3_PERTANGGUNG JAWABAN

25.8K 1.5K 17
                                    

Algar menunduk dalam seraya memilin jemarinya ia merasa sangat bersalah melihat reaksi kedua orang tuanya, Dafi kembali menenangkan sang istri yang terus saja terisak karena ulah anak semata wayangnya.

Algar sudah menceritakan semuanya membuat cowok itu sedikit lebih lega.

"Maaf," entah sudah yang keberapa kali Algar mengucapkan kata-kata itu.
Fina menatap sang anak kecewa.

"Emang kamu gak mikirin masa depan cewek itu? ga mikirin seberapa terpuruknya dia? kalau orang tua dia gak terima terus kamu di tuntut gimana?" ujar Fina dengan nada kecewa merasa prihatin dengan gadis yang diceritakan anaknya itu ia bangkit dari duduknya.

"Mama ga mau tahu besok temui dia jadi lelaki yang bertanggung jawab." Tutur Fina setelah itu, ia melenggang pergi menaiki tangga menuju kamarnya. Dafi menepuk pundak sang anak pelan,

"Gak papa udah kejadian kan? besok Papa temenin." ucap Dafi bijaksana Algar memeluk Papa nya erat ia merasa beruntung mempunyai kedua orang tua yang sangat sayang kepadanya mungkin jika orang tua lain mendengar bahwa anaknya menghamili seorang gadis sudah dipastikan wajahnya bakal babak belur.

. . . .


Seorang lelaki berperawakan tinggi gagah lengkap dengan pakaian kebesarannya tertulis di dada sebelah kiri 'Letnan Jenderal Whiliam Izacus'

terselip dua buah belati juga di kedua kantongnya tak lupa satu pistol pindad yang ia pegang di tangan kanannya pria itu memasuki rumah Fraya dengan langkah lebar menyapa hangat anak gadisnya yang sedang terduduk lesu di atas sofa.

Cewek itu langsung berlari dan memeluk sang ayah erat membuat pria paruh baya itu mengusap rambut Fraya pelan,

"Ada apa, mendadak Ayah disuruh pulang hm?" Fraya mendongak menatap sang Ayah dengan berlinang air mata,

"Kok nangis?"

"Maafin Fraya ayah," lirih Fraya masih sesenggukan. Whiliam menuntun putrinya untuk duduk kembali masih mendekap hangat Fraya menenangkan dengan menepuk-nepuk punggung cewek itu.

"Kenapa? ada yang jahatin kamu?bilang siapa orangnya biar ayah hajar!" Fraya menggeleng ia menarik napas dalam-dalam memberanikan diri untuk menatap sang Ayah.

"A-aku hamil yah." ucapnya dengan nada lirih ia memejamkan mata erat-erat tubuhnya bergetar hebat, Whiliam nampak sudah mengepalkan tangannya erat alisnya menukik tajam giginya saling bergelemutuk.

"Siapa?" tanyanya tegas.
marah, kecewa, sedih bercampur menjadi satu ia sudah merasa sangat gagal menjadi ayah menjaga satu anak saja tidak becus bisa sampai kecolongan begini.

"Temen." Whiliam menggebrak meja keras membuat Fraya terlonjak kaget ia semakin ketakutan tangannya panas dingin bagaimana jika Ayah menembaknya hidup-hidup? pikiran itu seketika terlintas di kepala Fraya walaupun sangat mustahil.

Semarah apapun Whiliam pada putrinya, ia takkan setega itu untuk membunuh darah dagingnya sendiri.

"Mm-aaf Ayah, Fraya udah langgar peraturan Ayah... waktu itu Fraya bosen di rumah terus keluar malem-malem pas sampai di jalan, tiba-tiba Fraya di tarik paksa ke apartemen temen, Fraya udah bilang gak mau bahkan sempat lawan, t-tapi nggak bisa udah terlanjur." gadis itu semakin sesenggukan mengingat kejadian saat itu ia sangat menyesali perbuatannya.

ALGARION [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang