Meski secuil perasaan itu terasa tidak menyenangkan kenapa harus begitu perasa?
Mari bersikap biasa, seperti biasa saja.
Ceilo hidup dengan sempurna. Mamanya orang yang sangat hangat sedangkan Papanya sebaliknya. Ia punya dua orang saudara, satu kakak perempuan dan satunya lagi adik laki laki. Rumahnya begitu menyenangkan karena hampir tiap hari dia mendengar Mamanya memarahi adiknya yang susah diatur dan menceramahi anak gadisnya yang kadang kala suka tiba tiba histeris di tengah malam hanya karena menonton drama Korea.
Ceilo tak merasa diasingkan hanya karena dia berbeda dan paling mirip sang Papa. Karena dia tahu Mamanya sangat menyayanginya seperti saudaranya yang lain dengan adil.
Bahkan saat ia pertama kali masuk sekolah dia juga merasa seluruh tatapan memuja terarah padanya. Semakin lama itu berlangsung anehnya Ceilo merasa bosan. Dia bosan dan tidak suka karena terlalu sering dianggap begitu.
Kemudian dia melihat Regaza, Arash dan Belvan yang sering kali iseng pada para siswi. Dia tak peduli sama sekali tetapi semakin tak dipedulikan tatapan itu semakin tajam mengarah padanya.
Seperti memaksanya menyadari bahwa hidupnya itu sangatlah sempurna. Tanpa celah dan kekurangan sedikit pun. Padahal dia selalu berusaha rendah hati seperti yang dibilang sang Mama - tapi kenapa orang orang terlalu menganggapnya tinggi?
Ceilo jelas punya kekurangan. Dia tidak bisa melukis, dia punya kepribadian aneh yang sulit dijelaskan, dia juga terlampau tidak bisa beradaptasi dengan mudah tapi kenapa itu begitu sulit diakui?
"Ceilo, oh anaknya jeng Cecillia. Dia mah sempurna banget atuh! Nggak ada tuh yang kelewat, paket komplit semua bisa!"
"Gue iri sama lo Eilo. Orang kayak lo kan bisa dapetin semuanya. Beda sama gue yang harus kerja keras dulu. Lo gaakan paham penderitaan orang kayak kita."
"Ceilo! Kamu itu udah bagus jangan dibikin ga bener. Pasti kamu ikut ikutan temenmu terus kenapa juga kamu mau jadi ketua gengnya lagi?!"
"Hah Ceilo, mana mungkin lo gabisa. Lo itu kan serba bisa. Jangan pura pura lah."
Ceilo muak. Dia sudah berusaha membuat citra buruk menempel pada dirinya namun semua perhatian itu tetap melekat tanpa mau lepas. Seolah Ceilo tak dibiarkan bernapas tenang seperti yang lainnya.
"Kenapa ngeliatin Eilo begitu, Nara?" tanya Arash.
Nara menggelengkan kepala. Dia enggan berkata hal apapun mengenai ekspresi Ketua Darvel itu dan memilih untuk memejamkan matanya.
"Ekhem, mana rasa terima kasih lo? Kita udah nolongin lo." ujar Regaza pura pura sinis.
"Harusnya lo ga perlu repot kesini kalo tadi lo ga nahan gue pulang." sahut Nara.
"Maksudnya nanya kek lo tuh kenapa kita ada disini. Diem terus, gemes gue!" serobot Belvan yang membuat Regaza mencebikkan bibir. Itu kan harusnya dialog punyanya, kenapa direbut sih?
Nara mengerjapkan mata. "Mau pada bolos kan?" tanyanya dan mereka serentak mengangguk kecuali Ceilo. "Kan udah tau, ga perlu nanya."
Belvan menarik napas panjang. Cewek ansos di depannya ini selain irit bicara, mampu membuat orang emosi.
"Dasar ga peka." ejek Arash.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges
Teen FictionAlara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak langsung hal tersebut menarik perhatian Ceilo Alastair - si nomor satu, Ketua geng Darvel. Seperti air...