𝓢𝓪𝓽𝓾

3.2K 236 30
                                    


Tidak ada sangkut-pautnya dengan realita kehidupan karakter

Hanya fiksi belaka
.

.

.

.

.

Watanabe Haruto
Kanemoto Yoshinori

.

.

.

.

.

BxB
A/B/O [Omegaverse]
Typo(s)

Awalnya kesepian melanda tanpa mereda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Awalnya kesepian melanda tanpa mereda. Bagaikan hujan terus menerus melebat kemudian datang angin memperkeruh semuanya. Tidak kunjung berhenti bahkan tanda-tanda langit mencerah membawa sang mentari bersama seutas benang pelangi pun terdengar mustahil baginya. Ia menutup rapat-rapat berusaha tegar walau dirinya mendamba sebuah atensi dan afeksi.

Tumbuh di bawah atap panti asuhan dimana kasih sayang pengasuh tidak senantiasa harus berada pada satu titik sedangkan ada puluhan bocah yang lebih muda darinya pun butuh berlipat-lipat perhatian dibandingkan keinginannya. Ia harus belajar mandiri, menahan diri untuk tidak merengek minta diantar tidur dengan dibacakan cerita dari buku dongeng, dielus kepalanya, dan dikecup keningnya penuh sayang. Belajar memakai baju rumit berkancing, sepatu bertali, dan menyisir rambut.

Hari demi hari hatinya tambah iri melihat teman-teman seusianya lambat laun menghilang dari pandangan setelah diambil hak asuhnya oleh keluarga luar. Mereka tersenyum lebar dengan pipi memerah, bahagia luar biasa. Ada satu, Asahi namanya, lebih muda darinya satu tahun yang masih mengiriminya surat kertas dan hadiah. Bercerita bahwa anak itu bersyukur mendapat keluarga baik penuh kecukupan—perhatian, kasih sayang, sampai materi tidak segan-segan diberikan kepada Asahi. Terakhir ia berjumpa, Asahi yang jarang berbicara dan tersenyum justru datang dengan ekspresi langka—begitu cerah dan lebih hidup. Lantas ia sesenggukan menghambur ke dalam dekapan yang lebih muda. Menyatakan rindu sekali dan turut bersuka cita atas cerita kehidupan anak itu.

Pernah sekali ia kabur karena tidak tahan mengiri. Wajahnya memerah, berpikir kenapa tiada keluarga yang ingin mengambilnya. Ia ingin merasakan apa yang Asahi rasakan, apa yang anak-anak lain dapatkan di luar sana, sebuah keinginan paling besar yang didambakan. Hingga sore menjelang malam pun tidak ada yang datang menemuinya, satu saja dari pengasuh panti, seolah mereka amnesia akan keberadaannya padahal ia hanya mengumpat di gang buntu antara toko buku dan toko olahraga yang notabene dekat dari panti. Pada akhirnya ia tetap pulang akibat takut gelap.

Seakan doanya terjawab, beberapa waktu setelah percobaan melarikan diri, sepasang suami-istri datang berniat mengadopsi. Ia sedang menyuapi bocah dua tahun banyak tingkah yang baru datang beberapa minggu lalu.

Sekonyong-konyong hatinya seperti dilapisi bunga-bunga yang tengah bermekaran. Senyumnya langsung terpatri ceria mendengar akan diadopsi. Segera ia pergi ke kamar, merapikan pakaian dan barang-barangnya, tidak lupa menulis surat pendek untuk Riku—si bocah tengil  tujuh tahun yang selalu mengekorinya dan Asahi—menyelipkannya di buku dongeng yang ia berikan.

"Nah, namamu sekarang Watanabe Yoshinori. Mama panggil kamu Yoshi, ya?"

"Yoshi." Ia mengangguk gembira. Gigi-gigi mungilnya tak henti-henti unjuk diri. Tangannya yang berisi digenggam hangat oleh wanita bersurai cokelat panjang itu sampai masuk ke dalam mobil.

Kedua orang tua yang sangat perhatian serta baik hati, tanpa diduga pula setelah turun dari mobil dan memasuki rumah yang cukup besar, ada bocah lima tahun berdiri di ambang pintu menunggu kedatangannya.

"Haruto." Begitu ucap anak itu.








.
.
.
.
.
.
.
😌 Yang satu belum kelar
Ini udah muncul aja

Coming soon.... (?)

Pimpernel || HaruNori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang