Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca teman-teman (づ。◕‿‿◕。)づ
💫💫💫
"Kau harus mengikhlaskannya, Jeon."
"Apa yang perluku ikhlaskan hyung? Karena mereka semua adikku pergi untuk selamanya. Tidakkah mereka berpikir apa yang akan adikku rasakan saat mereka menghina dan membully'nya seperti itu?!"
Jeon tak bisa menerima kabar tentang kematian adiknya, ini begitu mendadak untuknya. Bahkan Jeon sedang melangsungkan konsernya bersama DTS, terpaksa harus pergi dari sana secara tiba-tiba setelah salah satu staff di sana memberi kabar kematian adiknya, Yoona.
Hari itu Yoona menghubunginya, saat konser DTS berlangsung. Yoona mengatakan pada Jeon jika ia lelah dengan semuanya, ia telah menerima takdirnya yang membuatnya seperti sekarang. Tapi, tuhan tak pernah memberinya kebahagian untuk sebentar saja. Yoona menceritakan keluh kesahnya pada Jeon hari itu tapi, sayang Jeon tak bisa mendengarkan lebih banyak lagi karena ia harus segala bersiap untuk tampil di atas panggung.
Ia menyesal karena sebelumnya Jeon selalu membuat candaan saat Yoona bercerita padanya, seharusnya ia mendengarkan dan memberi saran atau nasehat padanya. Namun, apa yang Jeon lakukan ia malah membuat Yoona semakin tertekan.
"Seharusnya mereka semua belajar dari kematian idol lain. Bukan seperti ini! Kembali membully!" ucap Jeon lirih, air matanya terus mengalir tanpa henti, ia membiarkan air mata itu membasahi pipinya memperlihatkan betapa sedih dan terpuruknya saat ini.
Jimin menghampiri Nam Joon yang sedari tadi menemani Jeon yang berdiri di depan foto milik Yoona. Jimin juga sama sedihnya, ia memilih berpura-pura tegar di hadapan semua orang dan Jeon.
"Tak ada gunanya kau menyalahkan meraka, Jeon. Semuanya telah terjadi, kau tak bisa mengubah takdir." ucap Jimin.
"Takdir seperti apa yang kumiliki hyung? Hingga membuat adikku pergi?"
Jimin menatap Nam Joon, ia tak tahu harus mengatakan apa, melihat Jeon benar-benar sedih membuatnya juga ikut merasakan apa yang di rasakannya kini. Kehilangan seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya.
💫💫💫
Pagi ini Yoona terbangun dengan keringat dingin di dahinya, sudah beberapa kali ia memimpikan hal yang sama selama tiga bulan belakangan.
Ia memimpikan Jeon dan yang lain menangis di depan pemakamannya. Sebelumnya ini tak pernah terjadi, tapi setelah Yoona memutuskan untuk melanjutkan hidupnya seperti dulu mimpi itu kerap kali menghantuinya.
Semuanya berjalan dengan lancar saat Yoona kembali memilih tinggal bersama orang tuanya di Busan. Jika, Yoona ingin kembali menjadi idol di Big Ent lagi ia masih memiliki peluang itu, karena memang pada dasarnya Big Ent tidak mengkonfimasi bahwa Yoona hengkang dari industri musik atau keluar dari agensi.
Yoona beranjak dari tidurnya, melangkah ke luar kamar mengambil segelas air lalu ia menenggaknya hingga tandas. Rasanya mimpi itu seperti kenyataan baginya.
"Memimpikannya lagi?"
Yoona menoleh ke belakang mendapati Gyuri tengah membereskan meja makan. Ia menarik salah satu kursinya sebelum duduk. "Iya. Dan itu terlihat nyata."
"Eomma pernah bilang padamu jik—"
Yoona menyela ucapan Gyuri karena tahu apa yang akan dia ucapkan. "Itu hanya bunga tidur tidak mungkin menjadi kenyataan. Benarkan?"
Gyuri menarik senyumnya. Yoona mulai kembali seperti dulu lagi ia sudah sangat bersyukur sekali. Putrinya telah kembali, walau masih tak dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungan rumahnya setelah kembali dari Seoul.
"Eomma. Jika aku kembali ke Seoul bagaimana?" tanya Yoona lirih. "Tapi jika eomma tak mengizinkan tak apa. Aku tak mau memaksa."
Gyuri mengambil tempat di samping Yoona, mengelus tangan Yoona dengan lembut setelahnya menggangguk sebagai jawaban. "Pergilah. Selesaikan urusanmu yang belum selesai."
"Terimakasih."
Apa bisa Yoona menyelesaikan masalahnya yang belum selesai?
Apa ia harus mengingkari janjinya pada Jeon untuk berhenti menjadi idol?
Rumit, selalu rumit jalan hidupnya. Tak pernah bisa ia menyelesaikannya tanpa ada masalah baru.
Yoona kembali ke Seoul bukan untuk menjadi idol kembali, ia hanya ingin berdamai dengan masa lalu dan kembali seperti dulu tanpa ada yang menganjal hatinya.
Bahkan Yoona telah menerima kabar jika Chanyeol tengah menjalin hubungan baru dengan seorang wanita. Dan untuk itu ia merasa sangat senang, Chanyeol tak menyalahlan lagi dirinya atas apa yang telah terjadi pada Yoona. Kini tinggal Yoona yang harus menerima semua kenyataan dan kembali seperti saat dimana ia tak mengetahui kebenaran.
Sampai saat ini ia tak tahu apa yang membuat Gaeun begitu membencinya. Wanita itu pergi seakan di telan bumi setelah mengacaukan hidup Yoona. Dia tak pernah lagi menampakkan dirinya di depan Yoona mau pun Chanyeol.
Tuhan, biarkan kali ini Yoona menyelesaikan semua masalahnya tanpa ada masalah baru yang bermunculan. Biarkan dirinya merasakan ketenangan dan kebahagian setelahnya. Jangan biarkan ia sedih kembali setelah apa yang terjadi padanya.
[]
Gimana prolog nya?
Jadi, ini sequel dari The truth untold yang aku janjiin. Semoga suka ya..
Jangan lupa simpen di perpustakaan kalian atau di reading listSee you next part💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
GOODNIGHT AND GO ✓
Fanfiction[Book 2] Sequel The Truth Untold Yoona memutuskan kembali ke Seoul dan kembali terlibat dalam dua hati yang sama-sama terluka, mengharuskannya untuk memilih diantara, Hyun Jimin atau Kim Chanyeol? © Jiminskyie Cover by me