💫💫💫
Tepat tiga tahun DTS memutuskan disband dan menjalani semuanya masing-masing. Kehidupan mereka berjalan normal, Jimin sendiri telah menemukan pengganti Yoona. Saling membagi kasih sayang dan perhatian.
Di kumpulkan kembali dalam satu ruangan membuat mereka sedikit mengenang kenangan saat-saat masih berada dalam grup yang sama. Tapi, kali ini berbeda mereka membawa seseorang dalam pertemuannya seperti, Jimin yang membawa kekasihnya-Lim Jikyung. Tak berbeda dangan Nam Joon yang mengumumkan pertunangannya dengan Yonhee.
"Selamat hyung, noona. Aku tidak menyangka Nam Joon hyung akan bertunangan dengan, Yonhee noona." ucap Jeon dengan mata berbinar.
Kedua pipi Yonhee memerah mendengarnya. "Terimakasih, Jeon."
"Kalau begitu Nam Joon hyung harus meneraktir kita semua makan hari ini!" teriak Taehyung heboh.
Yang lain hanya tertawa mendengarnya. Keadaan sekarang bisa dibilang cukup membaik, melihat Jeon sudah kembali seperti sebelumnya membuat mereka cukup senang melihatnya. Lagi pula waktu tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk memulihkan rasa sedih. Bisa di katakan waktu yang sangat lama.
"Pesan saja apa yang kalian inginkan Seokjin hyung yang akan membayarnya." seru Yoongi santai, sedangkan pemilik nama yang disebut langsung mendelik tak terima.
"Ya! Kenapa selalu aku? Yang bertunangan siapa yang di suruh bayar siapa." pekik Seokjin.
Nam Joon menggaruk belakang kepalanya, tidak enak. "Aku yang akan bayar, hyung tidak perlu mengeluarkan uang seperti dulu saat Yoongi hyung ulang tahun atau Jeon yang minta di bayari. Kali ini aku yang akan bayar semua tagihannya." ucap Nam Joon sembari merangkul Yonhee.
Hoseok memasang wajah meledek kearah Nam Joon. "Haishhh... Hargai yang belum mempunyai kekasih di sini."
"Hyung disini hanya kau saja yang belum punya kekasih. Jadi hyung mengatakannya untuk dirimu sendiri." Jimin tertawa mengejek di ikuti Jeon dan Teahyung yang menertawakannya dengan bahagia.
"Ya! Kalian masih saja menjadi bocah nakal. Kemari kalian bertiga." Hoseok mengejar Jeon, Jimin, dan Teahyung yang mencoba menghindar dari pukulan Hoseok.
Bagaimana pun sifat dan perilaku mereka yang tidak berubah namun lebih terlihat tegas dan semakin dewasa pada akhirnya. Saling bertukar cerita menjadikan pertemuan ini ajang melepas rindu satu sama lain, Jeon sendiri masih terlihat begitu manja pada yang lain, kendati telah berumur dua puluh tujuh tahun.
"Sudah hyung ampun, ampun tidak lagi." Jeon memilih menyerah dari pada harus kembali bermain kejar-kejaran, duduk di sebelah Jimin setelahnya.
Dan pada hari dimana Jimin kembali merasakan geleyar aneh namun terasa familiar dalam waktu bersamaan, ia menyadari jika keberadaannya telah merusak pikiran dan juga hatinya. Kendati pria itu berusaha, tapi tetap saja kalah dan terus menguasai dirinya secara penuh. Sebab mengingat seberapa tangguhnya rasa itu dalam mengusik hidupnya, ia yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan jatuh dalam rasa cintanya sendiri.
Merasakan seseorang menyentuh lengannya Jimin segera menoleh ke arah samping dimana Jeon duduk.
Untuk pertama kalinya lagi atau sebuah kebetulan lain yang tuhan ciptakan. Jimin melihatnya kembali tengah duduk diantara dirinya dan juga Jeon sembari tersenyum kearahnya. Lalu, menyenderkan kepalanya pada bahu Jimin sembari berkata.
"Terimakasih. Aku juga mencintaimu."
Suaranya seakan benar-benar ada disana. Benar-benar berbicara langsung pada Jimin. Rasanya begitu pilu mengingat kerinduan datang ketika kehilangan sudah terjadi.
Perlahan-lahan presensi itu menghilang di gantikan cahaya putih sebelum benar-benar pergi.
Setiap kehidupan akan memiliki akhir yang berbeda-beda.
Hari ini, Jimin akan benar-benar belajar mengikhlaskan masa lalunya yang pahit dan membangun kembali semuanya dari awal.
💫💫💫
Chanyeol menatap beberapa lembar kertas yang berada di atas meja-di sampingnya.
Tanpa Chanyeol sadari, sedari tadi ia berulang kali menghembuskan napas kasar, guna menyakinkan dirinya tentang apa yang ia lakukan saat ini. Matanya mengerjap pelan.
Rasanya ingin memusnahkan kertas-kertas itu, namun hatinya tak bisa. Chanyeol memegang sebuah kotak berwana hitam di tangannya, sesekali membuka kotak itu memastikan barang itu masih ada.
"Kenapa tidak coba kau berikan bagian Jeon padanya?"
Suara itu mengalihkan fokus Chanyeol. Mencari keberadaan asal suara yang telah membuyarkan lamunannya. Menemukan seseorang di ambang pintu sembari berjalan kearah Chanyeol duduk.
"Sampai kapan akan berbohong dan menyembunyikan surat-surat peninggalan, Yoona? Kakaknya harus tahu apa yang adiknya tulis." ucapnya. Pribadi dengan setelan dress hitam itu, menatap Chanyeol dalam. Hubungannya sudah lama berakhir tapi masih menjalin hubungan pertemanan yang baik-Jung Izzy. "Aku tidak percaya dengan reinkarnasi dan segala jenis yang berhubungan dengan itu. Jadi, kumohon oppa untuk pergi dan tinggalkan masa lalu!"
"Tapi aku percaya dia akan kembali."
"Baiklah anggap seperti itu. Jika Yoona memang di takdirkan untukmu, seharusnya dia tak membagi hatinya dengan orang lain." Izzy hanya ingin berpikir dengan realistis untuk saat ini. Tidak ingin keadaan semakin rumit dengan terlalu berharap.
Chanyeol seharusnya paham akan satu hal, bahwa orang yang telah tiada tidak mungkin kembali. Mereka hanya akan meninggalkan kenangan yang membekas.
-End-
💫💫💫
Cerita Goodnight and go sampai sini aja. Terimakasih buat kalian yang masih setia baca dari part awal sampai part terakhir. Aku bener-bener ucapin makasih banyak atas dukungan kalian buat cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODNIGHT AND GO ✓
Fanfiction[Book 2] Sequel The Truth Untold Yoona memutuskan kembali ke Seoul dan kembali terlibat dalam dua hati yang sama-sama terluka, mengharuskannya untuk memilih diantara, Hyun Jimin atau Kim Chanyeol? © Jiminskyie Cover by me