Dua Puluh Tiga

1.1K 78 38
                                    

Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan karakter

Hanya fiksi belakang

.
.
.

Watanabe Haruto
Kanemoto Yoshinori

.
.
.

BxB
A/B/O (Omegaverse)
Typo(s)

Pagi-pagi sekali akibat dinginnya udara yang datang dari arah selatan tanpa mengetuk jendela kaca terlebih dahulu dan mengajak matahari memperluas benang-benang kuning keemasan untuk menggelitik mata dari balik kelopaknya yang tertutup, selimut se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi-pagi sekali akibat dinginnya udara yang datang dari arah selatan tanpa mengetuk jendela kaca terlebih dahulu dan mengajak matahari memperluas benang-benang kuning keemasan untuk menggelitik mata dari balik kelopaknya yang tertutup, selimut semakin dikeratkan, tenggelam dalam wangi dan lembutnya sprei bantal yang baru diganti. Untuk seperkian detik dimana aroma semanis buah melon telah matang, Haruto mengerjap-kerjapkan mata. Sambil merenggangkan seluruh persendian tubuh, masih dengan kedua mata yang sedikit terbuka, mendapati Yoshinori sudah rapi mengenakan kemeja beserta jas biru dongker tengah membuka seluruh gorden jendela seolah-olah alam harus tahu kebiasaan pagi para pengungsinya.

Diterimanya kerlingan nakal beserta senyuman penuh kemenangan, Haruto tak kuasa menahan gelak tawanya, seberat baru yang dijatuhkan ke dalam air dan seserak keran air. Ia terjatuh menatap langit-langit kamar, tampak asing namun anehnya nyaman, masih terasa geli yang bergejolak di dalam perut. Yoshinori tampak menawan dengan rambut dicat hitam setelah silih berganti warna di masa-masa lalu, merayu genggaman jemari Haruto agar terayun membetulkan posisi kerah dan menghilangkan titik-titik debu yang kontras dengan jas gelap itu.

"Ada kuliah hari ini?"

Haruto menjawab dengan gelengan. Pemuda itu masih menghayati dan terperangah akan setiap kosakata di dalam kepalanya tidak bisa menjabarkan betapa mengagumkannya Yoshinori.

"Walau begitu, bangun, cuci muka, lalu sarapan. Aku tunggu di luar." Titah yang lebih tua sebelum menjauh dari Haruto.

Di kamar mandi, melihat pantulannya sendiri di cermin sibuk menggosok gigi sedangkan pikirannya berkeliaran kemana-mana. Tampilannya tetap sama seperti dirinya yang lalu meski dia akui dengan tingginya yang bertumbuh pesat, rahangnya semakin nyata, dan bahunya cukup berotot juga lebar, membuatnya besar hati. Karena jujur, Haruto juga menilai bahwa dia lumayan menarik. Di samping itu, sebenarnya yang sukses menarik tawa pemuda itu setiap hari adalah kenyataan bahwa Yoshinori mengizinkannya tinggal bersama. Haruto sengaja memilih universitas yang sama dengan kota dimana kakaknya itu mencari pundi-pundi kekayaan. Hampir sepanjang matahari terbenam kemudian berganti rembulan malam, dadanya dipenuhi kembang api yang meletup-letup.

Kalimat terakhirnya pada malam itu, betulan membawanya menjadi pribadi yang lebih baik. Remaja yang dulu hobi merajuk hanya karena keinginannya berjalan tidak sesuai kehendaknya, perlahan belajar menerima dengan lapang dada. Ketika Yoshinori memutuskan untuk hidup sendiri di akhir semester masa kuliah, remaja berlabel alpha itu mencoba meredam keterkejutan dan mengenyahkan pemikiran negatif, berupaya menerima kehidupan yang mungkin memang harus seperti itu jalannya. Pemuda itu, di lubuk hatinya yang paling dalam, terus membuktikan bahwa dirinya pantas berada di samping Yoshinori. Dan janjinya selalu mengelilingi hati dan kepala agar Yoshinori pula bisa mempertimbangkan kegigihannya.

Pimpernel || HaruNori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang