Renata menoleh, menatap Aaron dengan tatapan menyakinkan sedangkan lelaki jangkung itu tetap menggeleng pelan.

"Gue nggak akan lama, dan nggak akan terpengaruh apapun."

Aaron menghela nafasnya kasar, Renata tidak akan bisa dibujuk dengan apapun, "Kalau gitu gue ikut."

Dua ketua Rigel itu saling menatap cukup lama setelah Aaron mengungkapkan keputusannya, Altair akhirnya mengangguk setuju. Lebih baik jika Aaron ikut bersama Renata untuk menghindarkannya dari kemungkinan terburuk.

Renata setuju, asal Aaron dan Altair memberinya privasi dan cukup menunggu di depan ruangan.

Kini, Renata benar-benar duduk di kursi kunjungan di depan lelaki yang ingin ia temui sejak kemarin. Dari balik kaca bening, gadis itu bisa melihat raut wajah yang tidak pernah berubah dari Angkasa.

Aaron dan Altair berdiri di luar ruangan, Renata mengatakan Ia butuh privasi untuk berbicara pada Angkasa kali ini.

"Hai Ren."

Renata berdeham tanpa menatap orang didepannya, Ia terus mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Apa saja asal tidak berkontak langsung dengan Angkasa.

"Kayaknya lo takut banget sama gue." Lelaki itu terkekeh, "Padahal kemaren minta ketemu."

Renata tersenyum tipis, Ia menatap orang didepannya, "Gue nggak takut, gue miris."

Sosok yang duduk dihadapannya itu terkekeh, "Lo bawa orang lain? Masih hidup dia?"

Renata menoleh sekilas ke arah Aaron yang menunggu di depan pintu sebelum akhirnya memfokuskan atensinya pada Angkasa.

"Gue sempet bingung mau ngomong apa kalau kita ketemu, gue bingung mau nanya apa, mau minta penjelasan apa, atau sekedar nanya lo baik-baik aja atau nggak di dalam sel."

"Gue pikir ngeliat lo setidaknya bisa ngebantu gue buat bohongin diri sendiri." Gadis dengan kemeja cream itu kembali tersenyum, "Ternyata emang gue yang selama ini sengaja nutup mata sama semua bukti yang ada."

"Gue seharusnya udah mulai curiga sejak lo ninggalin ponsel Laskar di rumah gue. Atau mungkin sejak nomor lo sama dengan nomor spam yang sering hubungin gue."

"Gue pikir gue bakalan nangis karena nggak terima kalau lo yang dibalik semua ini." Renata mendongak tanpa ekspresi, "Tapi ternyata lo bahkan nggak pantes dapat satu tetes pun air mata kasihan dari gue."

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang