Change '02'

1.2K 39 0
                                    


"Jika jatuh hati tanpa keinginan memiliki saja kau sebut ancaman, lalu bagaimana dengan luka lama yang kau pertahankan, bukankah juga ada rasa di salah satu bagiannya?"

....


"Alieenn sini dulu," Suara berat itu membuat ketiga gadis yang hampir menghela nafas lega kini harus berbalik kembali.

Renata, Regita dan Bianca sudah mengumpulkan nyali hanya untuk melewati koridor karena ada Rigel disana.

"Apaansih Ga?" Ucap Bianca menatap kesal lelaki bernama Angga itu.

"Kenalin dong," Jawab laki laki itu menaikturunkan sebelah alisnya.

Bianca memutar bola mata malas,"Kenalin apa bangke?"

Pandu yang menyadari maksud Angga kini menjitak kepala lelaki disampingnya itu, "Caper mulu lo!"

"Iri bilang sahabat," Ujar Angga mendengus.

"Renata," ucap gadis itu mengulurkan tangannya.

Dengan cengegesan lelaki didepannya itu dengan cepat menyambut tangan Renata. "Angga," ucap si pemilik nama lalu merapikan rambutnya.

"Oke, udahkan?" Ujar Regita yang peka bahwa gadis disebelahnya itu tak nyaman berada disini.

"Eh eh tunggu, kenalin gue Raihan," Ujar lelaki di sebelah Angga.

"Gue Pandu," Lanjut disebelahnya.

Renata mengangguk dan tersenyum sopan. Lelaki bernama Pandu itu lalu menyikut lengan seseorang di sebelahnya yang sedang sibuk bermain game.

Lelaki itu berdecak lalu mengalihkan pandangannya sebentar dari ponsel dan berujar singkat, "Azka," ucapnya.

Renata kembali mengangguk, kemudian menoleh ke arah seseorang yang bersandar di dinding paling ujung.

"Gue yakin Lo tau gue," ucap lelaki itu tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.

Renata terkesiap, setelah tadi pagi menabrak lelaki itu sekarang ia bahkan baru tersadar jika sedetik yang lalu dia memandangi sosok itu, dan sialnya sekarang lelaki itu tau namanya.

.......

Tak ada yang spesial, bagi Renata kesekolah manapun ia dipindahkan, rasanya akan tetap sama. Hanya saja kali ini ia tidak mendengar suara-suara yang menghakiminya setiap hari setelah kejadian dua bulan silam.

Gadis itu mengetuk ngetuk ujung jarinya dari kaca taksi yang ia tumpangi sepulang sekolah, dengan mata tertuju pada jalanan yang ia lewati.

Hari pertamanya cukup baik, namun kali ini pertanyaannya bukan itu. Renata tersenyum tipis membayangkan apakah orang orang itu, Bianca dan Regita akan tetap berteman dengannya jika tau alasannya pindah?

Setelah membayar turun dan membayar biaya taksi ia berjalan memasuki rumah tingkat dua bercat putih yang baru ia tinggali empat hari yang lalu.

"Ma, Renata pulang," Ucapnya memasuki rumah.

Seorang wanita paruh baya menghampirinya dari arah dapur dan tersenyum, "Gimana sekolahnya?"

Renata tersenyum tipis dan mengangguk. Menunjukkan bahwa gadis itu baik baik saja.

"Mama tau lebih baik disini," Wanita itu mengelus lembut rambut anaknya.

"Kamu ke kamar dulu, ganti baju nanti mama siapin makan," Lanjutnya yang dibalas anggukan oleh Renata.

......

Kamar bernuansa biru muda itu kini menyapa pandangan Renata saat ia membuka pintu, itu kamar barunya. Masih terlihat asing, tapi gadis itu menyadari jika kamar ini lebih ramah daripada kamar sebelumnya.

Renata melemparkan ras ranselnya ke arah meja belajar lalu menghempaskan badannya ke atas kasur tanpa melepas atribut sekolah, ia memejamkan matanya lalu beberapa saat kemudian ia sudah berada di alam mimpi.

......

Ditempat lain seorang lelaki dengan pakaian acak-acakkan juga melakukan hal yang sama. Terbaring di atas kasur kamar abutua miliknya sambil menatap ke arah langit-langit.

Hingga matanya menoleh saat ketukan dari arah pintu mengusiknya.

"Sayang, ada Ella tuh dibawah," ucap seorang wanita paruh baya dengan bentuk wajah yang sama dengannya.

Lelaki dengan nama Aaron Antariksa itu bangkit dan segera mengikuti mamanya ke bawah.

"An ini titipan mama," ucap gadis dengan bandana merah di kepalanya itu.

Aaron mengangguk lalu mengambilnya dan segera berjalan ke arah dapur. Gadis itu tersenyum miris, namun tak urung mengikuti langkah lelaki di depannya.

"Anta nanti ada waktu nggak?" Tanya gadis itu memulai percakapan.

"Ada, kenapa?" Jawaban yang diterimanya membuat gadis itu tersenyum.

"Bisa temenin beli buku?" Gadis itu menunduk sambil memainkan kukunya.

Aaron mengangguk, "Hm, sekarang aja," ujarnya lalu berjalan ke arah kamar untuk mengambil kunci motor dan jaket.

"Eh Aaronnya kemana?" Tanya Diana yang merupakan mama Aaron.

"Ngambil jaket tante," jawab gadis pemilik nama lengkap Natasha Adriella itu.

Wanita itu tersenyum,"Kalian mau jalan?"

"Cuma ke toko buku Tante," Jawabnya tersenyum malu.

"Ayo," Ujar seseorang menghampiri mereka.

Ella mengangguk, lalu berpamitan dan kembali mengikuti langkah Aaron keluar rumah.

........

"Setelah ini mau kemana?" Aaron menatap gadis di sebelahnya yang tengah asik memilih buku bacaan untuk dibelinya.

"Kenapa emang?" Gadis itu bertanya balik.

"Gue mau ke rumah Pandu,"

Ella menunduk sebentar lalu menghela nafas singkat, "Pulang aja kalo gitu," ucapnya yang diangguki oleh Aaron.

Ella sadar, berada di sisi Aaron dari umur lima tahun tidak akan menjadi patokan bahwa lelaki disampingnya itu akan menyayanginya lebih dari seorang sahabat. Meskipun mereka bertunangan.

........

Kamar dengan nuansa baru ternyata tak membuat Renata terhindar dari mimpi buruknya. Dia meringkuk di samping kasur, memeluk dirinya sendiri dan menyakinkan semuanya baik baik saja. Meskipun ia tau, mentalnya sudah di bagian paling parah.

......

Terimakasih sudah membaca♡
Jangan lupa vote, comment dan share cerita ini.
See you next part!

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang