Happy reading!! ^^
Jam menunjukkan pukul 19.30 saatnya makan malam, sebenernya makan malam biasanya ngga nentu sih jam nya. Cuma ini makan malam sehabis sholat Isya biar waktunya udah santai santai.
Makan malam kali ini Naya hanya memasak mie instan ala kadarnya karena lelah dengan kegiatan hari ini. Mie instan dengan bahan pelengkap sayur sawi, cabe, telur, dan juga bakso telah siap disajikan di atas meja makan.
"waw baunya sangat menggoda, terimakasih istriku sayangku padamu ai lov yu, mwah." Vano memamerkan wajah genit seperti Wanda, bencong yang biasa mangkal di perempatan jalan kompleks rumahnya dulu.
"hih lo ketularan virus genit si Wanda ye?!? Jijik gue liat muka lo kek gitu."
"Wanda siapa sayang? temen kamu? cantik ngga? kenalin sama abang dong, siapa tau minat jadi istri ke lima"
"sinting lo! Noh Wanda bencong perempatan, mau gue kenalin? Sok atuh kenalan, bisa diatur waktu dan tempatnya"
"lah najis bencong anjir, ogah amat gue nikahin bencong. Gila seumur hidup dah gue."
"udah tuh makan diabisin dulu, ngga usah banyak cingcong."
"siap tuan putri yang cantik seperti kutil badak."
"ye ye gue gamau nanggepin omongan orang gila, ntar gue ketularan gila lagi."
Vano maupun Naya telah menyelesaikan makan malam, lalu mereka berdua membereskan meja makan dan mencuci alat-alat makan yang kotor di wastafel.
"Van gue ke kamar duluan, kalo lo mau ke kamar tuh matiin semua lampunya dulu baru tidur." Vano melirik sekilas ke arah Naya lalu mengangguk, setelah itu pandangannya kembali ke arah tv yang menampilkan siaran pertandingan sepakbola.
Sebenarnya di rumah ini memiliki 2 kamar tidur, tetapi kamar satunya sengaja dipenuhi barang barang cadangan dan alat alat tambahan agar mereka berdua tidur di satu kamar yang sama.
Setelah Vano menonton pertandingan hingga selesai, ia mematikan semua lampu yang ada di dalam rumah, kecuali lampu kamar.
Vano berjalan menghampiri naya yang sedang berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia duduk di samping Naya, punggungnya bersandar pada kepala ranjang.
"lah ngapain kesini, lo kan tidur di sofa. Ogah gue tidur satu ranjang sama lo!" sarkas Naya
"Nay kita kan udah sah jadi suami istri, lo tega ngusir gue trus nyuruh gue tidur di sofa? Tau ngga sih waktu itu tidur di sofa aja badan gue rasanya remuk, pegel pegel semua"
"ah serah lo deh, gue mau tidur. Awas aja berani ngapa-ngapain gue, mau bogem, geplak, atau tendang? tinggal milih gampang kan"
"yaelah Nay yang lain aja malam pertama pada romantis romantis gitu, lah ini apaan malah ada monyet ngamuk."
"APA LO BILANG?!? MONYET NGAMUK MATALO! Kalo ngga mau tidur di sofa yaudah tidur di lantai."
"sama aja anjing, tambah parah malah"
"ngomong kasar lagi bakal gue iket mulut lo, asal ceplas ceplos aja."
"punya istri gini amat Ya Allah, udah galak, bego, cerewet, kasar lagi. Lengkap sudah penderitaan gue."
Percuma Vano memaki-maki Naya, gadis itu ternyata sudah tidur dengan posisi membelakangi Vano. AAARRGGGHH KESEL GUE, batin Vano.
Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang tepat di sebelah Naya, biarlah Naya ngomel-ngomel yang penting badan Vano masih aman.
Dengan sengaja Vano memeluk tubuh Naya dari belakang lalu menduselkan kepalanya di bagian ceruk leher Naya.
Menghirup aroma tubuh Naya yang memang sangat harum alami tanpa parfum ataupun pengharum badan."good night my wife." Vano perlahan menutup kedua matanya dan tertidur dengan posisi memeluk tubuh Naya.
"good night my husbi" emang sedari tadi Naya pura-pura tidur, ia takut jika suaminya ini berbuat yang iya iya. Tetapi ternyata Vano hanya memeluk dan mengucapkan selamat malam kepadanya.
