Change '46'

375 12 0
                                    

Happy reading!

.........

Renata melangkahkan kakinya memasuki koridor sekolah, gadis itu diantar papanya kali ini. Bisa dibilang hubungan mereka benar-benar membaik dalam semalam.

Dari kejauhan matanya sudah menangkap empat orang laki-laki yang berjalan di koridor yang berlawanan arah dengannya. Gadis itu hendak menghindar, tapi salah satu dari mereka lebih dulu memanggil dan menghampirinya.

"Renata!!"

Gadis itu menoleh kikuk dan tersenyum tipis, "Ya?"

Sosok yang tidak lain adalah Pandu itu tersenyum lebar, "Baru dateng?"

"Iya." Jawabnya singkat lalu berlenggak-lenggok mencari seseorang.

Angga menatap gadis itu, "Aaron belum masuk."

"Eh?" Renata menggaruk tengkuknya canggung, "Gue nggak nanya?"

Lelaki itu terkekeh, "Udah ketara kali."

Renata tersenyum canggung, "Gimana keadaannya?"

"Udah lebih baik, palingan dua hari lagi pulang." Jawab Pandu.

Ia mengangguk paham, "Baguslah, kalau gitu gue duluan ke kelas ya?"

Azka yang sedari tadi hanya diam menatap ponsel, kini mendongak memperhatikan gadis didepannya.

"Gue aja yang anter Renata ke kelas."

Sontak, perkataan yang lebih terdengar pernyataan yang keluar dari mulut Azka itu membuat semua orang yang berada disana langsung menatap lelaki itu.

"Kenapa?" Tanyanya, "Ayo Ren."

Renata menoleh bingung, tapi ikut pergi saat lelaki itu menarik pelan lengan bajunya untuk beranjak dari sana.

"Duluan ya!" Ujarnya sembari menoleh sebentar dan melambaikan tangan.

Ketiga lelaki yang masih terpaku di tempatnya itu menggeleng tak habis pikir.

Rayhan berdecak lalu mengangkat tangannya menopang dagu, "Apa ini termasuk sebuah usaha penikungan?"

Pandu masih menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gue rasa Aaron bakalan cepat sembuh kalo liat ini." Ujarnya lalu berbalik pergi ke arah lain diikuti Rayhan.

"Kalau gue cuma berharap Rigel nggak bubar tiba-tiba." Angga ikut menceletuk sebelum ikut menyusul teman-temannya yang sudah berlalu pergi.

"Angga!"

Lelaki pemilik nama itu kembali menoleh membuat kedua sahabatnya yang sudah berjalan lebih dulu ikut berbalik. Dari jauh, mereka menemukan gadis yang berstatus adik Angga itu berlari mengejar mereka dari ujung koridor bersama Bianca.

Angga berhenti dan menghela nafas panjang, "Apa?"

Regita berhenti dengan nafas tidak teratur, ia bahkan menabrak lelaki yang sedikit lebih tua darinya itu.

"Ngga ngga!!!" Gadis itu menahan lengan Angga, "Itu– itu anjir, beneran nggak sih?!"

"Kenapa sih?! Anjir anjir?! Gue ini masih abang lo ya!" Ujar lelaki itu menyentil dahi adiknya.

"Itu!!" Regita menunjuk ke arah kelas mereka, "G-gue ini g-imana bilangnya ya?!"

Angga menghela nafasnya lagi, dia memang harus butuh sekali kesabaran ekstra dalam menghadapi gadis dihadapannya ini.

Pandu ikut frustasi, ia menoleh ke arah Bianca. "Kenapa Bi?"

Gadis yang disebut namanya itu, ikut bingung. Ia menggaruk tengkuknya beberapa kali, antara canggung untuk bertanya atau setengah frustasi.

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang