Seakan terjawab doanya, Yoshinori akhirnya mendapat keluarga baru. Keluarga yang membuatnya dibanjiri kasih sayang dan perhatian. Keluarga berkecukupan yang mampu menghilangkan rasa irinya terhadap keluarganya di masa lalu. Senyumnya selau tertarik...
Tidak ada sangkut-pautnya dengan realita kehidupan karakter
Hanya fiksi belaka .
.
.
.
.
Watanabe Haruto Kanemoto Yoshinori
.
.
.
.
.
BxB A/B/O [Omegaverse] Typo(s)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kacau. Wangi melon dan vanila lembut memenuhi ruangan sekurang-kurangnya hampir satu jam dengan perut melilit melebihi lilitan anakonda. Terlebih perasaan aneh yang berusaha mendobrak pintu seakan haus akan kesadaran dirinya. Yoshinori sampai tidak bisa merasakan kaki-kakinya untuk duduk maupun berdiri. Ia menangis dengan desisan dan isakan yang terdengar saling bersautan bahkan saling menimpa.
Late bloom yang dibicarakan oleh dokter dan beberapa dosen terjadi pada Yoshinori. Di tengah-tengah keheningan yang hanya ada suara dari mikrofon di podium menghantarkan Yoshinori menuju waktunya. Dan ia mengacaukannya. Beruntung Noa—pemuda yang duduk di belakangnya— menyadari gerak-gerik tidak nyaman Yoshinori dan secara sengaja mengendus-endus akibat seutas aroma melon yang manis hilir-mudik di bawah hidung.
Langkah pertama Yoshinori di bawa keluar ruangan menuju kelas kosong oleh Noa dan beberapa panitia. Kesadarannya seakan dimakan sedikit demi sedikit selama pinggangnya dibingkai dan kulit tangannya menyentuh epidermis leher Noa sehingga ada beberapa waktu Yoshinori merendam desisannya dengan gumaman kecil. Panik menyerang seluruh manusia yang berada di kelas kosong, melihat Yoshinori yang berpeluh membanjiri seluruh tubuhnya apalagi secara tidak sadar celananya pun ikut kuyup.
Dokter datang beberapa menit kemudian, memberi Yoshinori semacam sirup tetes; memaksa pemuda itu untuk menelannya. Semua manusia kecuali dokter dilarang masuk. Tiga sampai empat dosen berduyun-duyun datang, salah satunya adalah teman Mama yang selalu berlangganan roti di toko.
Waktu yang sebentar lagi genap menyentuh angka dua belas, Ayah beserta Mama finalnya datang setelah di hubungi oleh dosen pelanggan setia toko roti Mama. Kecemasan sampai-sampai memunculkan air mata Mama tepat melihat Yoshinori kesakitan sambil memegangi perut. Usapan sayang menghujani Yoshinori didampingi kata-kata dan aroma penenang dari Mama. Atmosfer tegang menyurut menjadi lebih tentram dan senyap.