14_Pembalasan

17.9K 1.1K 41
                                    

Bugh!!

Plak!

Ctar!!!


"Udah gar bisa mati anak orang," ucap Arthur menarik lengan Algar agar mundur dari ketiga cewek yang sudah terkulai lemas itu.

"KENAPA KALIAN LAKUIN ITU HAH?!"

bugh!

"Akhhh!!"

"JAWAB BANGSAT!!" teriak Algar menatap nyalang tiga cewek di depannya.

"K-kita cuma di ss__suruh kok," ucap Kiran lirih sungguh untuk berbicara saja sangat perih bukan main karena sudut bibirnya yang sobek.

"Sama siapa?"

"Ya-yasmine shhh..."

"BASTARD!" umpat Algar menendang kursi kayu di sebelahnya hingga mengenai kaki Nadin.

Saat ini mereka tengah berada di salah satu kastil kosong yang jauh dari perkotaan dengan di temani Arthur. Ia sengaja mengajak Arthur karena sahabatnya ini sudah mengetahui pernikahannya dengan Fraya.

Cowok itu membawa ketiga perempuan sialan ini dan menyiksa mereka seperti apa yang mereka lakukan pada istri kecilnya.
Netranya melirik Kiran yang tengah meringis kesakitan,

"Sakit Hm? TERUS APA KABAR ISTRI GUE YANG LAGI KRITIS GARA-GARA LO?!" Kiran membulatkan matanya terkejut,

"i-istri?"

"Iya! Fraya istri gue, kalau dia sama anak gue kenapa-napa lo yang bakal tanggung akibatnya." tekan Algar membuat ke tiga cewek itu menelan Saliva takut.

"Oh! dan satu lagi kalian harus minta maaf sama Fraya kalau masih mau hidup." ujar Algar menatap tajam mereka, ia berjalan meninggalkan kastil di ikuti Arthur.

Saat ingin membuka pintu mobil, Algar mengernyit saat sebuah nomer tak dikenal menelponnya.

"Hallo pak, sebelumnya kami sangat meminta maaf atas kelalaian kami, pasien kamar 82 menghilang."

Bagaikan Sambaran petir di siang bolong tubuhnya menegang ia sangat terkejut mendengar berita tersebut, rahangnya mengeras tangannya terkepal kuat.

"BANGSAT!! Kenapa bisa kecolongan gitu sih, gak becus lo!" dengan segera Algar masuk kedalam mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi membuat Arthur yang duduk disampingnya menatap ngeri Algar yang tengah kesetanan.

Bola mata Arthur melirik ponsel Algar yang berdering di dasbor mobil.

"Heh itu telephon angkat dulu siapa tahu penting." ucap Arthur membuat Algar memelankan laju mobilnya dan meraih handphone-nya.

"A-algar...pliss tolongin aku," suara lirih dari sebrang sana langsung menyapa indra pendengaran Algar cowok itu langsung mengeram mobilnya.

"Fraya? lo dimana, kenapa gak ada di rumah sakit ter__"

"A-aku nggak b-bisa ngomong panjang shhh....cepetan ini aku sharelock sekarang."

"Lo nelpon siapa jalang?!"

BRAK!

"ENGGA ARGHH-"

Tut!

Begitu panggilan terputus, Algar melihat lokasi yang dikirim Fraya tak tunggu lama cowok itu langsung me-ngegas mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi yang Fraya kirim.

Sungguh ia cemas bukan main, apalagi saat tadi mendengar suara seorang cowok dan gebrakan keras.
Pasti istrinya dalam bahaya sekarang.

Lima belas menit kemudian cowok itu sampai di tempat tujuan, ia mengernyit heran menatap gedung kosong yang ada di hadapannya tak tunggu lama Algar langsung bergegas masuk menuju gedung tua itu.

"Nggak usah sok cantik deh lo, jalang kayak lo tuh pantes mati." Algar membulatkan matanya terkejut saat melihat istrinya diikat diatas kursi kayu dan terdapat dua orang berbeda gender yang berdiri di depan Fraya dan yang lebih mengejutkan lagi wanita itu melayangkan tangannya hendak menusuk Fraya dengan pisau,

Bugh!!

"BAJINGAN LO!" seketika emosinya meledak saat tahu siapa dua orang yang tengah menyiksa Fraya tersebut, nampak seorang lelaki jangkung berjalan mendekati Algar meraih kerah baju cowok itu dan menghantamnya kuat.

"Berani banget lo mukul Adek gue?!" Algar hanya terkekeh seraya meludah di samping cowok itu,

"Vaska... Vaska.... nggak abis-abis yah dendam lo sama gue, sampe orang yang nggak bersalah pun kena imbasnya," kata Algar melirik dua orang di depannya yang tak lain adalah Yasmine dan Vaska. Ia tersenyum prihatin, kasihan sekali orang tua mereka jika mengetahui sikap buruk anaknya.

"BACOT LO ANJING!!"

"MATI LO MATI!!!" Vaska terus memukul Algar dengan membabi buta memungut tongkat baseball yang tergeletak di lantai kemudian menghantamkannya kuat ke tengkuk belakang Algar. Meluapkan dendamnya yang selama ini ia pendam,

Bugh!

Dugh!

Algar hanya tersenyum miring tanpa mau melawan beberapa menit kemudian,

Suara sirine berbunyi membuat kedua kakak beradik itu kelimpungan sendiri Yasmine membulatkan matanya kala melihat lima orang polisi datang menyergap mereka berdua.

"Kalian ditangkap atas percobaan pembunuhan dan penganiayaan." ucap salah satu polisi kemudian langsung memborgol pergelangan tangan mereka.

Algar bangkit berjalan mendekat ke arah Yasmine.

"Mangkanya nggak usah macem-macem sama istri gue." bisik Algar menepuk bahu Yasmine dengan segera ia mendekati Fraya yang sudah terkulai lemah dan membawanya ke mobil.

Saat sampai di gedung ini tadi, ia sempat menyuruh Arthur untuk menghubungi polisi agar si bajingan licik ini langsung diringkus.

Algar langsung melaju menuju rumah sakit. Selama perjalanan pun ia tak melepaskan genggamannya pada tangan Fraya, raut khawatir dan amarah sangat kentara di wajahnya.

"Maaf." gumam Algar berulang kali.

....

Fraya membuka matanya perlahan rasa nyeri langsung menyerang kepalanya. Ia menatap sekeliling dan langsung bernafas lega saat menyadari dirinya masih hidup.

"Maaf...." kata pertama yang ia dengar begitu membuka mata di sampingnya Algar sudah berlinang air mata menatap serta menggenggam erat tangan istrinya.

Fraya hanya memutar bola matanya malas sembari menyentak tangan Algar,

"Iya Kamu mah gitu bikin aku sakit, terus minta maaf gitu aja terus."

"Kamu sadar gak sih semenjak aku hidup sama kamu masalah selalu aja dateng." sinis Fraya tanpa mau menatap Algar.

"Gue tau gue emang brengsek tapi gue janji ini terakhir kali lo tersakiti gara-gara gue." masih belum ada respon. Algar menghela napas berat.

Cowok itu mengambil hp dari saku jaketnya dan memesan semua makanan yang di sukai Fraya lewat Go food. Setelah selesai, ia mencolek lengan gadis kecil itu kemudian memperlihatkan layar Handphonenya.

Terlihat sudut bibir Fraya sedikit mengembang hal itu membuat Algar terbahak seraya mengacak surai sang istri.

"Kalau mau senyum mah senyum aja kali." Ejek Algar, Fraya segera menetralkan wajahnya melirik cowok itu sinis.

"Di apain aja tadi?" tanya Algar mengelus lembut rambut Fraya.

"Di pukul, tampar, tendang juga, sakittt tau...." adu Fraya menunjuk luka-lukanya cowok itu meraih tangan istrinya mengecup singkat luka itu.

"Udah sembuh." Fraya menahan kedutan di bibirnya mendapat perlakuan mengejutkan itu dari Algar, pipinya terasa panas dan memerah. shit!

"Blushing Lo?"

Bugh!
























Okeee sampai sini ajaaa akikah nggak mau buat konflik yang berat-berat karna yang berlebihan itu tidak baik😀👍

Jangan lupa Votmen!!!!

ALGARION [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang