Change '41'

361 13 0
                                    

Happy reading!


.........

"Gue pulang kerumah mama aja."

Renata melontarkan satu kalimat pertama dan satu-satunya selama perjalanan mereka dari rumah sakit. Arion yang menyetir hanya mengangguk tanpa bertanya, tinggal mereka berdua yang berada dalam kendaraan itu karena Devandra sudah singgah dirumahnya beberapa menit yang lalu.

Lelaki jangkung itu menghentikan mobilnya di garasi rumah yang masih nampak sepi meski matahari sudah mulai muncul.

"Perlu gue jelasin ke om?" Tanya Arion setelah mereka keluar dari mobil.

Renata menggeleng, "Lo boleh tidur disini dulu, tapi jangan bilang apapun ke papa. Biar jadi urusan gue aja."

"Oke kalau gitu, gue tidur di kamar lo ya?" Tanpa menunggu jawaban, lelaki yang lebih tua satu tahun darinya itu segera masuk ke dalam rumah.

Renata menatap bangunan bercat putih didepannya, bangunan yang disebut rumah itu sebenarnya tidak pernah terasa menjadi 'rumah' bagi dirinya sendiri.

"Eh non pulang?" Sapaan dari arah dapur lebih dulu mengiterupsi langkahnya yang hendak menaiki tangga.

Renata menoleh, gadis itu tersenyum tipis. Ia menutupi bercak darah yang berada di sweater-nya dengan jaket milik Arion.

"Iya bi, mama masih tidur?"

Wanita berusia 50-an itu mengangguk, "Sepertinya iya non, tumben non pulang pagi sekali. Sedang rindu nyonya ya?"

Renata kembali tersenyum dan mengangguk ragu, "Iya bi, Yaudah Renata ke atas ya?"

"Eh iya, iya non. Kalau sudah mau sarapan panggil bibi aja ya."

"Siap bi!"

Renata kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar saat asisten rumah tangga itu kembali ke dapur. Ia sedikit bersyukur karena orang tuanya masih tidur, itu artinya dia tidak perlu menjelaskan banyak hal.

Gadis itu membuka kenop pintu didepannya, tidak banyak yang berubah sejak terakhir kali ia berada disini. Memang, tidak bisa Renata pungkiri jika dari banyaknya kamar yang ia miliki. Tempat ini adalah yang paling nyaman, entahlah itu mungkin karena Renata lebih banyak menghabiskan waktu dirumah ini.

Renata meraih sebuah pigura foto yang terpajang di meja belajarnya, sebuah foto keluarga yang mungkin diambil empat tahun yang lalu. Karena disana, ia masih mengenakan seragam SMP.

Jika dipikir-pikir, ia tidak pernah bertemu papanya semenjak kejadian dirumahnya tempo hari. Mungkin ia harus menyapa pria paruh baya itu nanti saat mereka bertemu.

Suara ketukan pintu membuat gadis itu mengalihkan atensinya, ia meletakkan benda yang dipegangnya lalu bergegas untuk mengambil baju di dalam lemari dan menggantinya lebih dulu. Bagaimanapun ia tidak bisa keluar dengan sweater yang ia pakai sekarang.

Kurang dari satu menit, Renata kembali ke depan pintu dan memutar kenop hingga orang yang sejak tadi mengetuk pintu bisa melihatnya. Gadis itu pikir mungkin itu mamanya, ternyata ia salah.

"Kamu pulang?"

Renata mengangguk dan menyingkir dari depan pintu, "Iya."

"Mandi dan istirahat."

Deretan kalimat datar yang ditunjukkan kepada gadis itu membuat ia terpaku. Bahkan setelah orang yang ia panggil papa itu kembali ke dapur, Renata masih tetap ditempatnya.

Mengapa ini? Kenapa ia merasa cukup hangat dengan percakapan singkat itu?

Namun, jangan berpikir jika Renata mungkin baik-baik saja sekarang, karena hingga kini ia tidak bisa berhenti memikirkan rumah sakit dan Aaron. Gadis itu membuka ponselnya, ponsel lama yang sebenarnya sudah tidak ia pakai. Tapi mau bagaimana lagi? Ponselnya bahkan sudah hilang entah kemana.

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang