Haloo, buat kalian yang masih stay tune nungguin cerita ini makasii banget yaa dan kalian hebat! Jangan lupa untuk vote dan komen yaaa!Happy Reading!
Regaza Asheruel adalah manusia paling tega yang sangat menikmati mempermainkan perasaan orang lain. Ya, terutama akhir akhir ini ia suka mempermainkan Nara. Baginya cewek yang seperti barang pecah belah itu sangat menyenangkan. Dia hanya akan bereaksi ketika takut, panik dan malu. Ekspresi ketakutan itu membuat Regaza seakan akan menguasainya dan ia sangat menikmati Nara dibawah pengaruhnya serta Darvel.
"Takut apaan lo?" Tanya Regaza seraya mengulum seringai jahatnya itu.
Nara hanya diam membisu layaknya boneka yang berada dalam rengkuhan Regaza. Namun kegelisahan yang disembunyikan oleh Nara dapat dengan mudah Regaza rasakan. Gemetarnya tubuh Nara yang ringkih itu serta ia terus mengigit bibir dalamnya membuktikan bahwa Nara berusaha menahannya mati matian.
"Oh lo bisu? Mau gue turunin disini ya?" Regaza berucap lembut namun sudut matanya melirik gudang sekolah yang terbengkalai - Nara sukses dibuat merinding.
"Ga bisu. Ga takut." Jawab Nara pelan.
"Monoton banget jawaban lo." Regaza terkekeh. "Lo takut kalo gue kunciin di gudang itu ya?" Tanyanya membuat Nara menggelengkan kepalanya.
"Katanya mau ke shelter? Katanya anak anak udah nunggu."
Regaza akhirnya tidak menjawab lagi dan segera menuju shelter. Nara hanya mampu menahan dirinya untuk tidak memuntahkan isi perutnya beserta mempertahankan kewarasannya karena tindakan gila Regaza untuk memaksanya.
Tak sampai sepuluh menit mereka pun tiba di shelter Darvel dan Nara langsung berlari menuju toilet sedangkan Regaza mendudukan dirinya di sofa.
"Apa?" Tanya Regaza sinis pada setiap manusia yang menatapnya. "Salah siapa dia berontak? Gue masih pake cara halus ya tadi."
"Lo apain dia, Reg?" Tanya Aten.
Regaza memalingkan wajahnya. Enggan menjawab pertanyaan Aten karena dia tidak merasa tindakannya salah. Yang salah adalah Nara yang tidak mau bekerja sama dengannya dan justru memprovokasinya di koridor tadi.
Aten menghela napas panjang. "Anak itu ga punya salah apapun sama lo Regaza, jadi berhenti nakutin dia."
Regaza berdecak tidak suka. "Lo lebih belain dia daripada gue Ten? Dia tau rahasia kita, dia bakalan manfaatin kita kalo kita terlalu halus ke dia."
"Gimana cara dia manfaatin Darvel? Lo berpikir terlalu dangkal." Ujar Aten.
Regaza mendengus kasar dan balas memelototi Belvan dan Arash yang meliriknya tanpa berkata apapun.
"Kesenangan lo itu ga cocok sama dia, Reg." Ucap Arash seraya meneguk kaleng colanya.
"Lo gatau situasi disana Rash, jangan ikutan komentar." Belvan menyanggah ucapan Arash - pada dasarnya ia tidak menyukai perdebatan tidak berguna ini.
Selama setengah jam Nara berusaha mengembalikan dirinya kembali normal. Ia pun akhirnya bisa bergabung dengan anggota Darvel lainnya.
"Nah, udah lebih tenang?" Tanya Aten tanpa melihat gadis itu karena sedang fokus pada layar laptop di hadapannnya.
"Lumayan." Jawab Nara sembari menyugar rambutnya ke belakang. Ia mengambil posisi duduk di sofa usai membersihkannya.
Ah, sudah Nara duga, reaksi yang luar biasa. Tatapan tercengang serta penuh keterkejutan tersebut layak di hadiahkan untuknya. Kekehan kecil pun terdengar dari bibir Nara, ini benar benar menghiburnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges
Teen FictionAlara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak langsung hal tersebut menarik perhatian Ceilo Alastair - si nomor satu, Ketua geng Darvel. Seperti air...