PROLOG

56.2K 1.9K 9
                                    

"ALGAR!" suara bernada bas itu tertuju kepada seorang cowok yang baru saja memasuki club dentuman musik serta kerlap-kerlip lampu menyapa setiap insan yang asyik berjoget ria.

Cowok dengan tindik itu merangkul bahu Algar, Aska namanya.
Ia membawa Algar ke pojokan bergabung dengan Arthur dan Gilang.

Algar mendudukkan dirinya di sofa panjang. Tangannya mengambil secangkir Vodka yang tersedia di atas meja kaca, lalu meminumnya dalam sekali tagukan.

Beberapa menit kemudian seorang pelayan datang menghampiri mereka,

"Maaf mas tadi minumannya ketuker sama tamu sebelah bisa saya minta lagi?" tanyanya sopan. Algar mengernyit heran pasalnya minuman yang tersisa tadi hanya ada satu gelas saja.

"Yang ini?" tanya Algar mengangkat gelas kosong bekas minumnya, pelayan itu mengangguk.

"Udah gue minum, ngomong aja berapa nanti gue bayar." ucapnya santai seraya mengeluarkan dompet dari saku jeans miliknya.

Pelayan itu tampak kebingungan menggaruk belakang kepalanya,

"Aduh mas masalahnya, minuman itu udah dicampur sama obat perangsang dosis tinggi." ujar pelayan itu panik.
Algar membulatkan matanya menggebrak meja kasar.

"Kenapa baru bilang?!" ucap Algar dengan wajah memerah sepertinya reaksi obat itu sudah bekerja seluruh tubuhnya terasa panas ia melepas jaketnya kasar.

Aska yang melihat itu pun mengisyaratkan kepada pelayan tadi untuk pergi, bisa bahaya nanti kalau kena tinju Algar.

"Shit panas banget!" umpat Algar sembari mengibas-ngibaskan bajunya.

"Lagian lo sih maen asal minum aja, ngga nanya-nanya dulu." balas Arthur melirik sinis Algar,

"Gue balik dulu." ucap Algar berjalan meninggalkan ketiga temannya.

"Lah cepet amat, mau gue anter ga?" tawar Gilang yang masih asyik dengan ponsel di tangannya.

Algar menggeleng dengan terburu-buru ia menyambar jaket dan kunci mobilnya mengendarai seperti orang kesetanan.

Ia dengan cepat keluar dari mobil, saat begitu sampai tujuan.
Berjalan sempoyongan memegangi kepalanya yang terasa amat pening, cowok itu meremat lehernya kuat berusaha memuntahkan semua yang ada dalam perutnya, berharap obat tersebut ikut terbuang.

"Mas, Gapapa?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba saja menepuk bahunya.

Dengan mata berkunang-kunang, Algar melirik sekilas seorang gadis yang tampak tak asing dimatanya, gairahnya semakin tersulut kala melihat bentuk lekukan tubuh gadis itu.

Ia kalang kabut kemudian menarik kasar tangan gadis itu memasuki apartemennya. Kesadarannya kini sudah di ambang batas. Persetan dengan bencana apa yang akan terjadi setelah ini, yang pasti Algar butuh pelampiasan segera.

Fraya Anastasya Maudi, ia merupakan salah satu teman sekolah Algar sikapnya yang pendiam dan anti social membuatnya selalu menjadi objek bullying oleh para murid, karena Fraya selalu diam saat diperlakukan semena-mena oleh mereka.

Biasannya gadis itu sangat acuh pada sekitar, namun entah kenapa, hatinya sedikit tergerak saat melihat seorang lelaki yang tengah tak berdaya di tempat yang tak jauh dari ia berjalan.
Dengan polosnya ia menanyakan keadaan lelaki itu tanpa tahu tragedi apa yang akan menantinya.

Algar memeluk Fraya dari belakang menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis dengan sweater crop top itu.

"~Tolongin gue." ucap Algar memohon hampir seperti rengekan, cewek itu berusaha lepas dari pelukan Algar namun tenaganya yang kecil hanya berujung sia-sia.

"Jangan kurang ajar ya__!!" belum sempat Fraya menyelesaikan perkataannya Algar sudah melemparnya ke atas ranjang kemudian melakukan hal liar yang tak terduga membuat air mata cewek itu luruh begitu saja, mau melawan pun percuma.

Malam itu juga ia menyesali perbuatannya melanggar peraturan yang telah dibuat sang ayah, dan malah berakhir di Apartemen Algar.
seharusnya ia memang diam di rumah saja seperti biasa,

Benar kata Ayah Fraya dunia luar terlalu liar.

"Dunia menyambutku dengan bencana."_Fraya Anastasya Maudi.





Waww santai brow baru juga Prolog
Jangan lupa Vote and komen....

Lanjut ga nih?

ALGARION [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang