Sorry for late update, gue kira sekarang kamis taunya udah jumat🫠
Jangan lupa vote dan komen ya sayang, happy reading!
Nara pikir dengan beristirahat setelah tragedi kemarin akan membuatnya lebih baik namun tubuhnya lemas dan kepalanya terasa berat. Cuaca pagi hari ini juga tidak begitu baik – gelap disertai gerimis yang nampaknya akan berlangsung lama. Tak membiarkan dikuasai rasa malas, ia pun menyingkirkan selimut lalu membereskan single bednya, mengganti sprai dengan warna putih polos dan menyemprotkan disenfektan beraroma menenangkan.
Adegan merapikan tempat tidur memang benar benar terjadi di kehidupan Nara karena gangguan obsesif yang sudah melekat di sebagian cara hidupnya.
Sembari mengangkat sprai kotor – yang sebenarnya tidak sama sekali – Nara pun menuju toilet. Ruang cuci ada di sebelah kanan toilet, ia memasukkan sprai tersebut ke mesin cuci dan mulai mandi. Ia membutuhkan kurang lebih setengah jam untuk semua rutinitas berulangnya di bawah shower.
Beres dengan semuanya, ia meraih ponsel diatas nakas dan memeriksa ponselnya yang entah kenapa penuh notifikasi.
LINE
Darvel's (6)
You sending a video.
Arash : Nara? Kita lagi nyari lo ini
Aten : Nara, dimana?
Regaza : HEH, BALES KENAPA SIH! NYUSAHIN LO!
Ceilo : Nara, share location
Belvan : Lo dpt video dri mana itu?
Belvan : Nara, jawab woi!
Read.
Nara menutup room chat grup tersebut tanpa berniat membalasnya sama sekali. Lagipula mereka akan bertemu nanti di sekolah. Ia kemudian memakai jaket dan menyampirkan ranselnya di bahu — Nara siap berangkat ke sekolah lengkap dengan payung yang akan melindunginya dari hujan. Gadis itu membuka pintu dan langsung melihat Mahesa detik itu juga.
Nara menatapnya horror. "Ada apa, Mahesa?" Tanyanya.
"Ayo bareng!" Jawabnya penuh energi.
"Lo berangkat jam enam pagi?"
"Iya, gue selalu berangkat jam enam pagi."
Nara mendesah pelan. Mahesa sudah jelas berbohong. Dia tidak pernah bangun jam enam pagi, dia selalu berangkat jam tujuh dari rumah dan Nara tahu dia tidak benar benar sekolah alias bolos.
"Mau kemana?" Tanya Mahesa saat melihat Nara berjalan lebih dahulu meninggalkannya.
"Sekolah." Jawab Nara singkat, padat, jelas.
"Ayo bareng! Kok lo malah duluan sih?" Gerutu Mahesa sembari mengikuti langkah adiknya itu.
Nara berbalik dan menatap Mahesa. "Gue gamau berangkat sama lo." Jeda sebentar. "Gue gamau naik motor lo yang tinggi itu dalam keadaan hujan kayak gini, ngerti lo?" Nara menolak dengan tegas.
Mahesa tersenyum mengejek. "Siapa bilang kita naik motor? Kita naik mobil, gue punya mobil." Balas Mahesa.
Nara melihat halaman parkir laki laki itu. Ya, ada dua mobil terparkir disana yang membuat Nara kehabisan kata kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges
Teen FictionAlara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak langsung hal tersebut menarik perhatian Ceilo Alastair - si nomor satu, Ketua geng Darvel. Seperti air...