Hal itu membuat pipi Naya tiba-tiba memanas, seperti ada sekumpulan kupu kupu berterbangan di dalam perutnya. Cukup sederhana namun membuat Naya salting.
《~~~》
Pagi ini Naya yang terbangun lebih dahulu karena bagian bahunya terasa panas, saat membuka mata ia terkejut melihat ada sosok laki laki yang sedang memeluknya.
Naya lupa kalo semalam ia sudah sah menjadi istri seorang Alvano. Tangan Naya bergerak untuk mengecek suhu badan Vano, ternyata memang benar suaminya ini demam.
"Van ayo bangun, sarapan dulu trus minum obat. Badan lo panas gini yaampun, kecapean gara gara acara kemaren kali ya." Naya menepuk pelan pipi dan lengan Vano.
"ngga ah, mau tidur lagi aja. Pusing banget kepala gue." ujar Vano, ia memejamkan matanya kembali.
"kalo lo tidur lagi kapan mau sembuhnya. Lo makan dulu terus minum obat baru boleh tidur lagi, sekali kali nurut sama gue kek."
"ngghhh iya iya sana turun duluan, ntar gue nyusul ke bawah." Vano melenguh dan meregangkan otot otot badannya.
"udah lo diem disini aja, biar gue bawain makan sama obatnya. Awas kalo tidur lagi."
"hmmm." Vano menanggapi omelah Naya hanya dengan deheman singkat lalu ia menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.
Naya berjalan ke arah dapur membuatkan bubur untuk Vano, tak lupa obat paracetamol penurun panas. Ia kembali ke kamar untuk memberikan sarapan kepada Vano.
"ini makan bubur dulu trus minum obat, nurut sama gue jangan membangkang."
"suapin, badan gue lemes banget." ujar Vano manja.
"ahhh iya iya nih buruan." Naya menyuapi bubur kepada Vano.
"udah ya Nay, gue udah kenyang. Buburnya di mulut gue juga rasanya pait banget."
"yaudah nih minum obatnya dulu, kalo mau lanjut tidur lagi gapapa."
"tapi temenein disini ya, ntar kalo gue butuh apa apa trus lo nya gaada gimana."
"hmmm" Naya berdeham malas.
Naya meletakkan pantatnya di ranjang tepatnya di sebelah Vano yang sedang berbaring.
"udah buruan tidur biar pusingnya ilang, badannya juga masih panas gitu."
"geser sini dong Nay" pinta Vano.
"mau ngapain? ngga usah macem macem, buruan tidur atau gue tinggal."
"ish jangan ditinggal, kan cuma minta deketan aja masa gaboleh."
"yaudah nih gue geser, awas aja kalo lo macem macem."
"nah gitu dong" ucap Vano sambil memeluk pinggang Naya.
"ih ngapain peluk peluk, geli anjir."
"udah diem ya, biarin gue tidur sambil gini."
Setelah beberapa menit berlalu Naya kira si Vano udah tidur, nyatanya masih grusak grusuk gabisa diem.
"Van buruan tidur!"
"gabisa tidur Nay, kepala gue sakit banget yakin."
"bentar gue beli minyak angin dulu di apotek depan komplek."
"iyaa tapi jangan lama lama."
Naya menanggapinya hanya dengan acungan jempol lalu pergi keluar rumah menuju apotek.
Setelah ia membeli minyak angin dan beberapa obat untuk stok, Naya kembali ke rumahnya menghampiri Vano yang ada di dalam kamar.
"siniin kepalanya." Naya mulai mengoleskan minyak angin di pelipis Vano lalu sedikit memijatnya.
Next
.
.
.
.
.
.
TBC yuhuuuSepi amat dah kek hatiku JIAKKHHH!!! untuk saat ini gaada jadwal jadwal up ye, tapi kalo rame mah bisa dibicarakan baik baik ㅋㅋㅋ
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy || Alvano
Roman pour AdolescentsWarning area 1821!!!🔞 "Nay mau ini boleh ngga?" ucap Vano memohon kepada Naya sambil menoel noel bagian dada istrinya itu. "ngga ngga, apaan yang ada enak di lo rugi di gue." gerutu Naya menanggapi bayi besarnya ini. "ih kok gituu, jadi istri tu ha...