Malam ini Jeffry merenung di kamarnya, ia memikirkan satu nama yang saat ini memenuhi pikirannya, Naura."Naura, nama itu sama kayak nama mama nya Nara. Apa jangan-jangan wanita itu memang mama nya Nara?"
Jeffry bisa tau nama ibu Nara karna tadi siang saat kepala sekolah memanggil ibu Nara dengan nama nya.
"Jeff, nama Naura bukan cuma satu." Jeffry mengacak rambut frustasi lalu mengambil ponselnya di nakas.
Membuka kembali chat nya dengan Jean yang sama sekali tidak di balas oleh gadis itu, rasanya Jeffry benar-benar tidak tahan.
Entah kenapa semakin hari Jeffry semakin lemah, yang awalnya Jeffry melakukan apapun agar Jean mau menurut padanya, namun sekarang ia tak bisa karna takut melukai perasaan gadis itu.
"Gua harus ketemu Jean."
••••••
Mobil Jeffry berhenti tak jauh dari rumah Jean saat melihat seseorang yang ia kenal.
Membuka kaca mobilnya sedikit, Jeffry terkejut saat melihat mama Nara dan papa Jean berpelukan di depan rumahnya.
Jeffry membuka kaca mobil sepenuhnya agar bisa mendengar lebih jelas percakapan mereka berdua.
"Mas, aku bener-bener ngga nyangka bisa berakhir sama kamu. Yang awalnya sama mas Jefran, dan kamu sama Jena, sekarang malah jadi kaya gini." Naura tertawa mengingat masa lalunya.
"Semua ini memang takdir Naura, kita memang berjodoh. Buktinya walaupun kamu sudah punya Nara, dan aku punya Jean sama Haru, kita masih bisa bersama."
Jeffry di buat terkejut setengah mati, ternyata dugaannya benar bahwa Naura adalah ibu Nara.
Memejamkan matanya penat, Jeffry sungguh tak menyangka kalau dunia akan sesempit ini.
Orang tuanya, Jean, dan Nara ternyata pernah bersangkutan di masa lalu.
"Tunggu— jadi ini alasan Jean ngelakuin hal itu ke Nara? Dia mau balas dendam atas apa yang di lakuin mama Nara?"
•••••••
"Jean!"
Jean terus berjalan cepat menghiraukan panggilan Jeffry, gadis itu menoleh ke belakang saat Alice ikut memanggil dirinya.
"Al, kasih gua waktu berdua sama Jean." Setelah mengatakan itu, Jeffry berlari menyusul Jean meninggalkan Alice.
"Jean lo kenapa si?"
Alice tidak tau apa yang terjadi pada Jean, karna waktu dia menunggu di depan ruang kepala sekolah, tiba-tiba saja Jackie menariknya dan menyuruh Alice pergi dari sana.
••••••
Jeffry berhasil menarik tangan Jean membuat gadis itu berhenti. Enggan berbalik menatap Jeffry, kini Jeffry yang berpindah di hadapan Jean membuat gadis itu membuang pandangan ke arah lain.
"Marah?" Tanya Jeffry dengan suara parau nya. Ia benar-benar tak sanggup di jauhi Jean berhari-hari. Ia tau Jean pasti marah, tapi ia melakukan ini demi kebaikan Jean.
"Jean, jawab aku. Jangan diemin aku kayak gini."
Jean meremat ujung rok nya, akhir-akhir ini dirinya sangat cengeng, gampang terbawa suasana, dan sekarang pun Jean rasanya ingin menangis, memeluk Jeffry dan mengadu padanya kalau dia butuh orang di sampingnya.
Namun sekali lagi, ego mengalahkan dirinya.
"Jeff."
Jeffry menatap Jean lekat saat gadis itu memanggilnya.
"Udahan aja ya? Gue udah ga sanggup..." Jean menatap Jeffry dengan mata berkaca-kaca. Gadis itu bisa merasakan genggaman tangan Jeffry mulai memudar.
"Kenapa?"
Jean menggeleng tak sanggup melanjutkan. Gadis itu menunduk dan mulai meneteskan air matanya.
"Jean?"
Jeffry mengangkat wajah Jean dan mengusap air mata gadis itu. "Aku minta maaf. Semua yang kamu lihat, itu bukan seperti yang kamu pikirin."
"Aku ga ada rasa sama Nara, jadi jangan jauhi aku apalagi berani ninggalin aku. Aku cuma punya kamu."
"Papa kamu, kamu punya papa kamu."
Jeffry terdiam mengingat papa nya. Dirinya memang sudah berdamai dengan papa nya, namun sekali lagi kenyataan membuat dirinya terpukul.
"Papa sakit." Jawabnya parau, ia benar-benar tidak tau lagi jika papa nya pergi dan Jean tidak ada di sampingnya.
"Apapun penyakitnya, pasti ada obat Jeff."
Jeffry menggeleng. "Kanker hati stadium 4, bisa sembuh?"
Jean terdiam, ia benar-benar tidak menyangka. Sekarang dirinya harus apa? Ingin meninggalkan Jeffry tapi mengingat keadaan Jeffry seperti ini membuat dirinya berat hati.
"Papa udah nyembunyiin semua ini dari aku, udah 3 tahun dia berjuang sendiri Jean. Kata dokter, umum nya kanker hati stadium 4 cuma bisa bertahan 5 tahun, dan sisa 2 tahun lagi, aku gatau harus apa kalau papa bener-bener pergi dan kamu ga ada di samping aku."
Melihat Jean yang diam, Jeffry pun mengambil tangan gadis itu dan di genggam nya erat. "Aku bakal turutin semua permintaan kamu, kecuali putus. Aku benar-benar ga bisa Jean."
Jean berpikir, hubungan nya sama Jeffry udah ngga sehat.Jeffry yang selalu bergantung padanya, sedangkan dirinya tak bisa selalu bergantung pada Jeffry. Jean rasa akan sulit jika melanjutkan hubungannya.
Tapi mau bagaimana lagi, saat ini kondisinya berbeda. Jeffry butuh dirinya, dan begitupun sebaliknya. Yang perlu Jean lakukan saat ini adalah menyingkirkan orang yang telah menghancurkan hidupnya, Naura dan Nara.
Seakan tersadar, Jean tersenyum tipis lalu mengangguk. Di peluk nya pemuda itu membuat sang empunya bingung. "Jean kamu—"
"Jangan banyak omong! Ngomong sekali lagi kita putus."
Jeffry pun tersenyum lalu membalas pelukan Jean, ia bersyukur bisa mempertahankan Jean di sisi nya. Dan Jeffry ngga akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.
TO BE CONTINUED
kalo di lihat-lihat kasian juga Jeffry, jadi karma nya gausa berat-berat, biar Nara aja.
sisa 2 chapter yuhuu, spam next untuk lanjut ke chapter selanjutnya →
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend ✓
RomanceTentang ke-posesif an Jeffry sebagai pacar. WARN! • bahasa non baku (mengandung kata-kata kasar) • area shipper (kalau bukan bxg shipper/bukan ship kalian jangan mampir daripada ninggalin hate komen) • cerita ini murni pikiran author sendiri