Change '08'

607 22 5
                                    

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!

........

Rigel memang tidak pernah main-main saat mereka sudah memutuskan perang. Kumpulan remaja itu pasti akan benar benar membuat takut siapa yang menjadi lawannya.

Seperti biasa, Aaron adalah pemimpin yang melaju paling depan diantara teman-temannya. Lelaki itu diapit oleh Pandu dan Azka, sedangkan yang lain dibelakang dengan kibaran bendera Rigel yang menguasai jalanan.

Aaron tersenyum miring saat mereka sampai di base camp Tiger yg tampak ramai. Ia turun dari motornya diikuti teman-temannya yang lain.

Darren menoleh ke arah mereka dan segera bangkit untuk menghampiri, sepertinya lelaki itu sedikit terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang.

"Hei Darren." Pandu melambai pada sosok yang kini berdiri di depan Aaron.

Lelaki itu tampak mengepalkan tangannya dengan tatapan menusuk, anggota geng Tiger juga tampaknya terkejut dengan situasi sekarang.

Sedangkan Aaron masih berdiri tenang dengan kedua tangan dimasukkan ke kantong jaketnya.

Lelaki itu tersenyum tipis, "Darren."

Yang disebut namanya ikut tersenyum, "Kenapa, mau silahturahmi?"

Aaron maju satu langkah lebih dekat dengan lawan di depannya, "Apa keliatannya gitu?"

Ketua Rigel itu melirik ke arah bendera hitam dengan lambang serigala yang mereka bawa, Darren tentu saja tau maksudnya.

Darren terkekeh meremehkan,"Mau dimana?"

"Gue kira lapangan base camp lo juga cukup luas." Ungkap Aaron sebelum sebuah pukulan ia lontarkan pada lelaki di depannya.

Darren yang belum siap tentu saja terjatuh, lelaki itu mengepalkan tangannya penuh emosi, "Serang!"

Lagi-lagi bagi Rigel suasana seperti itu adalah hal yang biasa bagi mereka. Menyerang, diserang, melukai, dan dilukai adalah siklus yang tidak bisa dihindari.

Aaron terpental ke belakang saat Darren membalas pukulannya secara tiba-tiba, lelaki itu kembali bangkit dengan tergesa untuk membalasnya.

"Lo belum mau ngaku juga?!" Aaron menarik kerah baju Darren yang kini sudah berada dibawahnya.

Lelaki itu menggeleng, tersenyum sinis, "Bukan gue."

Aaron berdecih, "Lagi?"

Satu pukulan yang disusul pukulan lainnya mendarat di tubuh Darren, Aaron tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Sejak dua bulan yang lalu jawaban lawannya itu selalu sama.

Bukan dia...

...yang menjadi alasan Laskar pergi.

"Ron cukup!" Teriakan cukup keras dari Pandu membuat lelaki itu tersadar.

Aaron memandang sekelilingnya, Anggota tiger sudah terkapar di lapangan karena Rigel. Lelaki kembali menoleh ke arah Darren yang sudah sama terlukannya dengan anggota gengnya yang lain.

Ia menarik kasar kerah baju Darren, "Kembaliin Laskar!

Ucapan dingin nan menusuk dengan kilatan amarah di mata lelaki itu akan membuat siapa saja menciut. Untuk pertama kalinya Pandu melihat Aaron semarah itu pada seseorang.

Raihan maju berniat menarik Aaron dari atas tubuh Darren yang hampir sekarat, tapi yang lelaki itu dapat adalah dorongan kasar dari Aaron yang enggan beranjak. Azka melihat itu turut mengepalkan tangannya, maju menghampiri Aaron dan tanpa diduga melayangkan bogeman keras di pipi sahabatnya itu.

Aaron terpental, tapi tak berniat melawan, lelaki itu hanya tersenyum sinis, "Kenapa?"

"Kenapa nggak ada satupun dari kalian yang ngedukung gue buat bunuh si brengsek itu?!" Lelaki itu berteriak pada teman-temannya yang berdiri mengelilinginya.

Angga menghela nafas, mungkin karena sifatnya yang humble kini hanya lelaki yang terlihat tenang.

Ia maju memberi kode pada salah satu anak Tiger untuk membawa Darren pulang, lelaki itu lalu berjongkok di sebelah Aaron mengusap pelan bahu lelaki itu.

"Ayo pulang." Ucapnya.

Aaron menepis kasar tangan Angga yang bertengger di bahunya, tapi tak urung mengikuti ajakan lelaki itu untuk pulang.

Ia berdiri dengan tertatih menuju motornya, para sahabatnya hanya menghela nafas dan mengikuti Aaron dari belakang. Mereka tau luka yang ditanggung lelaki itu cukup berat.

.........

"Gimana? Udah puas?" Azka berdecak sarkas pada Aaron yang masih diam sejak mereka sampai di markas.

Lelaki itu mendongak menatap Azka tajam, tapi kemudian kembali menunduk.

Raihan menyenggol bahu Azka untuk memperingatkan lelaki itu, tapi bukan Azka namanya jika tanpa berbicara sarkas.

Pandu ikut menghampiri mereka dan duduk di sebelah Aaron, "Kenapa?"

Aaron tau maksud Pandu, para sahabatnya itu mau ia bercerita tentang apa yang membuatnya semarah itu.

Ia menghela nafas, "Gue pergi ke SMA Cendikia kemarin."

Azka berdecak, "Udah gue duga."

"Terus apa yang lo dapet?" Tanya Pandu.

Aaron menggeleng membuat teman-temanya kembali berdecak.

"Lo seharusnya bilang kalo emang mau pergi ke sana, gimana kalo itu jebakan?" Kini Raihan ikut berdecak.

Sedangkan Aaron hanya menaikkan bahunya acuh, "Nggak ada siapapun selain bayangan yang ngikutin gue."

"Itu berarti ada orang bego!" Raihan menjitak kepala ketua geng itu dengan keras.

"Gue pulang, maaf buat hari ini." Aaron pamit pada teman-temannya yang diangguki oleh mereka.

"Hm, Azka tolong cari tau tentang Renata Stephanie." Lanjutnya sebelum pergi membuat yang lain menatap bingung.

........

Terima kasih sudah membaca~
Jangan lupa tinggalkan jejak
See you next part♡

[RGL#2] Change ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang